Mata
Kuliah: Morfologi
Dosen
Pengampu: Mustamil,
Drs., M.Pd
Disusun
oleh :
Rudiyanto
Rusmiati
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
NAHDLATUL ULAMA INDRAMAYU
(STKIP NU INDRAMAYU)
2017
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Alhamdulillah
puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan sebuah makalah. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi
tugas mata kuliah Morfologi dengan judul “Afiksasi Pembentukan Verba”.
Dalam
penyusunan makalah ini, penyusun
mendapat masukan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga makalah ini bisa
selesai. Untuk itu, pada
kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca. Akhir kata, penyusun berharap agar makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb.
Indramayu, November 2017
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Penulisan
Sebelum
kita membahas apa itu afiksasi,
kita harus tahu dulu apa itu afiks?
Afiks adalah morfem terikat yang dilekatkan pada morfem dasar atau akar.
Pembahasan mengenai afiks dapat ditemukan dalam setiap buku linguistik umum dan
morfologi. Namun demikian, pembahasan pada buku-buku tersebut masih bersifat
kurang menyeluruh dan berbeda-beda. Hal ini dapat disebabkan oleh terbatasnya
jenis afiks dari bahasa yang dianalisis atau belum adanya analisis yang lebih
mendalam mengenai afiks.
Afiksasi
adalah proses pembubuhan afiks pada suatu satuan, baik berupa satuan tunggal
maupun kompleks untuk membentuk kata. Afiksasi adalah salah satu dari 3 proses
morfologik, yang terdiri atas afiksasi, Reduplikasi, dan Proses Pemajemukkan.
1.2 Rumusan
Masalah Penulisan
Dari latar belakang yang sudah
dipaparkan, maka rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu
sebagai berikut.
1. Apa yang
dimaksud dengan afiksasi ?
2. Apa saja
afiks-afiks pembentukkan verba
?
1.3 Tujuan Penulisan
Dari beberapa rumusan masalah
tersebut, maka tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1.
Dapat mengetahui apa pengertian afiksasi.
2.
Dapat mengetahui afiks-afiks pembentukan verba.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Afiksasi
Adapun beberapa pengertian afiksasi menurut pendapat para ahli, antara lain
:
1. Kridalaksana (2009; 28-31) menyebutkan bahwa afiksasi
adalah proses yang mengubah leksem menjadi kata kompleks. Kridalaksana
(1989:31-83) mendeskripsikan afiksasi sebagai proses atau hasil penambahan
afiks pada dasar.
2.
Richard
(dalam Putrayasa; 2008;5) mengatakan bahwa afiksasi atau pengimbuhan adalah
proses pembentukan kata dengan membubuhkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar,
baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks.
3.
Ramlan
(1987:49) menyebut proses afiksasi sebagai proses pembubuhan afiks. Menurutnya,
suatu satuan yang dilekati afiks disebut bentuk dasar.
4. Afiksasi menurut Samsuri (1985: 190), adalah penggabungan
akar kata atau pokok dengan afiks.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa afiksasi
adalah proses pembentukan kata dengan membubuhkan afiks (imbuhan) pada bentuk
dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata baru
dengan arti yang berbeda.
2.2
Afiks-afiks
Pembentuk Verba
Afiks-afiks pembentuk verba adalah sebagai berikut.
1.
Prefix
ber-
2.
Konfiks
dan klofiks ber-an
3.
Klofiks
ber-kan
4.
Sufiks
-kan
5.
Sufiks
–i
6.
Prefiks
per-
7.
Konfiks
per-kan
8.
Konfiks
per-i
9.
Prefiks
me-
10. Prefiks di-
11. Prefiks ter-
12. Prefiks ke-
13. Konfiks ke-an
2.2.1 Verba
Berprefiks ber-
Bentuk dasar dalam pembentukan verba dengan prefiks ber- dapat
berupa:
a.
Morfem
dasar terikat, seperti terdapat pada kata bertempur, berkelahi, berjuang, bertikai, dan
berhenti. Bentuk dasarnya yaitu: tempur, kelahi, juang, tikai,
dan henti.
b.
Morfem
dasar bebas, seperti terdapat pada kata berladang, beternak, bekerja, bernyanyi,
dan bergaya. Bentuk dasarnya: ladang, ternak, kerja, nyanyi,
dan gaya.
c.
Bentuk
turunan berafiks, seperti terdapat pada kata berpakaian (bentuk
dasarnya pakaian), beraturan (bentuk dasarnya
aturan) berkekuatan (bentuk dasarnya
kekuatan), berkebangsaan (bentuk dasarnya kebangsaan), berpenghasilan (bentuk
dasarnya penghasilan) dan berpendapatan (bentuk
dasarnya pendapatan).
Jadi, di sini prefiks ber- diimbuhkan pada dasar yang
terlebih dahulu sudah diberi afiks lain.
d.
Bentuk
turunan reduplikasi, seperti terdapat pada kata berlari-lari (bentuk dasar
lari-lari), berkeluh-kesah (bentuk
dasar keluh-kesah), dan berilmu pengetahuan (bentuk dasar
ilmu-pengetahuan).
e.
Bentuk
turunan hasil komposisi, seperti terdapat pada kata berjual beli (bentuk dasar
jual beli), bertemu muka (bentuk dasar temu muka), dan bergunung
api (bentuk dasar gunung api).
2.2.1.1 Verba
berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘memakai’ atau ‘mengenakan’
Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+ pakaian) atau (+
perhiasan). Simak contoh berikut:
-
bermesin ‘ada mesinnya’
-
berjendela ‘ada jendelanya’
2.2.1.2 Verba berprefiks ber-
memiliki makna gramatikal ‘memakai’ atau ‘mengenakan’
Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+ pakaian) atau (+
pehiasan). Simak contoh berikut:
-
berkebaya ‘memakai kebaya’
-
berjilbab ‘memakai jilbab’
-
berpita ‘memakai pita’
2.2.1.3 Verba
berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘mengendarai’,’menumpang’,
atau ‘naik
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+kendaraan). Simak
contoh berikut:
-
bersepeda ‘mengendarai sepeda’.
-
berkuda ‘naik kuda’
-
berkereta ‘menumpang kereta’
2.2.1.4 Verba
berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘berisi’ atau ‘mengandung’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+benda), (+ dalaman),
atau (+ kandungan). Simak contoh berikut:
-
beracun ‘mengandung racun’
-
berkuman ‘mengandung kuman
-
berpenyakit ‘mengandung penyakit’
2.2.1.5 Verba
berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘mengeluarkan’ atau ‘menghasilkan’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+benda), (+ hasil),
atau (+ keluar). Perhatika contoh berikut:
-
berproduksi ‘menghasilkan produksi’
-
bertelur ‘mengeluarkan telur’
-
berdarah ‘mengeluarkan darah’
2.2.1.6 Verba
berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘mengusahakan’ atau
‘mengupayakan’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ bidang usaha).
Perhatikan contoh:
-
berladang ‘mengusahakan ladang’
-
berternak ‘mengusahakan ternak’
-
bersawah ‘mengerjakan sawah’
2.2.1.7 Verba
berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘melakukan kegiatan’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ benda) dan (+
kegiatan). Simak contoh berikut:
-
berdebat ‘melakukan debat’
-
bersenam ‘melakukan senam’
-
berolahraga ‘melakukan olahraga’
2.2.1.8 Verba
berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘mengalami’ atau ‘berada dalam
keadaan’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ perasaan batin).
Simak contoh berikut:
-
bergembira ‘dalam keadaan gembira’
-
bersedih ‘dalam keadaan sedih’
-
bersenang-senang ‘dalam keadaan senang-senang’
2.2.1.9 Verba
berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘menyebut’ atau ‘menyapa’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ kerabat) dan (+
sapaan). Simak contoh berikut:
-
berabang ‘memanggil abang’
-
beradik ‘memanggil adik’
-
bertuan ‘memanggil tuan’
2.2.1.10 Verba
berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘kumpulan’ atau ‘kelompok’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ jumlah) atau (+
hitungan). Contoh:
-
berdua ‘kumpulan dari dua (orang)
-
bertiga ‘kumpulan dari tiga (orang)
-
berempat ‘kumpulan dari empat (orang)
2.2.1.11
Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal
‘memberi’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ benda) dan (+
berian). Simak contoh berikut:
-
bersedekah ‘memberi sedekah’
-
berkhotbah ‘memberi khotbah’
-
berceramah ‘memberi ceramah’
2.2.2
Verba Berkonfiks dan Berklofiks Ber-an
Verba
berbentuk ber-an seperti pada kata bermunculan dan berpakaian memiliki
dua macam proses pembentukan. Pertama, yang berupa konfiks, artinya
prefiks ber- dan sufiks -an
itu diimbuhkan secara bersamaan sekaligus
dalam bentuk dasar. Kedua, berupa klofiks artinya prefiks ber-
dan sufiks –an itu di imbuhkan secara bersamaan pada sebuah dasar. Dalam
hal ini pada bentuk dasar mula-mula diimbuhkan sufiks –an baru kemudian
diimbuhkan lagi prefiks ber-. Contoh: bermunculan, berpakaian.
2.2.2.1 Verba
berkonfiks ber-an memiliki makna gramatikal ‘banyak’ serta ‘tidak
teratur’
Apabila memiliki komponen makna(+ tindakan), (+
sasaran) dan (+ gerak). Misalnya:
-
berlarian ‘banyak yang berlari dan tidak beratur’.
-
bermunculan ‘banyak yang bermuncul dan tidak beratur’.
2.2.2.2 Verba
berkonfiks ber-an memiliki makna gramatikal ‘saling’ atau ‘berbalasan’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
tindakan), (- sasaran) dan (+ gerak).Misalnya:
-
bermusuhan ‘saling memusuhi’.
-
bertangisan ‘saling menangisi’.
2.2.2.3 Verba
berkonfiks ber-an memiliki makna gramatikal ‘saling berada di’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
benda), (+ letak) dan (+ tempat). Misalnya:
-
bersebelahan ‘saling berada di sebelah’.
-
berseberangan ‘saling berada di seberang’.
2.2.3
Verba Berklofiks ber-kan
Verba berklofiks ber-kan di bentuk dengan proses , mula-mula pada bentuk dasar
diimbuhkan prefiks ber-, lalu diimbuhkan pula sufiks -kan. Misalnya, mula-mula pada dasar
senjata diimbuhkan prefiks ber- menjadi bersenjata, lalu bersenjata
diimbuhkan pula sufiks -kan
sehingga manjadi bersenjatakan.
2.2.4
Verba Bersufiks –kan
Dalam prosesnya, surfiks –kan, bila
diimbuhkanpada dasar yang memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran)
akan membentuk verba bitransitif, yaitu verba yang berobjek dua. Bila
diimbuhkan pada dasar yang lain, surfiks
-kan akan membentuk pangkal (stem) yang menjadi dasar dalam
pembentukan verba inflektif.
Verba bersurfiks -kan
digunakan dalam:
a.
Kalimat
imperative. Contoh:
-
Lemparkan
bola itu ke sini!
-
Tuliskan
namamu di sini!
b.
Kalimat
pasif yang predikatnya berpola: (aspek) + pelaku + verba, dan subjeknya menjadi
sasaran tindakan. Contoh:
-
Rumah
itu kami dirikan.
-
Jembatan
itu akan mereka robohkan.
c.
Keterangan
tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + (aspek) + pelaku + verba.
Contoh:
-
Uang
yang baru kami terima sudah habis lagi.
-
Kami
melewati daerah yang sudah mereka amankan.
2.2.4.1 Verba
bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ‘jadikan’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
keadaan) atau (+ sifat khas). Contoh:
-
tenangkan,
artinya ‘jadikan tenang’
-
damaikan,
artinya ‘jadikan damai’
2.2.4.2 Verba
bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ‘jadikan’
berada
di’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna
(+tempat) atau (+arah). Contoh:
-
pinggiran,
artinya ‘jadikan berada di pinggir’
-
daratkan,
artinya ‘jadikan berada di darat’
2.2.4.3
Verba bersufiks –kan memiliki makna gramatikal
‘lakukan untuk
orang lain’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
tindakan) dan (+ sasaran). Contoh:
-
ambilkan, artinya ‘lakukan ambil untuk (orang lain)’
-
belikan, artinya ‘lakukan beli untuk (orang lain)
2.2.4.4
Verba bersufiks –kan memiliki makna gramatikal
‘lakukan akan’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
tindakan) dan (* sasaran). Contoh:
-
lemparkan,
artinya ‘lakukan lempar akan’
-
hapuskan,
artinya ‘lakukan hapus akan’
2.2.4.5
Verba bersufiks –kan memiliki makna gramatikal
‘bawa masuk ke’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
ruang). Contoh:
-
rumahkan,
artinya ‘bawa masuk ke rumah’
-
gudangkan,
artinya ‘bawa masuk ke gudang’
2.2.5
Verba bersufiks –i
Verba bersufiks –i adalah verba transitif, yang
berlaku juga sebagai pangkal (stem) dalam pembentukan verba inflektif. Verba
bersufiks –i digunakan dalam:
a.
kalimat
imperatif. Contoh:
-
Mari kita hampiri anak itu!
-
Lompati saja pagar itu!
b.
Kalimat
pasif yang predikatnya berpola: (aspek) + pelaku + verba, dan subjeknya menjadi
sasaran perbuatan. Contoh:
-
Anak-anak
yatim itu harus kita santuni.
-
Gurumu
itu mesti kamu hormati dengan baik.
c.
Keterangan
tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + (aspek) + pelaku + verba.
Contoh:
-
Desa
yang kita kunjungi berada di balik bukit itu.
-
Banjir
melanda wilayah yang akan kita datangi.
2.2.5.1 Verba
bersufiks –i memiliki makna granatikal ‘berulang kali’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Contoh:
-
pukuli,
artinya ‘pekerjaan pukul dilakukan berulang kali’
-
lempari,
artinya ‘pekerjaan potong dilakukan berulang kali’
2.2.5.2
Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal
‘tempat’
Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+
tampat). Misalnya:
-
duduki,
artinya ‘duduk di …’.
-
datangi, artinya ‘datang di …’.
2.2.5.3 Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal
‘merasa sesuatu pada’
Apabila bentuk
dasarnya mempunyai komponen makna (+ sikap batin) atau (+ emosi). Misalnya:
-
kasihi, artinya ‘merasa kasih pada’.
-
takuti, artinya ‘merasa takut pada’.
2.2.5.4 Verba
bersufiks –i memiliki makna gramatikal ‘memberi’ atau ‘membubuhi’
Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+
bahan berian). Contoh:
-
garami,
artinya ‘beri garam pada’
-
airi,
artinya ‘beri air pada’
2.2.5.5
Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal
‘sebabkan’
Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+
keadaan) atau (+ sifat). Contoh:
-
jauhi,
artinya ‘jadikan jauh’
-
dekati,
artinya ‘jadikan dekat’
2.2.5.6 Verba
bersufiks –i memiliki makna gramatikal ‘lakukan pada’
Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+
tindakan) dan (+ sifat). Misalnya:
-
tulisi,
artinya ‘lakukan tulis pada’
-
diami,
artinya ‘lakukan diam pada’
2.2.6
Verba Berprefiks per-
Verba
berprefiks per- adalah verba yang bisa menjadi pangkal dalam pembentukan
verba inflektif. Verba berprefiks per- dapat digunakan dalam:
a.
kalimat
imperative. Misalnya:
-
Persingkat bicaramu!
-
Perpanjang
dulu KTP mu!
b.
Kalimat
pasif yang berpola: (aspek) + pelaku + verba. Misalnya:
-
Penjagaan
akan kami perketat nanti malam.
-
Masjid
ini akan kami perluas ke arah timur.
c.
Keterangan
tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + aspek + pelaku + verba.
Misalnya:
-
Saluran
yang telah kami perdalam kini telah dangkal lagi.
-
Mobil
yang belum lama kami perbaiki mogok lagi.
2.2.6.1
Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal
‘jadikan lebih’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
keadaan) atau (+ situasi). Contoh:
-
pertinggi,
artinya ‘jadikan lebih tinggi’
-
perlebar,
artinya ‘jadikan lebih lebar’
2.2.6.2 Verba berprefiks per-
makna gramatikal ‘anggap sebagai’ atau ‘jadikan’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
sifat khas). Contoh:
-
perbudak,
artinya ‘anggap sebagai budak’
-
peristri,
artinya ‘jadikan istri’
2.2.6.3
Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal
‘bagi’
-
perseribu, artinya ‘bagi seribu’
-
perdua, artinya ‘bagi dua’
2.2.7
Verba Berkonfiks per-kan
Verba berkonfiks per-kan adalah verba yang bisa menjadi pangkal dalam pembentukan verba
inflektif (berprefiks me-, berprefiks di- atau berprefiks ter). Verba
berkonfiks per-kan di gunakan dalam:
a.
kalimat
imperative. Misalnya:
-
persiapkan
dulu bahan-bahannya!
-
Jangan
perdebatkan lagi masalah itu!
b.
Kalimat
pasif yang predikatnya berpola: yang + (aspek) + pelaku. Contoh:
-
Anak
itu akan kita pertemukan dengan orang tua angkatnya.
-
Masalah
itu akan kami pertanyakan lagi.
c.
Keterangan
tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + (aspek) + pelaku. Contoh:
-
Tarian
yang sudah mereka pertunjukan akan diulang lagi.
-
Film
yang mereka hendak persembahkan perlu disensor dulu.
2.2.7.1 Verba
berkonfiks per-kan memiliki
gramatikal ‘jadikan bahan per-an’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
kegiatan). Contoh:
-
perdebatkan,
artinya ‘jadikan bahan perdebatan’.
-
pertanyakan, artinya ‘jadikan bahan pertanyaan’.
2.2.7.2 Verba
berkonfiks per-kan memiliki makna
gramatikal ‘lakukan supaya (dasar)
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
keadaan). Contoh:
-
persamakan,
artinya ‘lakukan supaya sama’.
-
perbedaan, artinya ‘lakukan supaya beda’
2.2.7.3 Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal
‘jadikan me-‘
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
tindakan). Contoh:
-
perdengarkan,
artinya ‘jadikan (orang lain) mendengar’.
-
perlihatkan, artinya ‘jadikan (orang lain) melihat.
2.2.7.4 Verba berkonfiks per-kan
memiliki makna gramatikal ‘jadikan ber-‘
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
kejadian). Contoh:
-
pertemukan,
artinya ‘jadikan bertemu’
-
pergunakan,
artinya ‘jadikan berguna’
2.2.8
Verba Berkonfiks per-i
Verba berkonfiks per-i
adalah verba yang dapat menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif
(berprefiks me- inflektif, di- infflektif atau ter- inflektif)
a.
kalimat
imperative. Contoh:
-
Perbaiki dulu sepeda ini!
-
Jangan permalui dia di depan orang banyak!
b.
Kalimat
pasif yang predikatnya berpola: (aspek) + pelaku + verba. Contoh:
-
Mobil
itu baru kita perbaiki.
-
Mereka
akan kami perlengkapi dengan alat-alat pertanian.
2.2.8.1 Verba
berkonfiks per-i memiliki makna
gramatikal ‘lakukan supaya jadi’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan).
Contoh:
-
perlengkapi,
artinya ‘supaya jadi lengkap’
-
perbaiki,
artinya ‘lakukan supaya jadi baik’
2.2.8.2 Verba
berkonfiks per-i memiliki makna
gramatikal ‘lakukan (dasar) pada objeknya’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
tindakan) dan (+ lokasi). Contoh:
-
persetujui,
artinya ‘lakukan setuju pada objeknya’
-
persepakati,
artinya ‘lakukan sepakat pada objeknya’
2.2.9
Verba Berprefiks me-
Prefiks me- dapat berbentuk
me-, mem-,meny-,meng-, dan menge-.
Bentuk atau alomorf me- digunakan apabila bentuk
dasarnya dimulai dengan fonem (r,l,w,y,m,n,ny, dan ng).
Contoh
:
-
merakit
-
mewarisi
-
melongok
-
meyakini
-
memerah
-
menanti
-
menyanyi
-
mengerikan
Bentuk atau alomorf mem-
digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem (b, p, f, dan v). Dengan
catatan fonem (b, f, dan v) tetap berwujud, sedangkan fonem p tidak diwujudkan,
melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal dari prefiks itu.
Contoh
:
-
membina
-
memfitnah
-
memvitaminkan
-
memutuskan
-
memotong
Di sini perlu dicatat dalam kenyataan bahasa ada sejumlah
kata, terutama yang berasal dari bahasa asing, yang meskipun diawali dengan
fonem p tetapi tidak diluluhkan.
Contoh
:
-
mempesonakan
atau memesonakan
-
mempedulikan
atau memedulikan
-
mempengaruhi
atau memengaruhi
-
mempopulerkan
atau memopulerkan
Demi kekonsistenan, lebih dianjurkan untuk menggunakan
bentuk yang meluluhkan fonem p itu.
Bentuk men-
digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem d dan t. Dengan catatan
fonem d tetap diwujudkan sedangkan fonem t tidak diwujudkan melainkan
disenyawakan dengan bunyi nasal yang ada pada prefiks tersebut. Simak
contoh-contoh berikut:
Menduda
Mendidik
Menulis
Menodong
Mendengar
Mendustai
Menendang
Menerobos
Dalam bahasa keseharian, terutama di Jakarta, ada
sejumlah kata berprefiks me-, tetapi fonem t pada awal bentuk dasarnya tidak
diluluhkan atau disenyawakan, seperti mentolerir, mentradisi, mentraktor dan
sebagainya.
Bentuk meny-
digunakan apabila fonem awal bentuk dasarnya adalah fonem c, j dan s. Dengan
catatan dalam bahasa tulis bunyi ny pada prefiks itu diganti atau dituliskan
dengan huruf n pada dasar yang dengan fonem c dan j, sedangkan yang dimulai
dengan fonem s, fonem s-nya diluluhkan. Simak contoh-contoh berikut:
mencuri lafalnya: menycuri
mencicil lafalnya: menycicil
menjual lafalnya: menyjual
menjaga
lafalnya: menyjaga
Dalam bahasa keseharian, terutama kata serapan dari
bahasa asing, bunyi nasal pada bentuk dasarnya tidak diluluhkan. Contoh:
mensukseskan
mensitir
menstandarkan
mensosialisasikan
Bentuk meng-
digunakan apabila bentuk dasarnya mulai dengan fonem k, g, h, kh, a, z, e, dan
o. Dengan catatan fonem k tidak diwujudkan, melainkan disenyawakan dengan nasal
yang ada pada prefiks itu, sedangkan fonem-fonem yang lain tetap diwujudkan.
Simak contoh-contoh berikut:
Mengirim
Menggali
Menghibur
Mengkhianati
Mengambil
Bentuk menge-
digunakan apabila bentuk dasarnya terdiri dari sebuah suku kata. Contoh:
Mengebom
Mengetik
Mengecor
Mengecat
Mengelap
Mengetes
2.2.9.1 Verba Berprefiks me- inflektif
Bentuk dasar atau pangkal verba berprefiks me- inflektif
memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Jadi, bentuk dasar atau
pangkal dalam pembentukan verba inflektif, di samping berbentuk morfem dasar
atau akar juga termasuk verba bersufiks –kan,
bersufik –i, berprefiks per-, berkonfiks per-kan, dan berkonfiks per-i.
Contoh:
membaca
melupakan
merestui
memperpanjang
mempergunakan
mempergauli
menulis
menidurkan
menodai
mempersingkat
memperdayakan
mempertakuti
(a) Verba
berprefiks me- inflektif memiliki
makna gramatikal ′melakukan
(dasar)′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna
(+ tindakan) dan (+ sasaran). Contoh:
- membeli, artinya ′melakukan beli′ - menulis, artinya ′melakukan tulis′.
(b) Verba berprefiks me-
inflektif memiliki makna gramatikal
′melakukan kerja
dengan alat′
apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan)
dan (+ alat).
Contoh:
-
mengikir, artinya ′melakukan kerja dengan alat kikir′.
-
memahat, artinya ′melakukan kerja dengan alat pahat′.
(c) Verba
berprefiks me- inflektif memiliki
makna gramatikal ′melakukan kerja
dengan bahan′
apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
tindakan) dan
(+ bahan). Contoh:
- mengecat, artinya ′lakukan kerja dengan bahan cat′.
- mengelem, artinya ′lakukan kerja dengan bahan lem′.
(d) Verba berprefiks me-
inflektif memiliki makna gramatikal
′membuat dasar′
Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+
benda hasil).
Contoh:
-
mematung, artinya ′membuat patung′.
-
menggambar, artinya ′membuat gambar′.
2.2.9.2 Verba Berprefiks me- derivatif
Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal:
(1) makan, minum,
mengisap
(2) mengeluarkan
(3) menjadi
(4) menjadi
seperti
(5) menuju
(6) memperingati
(a) Verba berprefiks me-
derivatif memiliki makna gramatikal makan, minum, mengisap apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna (+ makanan) atau (+ minuman) atau (+ isapan).
Contoh:
-
merokok, artinya ′menghisap rokok′ -
menyoto, artinya ′makan soto ′.
(b) Verba
berprefiks me- derivatif memiliki
makna gramatikal mengeluarkan
(dasar)
apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (bunyi) atau (+
suara).
Contoh:
- mengeong,
artinya ′mengeluarkan bunyi ngeong′.
- mengaum,
artinya ′mengeluarkan bunyi ngaum′.
(c) Verba berprefiks me-
derivatif memiliki makna gramatikal menjadi (dasar)
Apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan, ) atau (+
warna) atau (+
bentuk) atau (+ situasi). Contoh :
-
menguning, artinya ′menjadi kuning′ -
meninggi, artinya ′menjadi tinggi′.
(d) Verba berprefiks me-
derivatif memiliki makna gramatikal menjadi seperti
apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ sifat khas). Contoh:
-
membatu, artinya ′menjadi seperti batu′.
-
membaja, artinya ′menjadi seperti baja′.
(e) Verba berprefiks me-
derivatif memiliki makna gramatikal makan, minum,
mengisap
apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ makanan)
atau (+
minuman) atau (+ isapan). Contoh :
-
menepi, artinya ′menuju tepi′ -
mengutara, artinya ′menuju udara′.
(f) Verba berprefiks me-
derivatif memiliki makna gramatikal makan, minum,
mengisap
apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ makanan)
atau (+
minuman) atau (+ isapan). Contoh :
-
menujuh hari, artinya ′memperingati hari ketujuh (kematian)
- menyeratus hari, artinya
′memperingati hari keseratus
(kematian)
2.2.10 Verba
Berprefiks di-
Ada dua macam verba berprefiks di-, yaitu verba berprefiks di-
inflektif dan verba berprefiks di-
derivatif.
A. Verba
berprefiks di- inflektif adalah verba
pasif. Tindakan dari verba
berprefiks me-
inflektif. Maka makna gramatikalnya adalah kebalikan dari bentuk aktif verba
berprefiks me- inflektif.
B. Verba
berprefiks di- derivatif sejauh data
yang diperoleh hanya ada kata dimaksud, yang lain tidak ada.
2.2.10 Verba Berprefiks ter-
Ada dua macam verba berprefiks ter-, yaitu verba berprefiks ter-
inflektif dan verba berprefiks ter-
derivatif.
A. Verba
berprefiks ter- inflektif
Verba berprefiks ter-
inflektif adalah verba pasif keadaan dari verba berprefiks me- inflektif. Makna
gramatikal verba berprefiks ter-
inflektif, selain sebagai kebalikan pasif keadaan dari verba berprefiks me- inflektif, juga memiliki makna
gramatikal.
(1) dapat /
sanggup
(2) tidak sengaja
(3) sudah terjadi
(a) Verba berprefiks ter- inflektif memiliki makna gramatikal ′dapat /sanggup′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Contoh:
-
terangkat, artinya ′dapat diangkat′. -
terbaca, artinya ′dapat dibaca′.
(b) Verba
berprefiks ter- inflektif memiliki
makna gramatikal ′tidak sengaja ′
Apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Contoh:
- terangkat,
artinya ′tidak sengaja diangkat′.
- terbaca,
artinya ′tidak sengaja dibaca′.
(c) Verba
berprefiks ter- inflektif memiliki
makna gramatikal ′sudah terjadi′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
tindakan) dan (+ keadaan). Contoh:
- terbakar,
artinya ′sudah terjadi (bakar)′.
- terputus,
artinya ′sudah terjadi (putus)′.
(d) Verba
berprefiks ter- inflektif memiliki
makna gramatikal ′yang di (dasar)
Apabila digunakan sebagai istilah bidang hukum. Contoh:
- tersangka,
artinya ′yang disangka′
- terdakwa, artinya
′yang didakwa′.
B. Verba
berprefiks ter- derivatif
Verba berprefiks ter-
derivatif memiliki makna gramatikal:
(1) paling
(2) dalam keadaan
(3) terjadi
dengan tiba-tiba
(a) Verba
berprefiks ter- derivatif memiliki
makna gramatikal ′paling′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
keadaan). Contoh:
- terbaik,
artinya ′paling baik′. -
tertinggi, artinya ′paling tinggi′.
(b) Verba berprefiks ter-
derivatif memiliki makna gramatikal ′dalam keadaan′ apabila bentuk dasarnya
memiliki komponen makna (+ keadaan) dan (+ kejadian). Contoh:
- tergeletak,
artinya ′dalam keadaan geletak′.
- terdampar,
artinya ′dalam keadaan dampar′.
(c) Verba berprefiks ter-
derivatif memiliki makna gramatikal ′terjadi dengan tiba tiba′ apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna (+ kejadian). Contoh:
- teringat,
artinya ′tiba-tiba ingat′. -
terpeluk, artinya ′tiba-tiba memeluk′.
2.2.12. Verba Berprefiks ke-
Verba berprefiks ke-
digunakan dalam bahasa ragam tidak baku. Fungsi dan makna gramatikalnya sepadan
dengan verba berprefiks ter-. Jadi, bentuknya sebagai berikut:
kebaca
ketipu
ketabrak
kebawa
ketangkap
Sepadan dengan :
terbaca
tertipu
tertabrak
terbawa
tertangkap
Makna gramatikal yang dimiliki, antara lain:
(1) tidak sengaja
(2) dapat di
(3) kena (dasar)
2.2.13. Verba Berkonfiks ke-an
Verba berkonfiks ke-an termasuk verba pasif, yang tidak
dapat dikembalikan ke dalam verba aktif, seperti verba pasif di- dan verba
pasif ter-. Makna gramatikal yang
dimilikinya adalah:
(1) terkena,
menderita atau mengalami
(2) agak bersifat
A. Verba berkonfiks ke-an
memiliki makna gramatikal ′terkena, menderita, mengalami (dasar) ′ apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ peristiwa alam) atau (+ hal yang
tidak enak). Contoh:
- kebanjiran, artinya ′terkena banjir′ - kebakaran, artinya ′menderita bakar ′.
B. Verba berkonfiks ke-an memiliki makna gramatikal ′agak (dasar)′ apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna (+ warna). Contoh:
- kehijauan,
artinya ′agak hijau′ - kemerahan,
artinya ′agak merah′.
BAB
III
PENUTUP
Simpulan
Kridalaksana (2009; 28-31) menyebutkan bahwa afiksasi
adalah proses yang mengubah leksem menjadi kata kompleks. Kridalaksana
(1989:31-83) mendeskripsikan afiksasi sebagai proses atau hasil penambahan
afiks pada dasar.
Ramlan (1987:49)
menyebut proses afiksasi sebagai proses pembubuhan afiks. Menurutnya, suatu
satuan yang dilekati afiks disebut bentuk dasar.
Berdasarkan
beberapa pendapat di atas, dapat disimpulan bahwa afiksasi adalah proses
pembentukan kata dengan membubuhkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, baik
bentuk dasar tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata baru dengan arti yang
berbeda.
Afiks-afiks pembentuk verba yaitu
sebagai berikut.
1.
Prefix
ber-
2.
Konfiks
dan klofiks ber-an
3.
Klofiks
ber-kan
4.
Sufiks
-kan
5.
Sufiks
–i
6.
Prefiks
per-
7.
Konfiks
per-kan
8.
Konfiks
per-i
9.
Prefiks
me-
10. Prefiks di-
11. Prefiks ter-
12. Prefiks ke-
13. Konfiks ke-an
Daftar
Pustaka
Chaer, Abdul.
2015. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
http://andrinovansyah.blogspot.co.id/2015/05/makalah-pembentukan-afiks-verba.html
No comments:
Post a Comment