Tuesday, January 23, 2018

MAKALAH “Afiksasi Pembentukan Verba” semester 3

Mata Kuliah: Morfologi

Dosen Pengampu: Mustamil, Drs., M.Pd

Disusun oleh :
Rudiyanto
Rusmiati
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
NAHDLATUL ULAMA INDRAMAYU
(STKIP NU INDRAMAYU)
2017


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan sebuah makalah.  Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Morfologi dengan judul “Afiksasi Pembentukan Verba”.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun mendapat masukan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga makalah ini bisa selesai. Untuk itu, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Akhir kata, penyusun berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Indramayu,  November 2017

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang Penulisan
Sebelum kita membahas apa itu afiksasi, kita harus tahu dulu apa itu afiks? Afiks adalah morfem terikat yang dilekatkan pada morfem dasar atau akar. Pembahasan mengenai afiks dapat ditemukan dalam setiap buku linguistik umum dan morfologi. Namun demikian, pembahasan pada buku-buku tersebut masih bersifat kurang menyeluruh dan berbeda-beda. Hal ini dapat disebabkan oleh terbatasnya jenis afiks dari bahasa yang dianalisis atau belum adanya analisis yang lebih mendalam mengenai afiks.
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada suatu satuan, baik berupa satuan tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata. Afiksasi adalah salah satu dari 3 proses morfologik, yang terdiri atas afiksasi, Reduplikasi, dan Proses Pemajemukkan.

1.2    Rumusan Masalah Penulisan
            Dari latar belakang yang sudah dipaparkan, maka rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu sebagai berikut.
1.      Apa yang dimaksud dengan afiksasi ?
2.      Apa saja afiks-afiks pembentukkan verba ?

1.3    Tujuan Penulisan
            Dari beberapa rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1.      Dapat mengetahui apa pengertian afiksasi.
2.      Dapat mengetahui afiks-afiks pembentukan verba.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Afiksasi
Adapun beberapa pengertian afiksasi menurut pendapat para ahli, antara lain :
1.      Kridalaksana (2009; 28-31) menyebutkan bahwa afiksasi adalah proses yang mengubah leksem menjadi kata kompleks. Kridalaksana (1989:31-83) mendeskripsikan afiksasi sebagai proses atau hasil penambahan afiks pada dasar.
2.      Richard (dalam Putrayasa; 2008;5) mengatakan bahwa afiksasi atau pengimbuhan adalah proses pembentukan kata dengan membubuhkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks.
3.      Ramlan (1987:49) menyebut proses afiksasi sebagai proses pembubuhan afiks. Menurutnya, suatu satuan yang dilekati afiks disebut bentuk dasar.
4.      Afiksasi menurut Samsuri (1985: 190), adalah penggabungan akar kata atau pokok dengan afiks.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa afiksasi adalah proses pembentukan kata dengan membubuhkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.

2.2    Afiks-afiks Pembentuk Verba
Afiks-afiks pembentuk verba adalah sebagai berikut.
1.      Prefix ber-
2.      Konfiks dan klofiks ber-an
3.      Klofiks ber-kan
4.      Sufiks -kan
5.      Sufiks –i
6.      Prefiks per-
7.      Konfiks per-kan
8.      Konfiks per-i
9.      Prefiks me-
10.  Prefiks di-
11.  Prefiks ter-
12.  Prefiks ke-
13.  Konfiks ke-an

2.2.1    Verba Berprefiks ber-
Bentuk dasar dalam pembentukan verba dengan prefiks ber- dapat berupa:
a.       Morfem dasar terikat, seperti terdapat pada kata bertempur, berkelahi, berjuang, bertikai, dan berhenti. Bentuk dasarnya yaitu: tempur, kelahi, juang, tikai, dan henti.
b.      Morfem dasar bebas, seperti terdapat pada kata berladang, beternak, bekerja, bernyanyi, dan bergaya. Bentuk dasarnya: ladang, ternak, kerja, nyanyi, dan gaya.
c.       Bentuk turunan berafiks, seperti terdapat pada kata berpakaian (bentuk dasarnya pakaian), beraturan (bentuk dasarnya aturan) berkekuatan (bentuk dasarnya kekuatan), berkebangsaan (bentuk dasarnya kebangsaan), berpenghasilan (bentuk dasarnya penghasilan) dan berpendapatan (bentuk dasarnya pendapatan).
Jadi, di sini prefiks ber- diimbuhkan pada dasar yang terlebih dahulu sudah diberi afiks lain.
d.      Bentuk turunan reduplikasi, seperti terdapat pada kata berlari-lari (bentuk dasar lari-lari), berkeluh-kesah (bentuk dasar keluh-kesah), dan berilmu pengetahuan (bentuk dasar ilmu-pengetahuan).
e.       Bentuk turunan hasil komposisi, seperti terdapat pada kata berjual beli (bentuk dasar jual beli), bertemu muka (bentuk dasar temu muka), dan bergunung api (bentuk dasar gunung api).

2.2.1.1  Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘memakai’ atau ‘mengenakan’
Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+ pakaian) atau (+ perhiasan). Simak contoh berikut:
-          berayah ‘mempunyai ayah’
-          bermesin ‘ada mesinnya’
-          berjendela ‘ada jendelanya’

2.2.1.2     Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘memakai’ atau  ‘mengenakan’
Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+ pakaian) atau (+ pehiasan). Simak contoh berikut:
-          berkebaya ‘memakai kebaya’
-          berjilbab ‘memakai jilbab’
-          berpita ‘memakai pita’

2.2.1.3  Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘mengendarai’,’menumpang’, atau ‘naik
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+kendaraan). Simak contoh berikut:
-          bersepeda ‘mengendarai sepeda’.
-          berkuda ‘naik kuda’
-          berkereta ‘menumpang kereta’

2.2.1.4  Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘berisi’ atau ‘mengandung’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+benda), (+ dalaman), atau (+ kandungan). Simak contoh berikut:
-          beracun ‘mengandung racun’
-          berkuman ‘mengandung kuman
-          berpenyakit ‘mengandung penyakit’

2.2.1.5  Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘mengeluarkan’ atau ‘menghasilkan’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+benda), (+ hasil), atau (+ keluar). Perhatika contoh berikut:
-          berproduksi ‘menghasilkan produksi’
-          bertelur ‘mengeluarkan telur’
-          berdarah ‘mengeluarkan darah’

2.2.1.6  Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘mengusahakan’ atau ‘mengupayakan’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ bidang usaha). Perhatikan contoh:
-          berladang ‘mengusahakan ladang’
-          berternak ‘mengusahakan ternak’
-          bersawah ‘mengerjakan sawah’

2.2.1.7  Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘melakukan kegiatan’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ benda) dan (+ kegiatan). Simak contoh berikut:
-          berdebat ‘melakukan debat’
-          bersenam ‘melakukan senam’
-          berolahraga ‘melakukan olahraga’

2.2.1.8  Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘mengalami’ atau ‘berada dalam keadaan’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ perasaan batin). Simak contoh berikut:
-          bergembira ‘dalam keadaan gembira’
-          bersedih ‘dalam keadaan sedih’
-          bersenang-senang ‘dalam keadaan senang-senang’

2.2.1.9  Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘menyebut’ atau ‘menyapa’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ kerabat) dan (+ sapaan). Simak contoh berikut:
-          berabang ‘memanggil abang’
-          beradik ‘memanggil adik’
-          bertuan ‘memanggil tuan’

2.2.1.10     Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘kumpulan’ atau ‘kelompok’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ jumlah) atau (+ hitungan). Contoh:
-          berdua ‘kumpulan dari dua (orang)
-          bertiga ‘kumpulan dari tiga (orang)
-          berempat ‘kumpulan dari empat (orang)

2.2.1.11          Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘memberi’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ benda) dan (+ berian). Simak contoh berikut:
-          bersedekah ‘memberi sedekah’
-          berkhotbah ‘memberi khotbah’
-          berceramah ‘memberi ceramah’

2.2.2 Verba Berkonfiks dan Berklofiks Ber-an
Verba berbentuk ber-an seperti pada kata bermunculan dan berpakaian memiliki dua macam proses pembentukan. Pertama, yang berupa konfiks, artinya prefiks ber- dan sufiks  -an itu diimbuhkan secara bersamaan sekaligus  dalam bentuk dasar. Kedua, berupa klofiks artinya prefiks ber- dan sufiks –an itu di imbuhkan secara bersamaan pada sebuah dasar. Dalam hal ini pada bentuk dasar mula-mula diimbuhkan sufiks –an baru kemudian diimbuhkan lagi prefiks ber-. Contoh: bermunculan, berpakaian.
2.2.2.1  Verba berkonfiks ber-an memiliki makna gramatikal ‘banyak’ serta ‘tidak teratur’
Apabila memiliki komponen makna(+ tindakan), (+ sasaran) dan (+ gerak). Misalnya:
-          berlarian ‘banyak yang berlari dan tidak beratur’.
-          bermunculan ‘banyak yang bermuncul dan tidak beratur’.

2.2.2.2  Verba berkonfiks ber-an memiliki makna gramatikal ‘saling’ atau ‘berbalasan’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan), (- sasaran) dan (+ gerak).Misalnya:
-          bermusuhan ‘saling memusuhi’.
-          bertangisan ‘saling menangisi’.

2.2.2.3  Verba berkonfiks ber-an memiliki makna gramatikal ‘saling berada di’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ benda), (+ letak) dan (+ tempat). Misalnya:
-          bersebelahan ‘saling berada di sebelah’.
-          berseberangan ‘saling berada di seberang’.

2.2.3        Verba Berklofiks ber-kan
Verba berklofiks ber-kan di bentuk dengan proses , mula-mula pada bentuk dasar diimbuhkan prefiks ber-, lalu diimbuhkan pula sufiks  -kan. Misalnya, mula-mula pada dasar senjata diimbuhkan prefiks ber- menjadi bersenjata, lalu bersenjata diimbuhkan pula sufiks  -kan sehingga manjadi bersenjatakan.

2.2.4        Verba Bersufiks –kan
Dalam prosesnya, surfiks –kan, bila diimbuhkanpada dasar yang memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran) akan membentuk verba bitransitif, yaitu verba yang berobjek dua. Bila diimbuhkan pada dasar yang lain, surfiks  -kan akan membentuk pangkal (stem) yang menjadi dasar dalam pembentukan verba inflektif.
Verba bersurfiks  -kan digunakan dalam:
a.       Kalimat imperative. Contoh:
-          Lemparkan bola itu ke sini!
-          Tuliskan namamu di sini!
b.      Kalimat pasif yang predikatnya berpola: (aspek) + pelaku + verba, dan subjeknya menjadi sasaran tindakan. Contoh:
-          Rumah itu kami dirikan.
-          Jembatan itu akan mereka robohkan.
c.       Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + (aspek) + pelaku + verba. Contoh:
-          Uang yang baru kami terima sudah habis lagi.
-          Kami melewati daerah yang sudah mereka amankan.

2.2.4.1   Verba bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ‘jadikan’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan) atau (+ sifat khas). Contoh:
-          tenangkan, artinya ‘jadikan tenang’
-          damaikan, artinya ‘jadikan damai’

2.2.4.2   Verba bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ‘jadikan’  
            berada di’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+tempat) atau (+arah). Contoh:
-          pinggiran, artinya ‘jadikan berada di pinggir’
-          daratkan, artinya ‘jadikan berada di darat’

2.2.4.3 Verba bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ‘lakukan untuk  
orang lain’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Contoh:
-          ambilkan, artinya ‘lakukan ambil untuk (orang lain)’
-          belikan, artinya ‘lakukan beli untuk (orang lain)


2.2.4.4                Verba bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ‘lakukan akan’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (* sasaran). Contoh:
-          lemparkan, artinya ‘lakukan lempar akan’
-          hapuskan, artinya ‘lakukan hapus akan’

2.2.4.5           Verba bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ‘bawa masuk ke’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ ruang). Contoh:
-          rumahkan, artinya ‘bawa masuk ke rumah’
-          gudangkan, artinya ‘bawa masuk ke gudang’

2.2.5        Verba bersufiks –i
Verba bersufiks –i adalah verba transitif, yang berlaku juga sebagai pangkal (stem) dalam pembentukan verba inflektif. Verba bersufiks –i digunakan dalam:
a.       kalimat imperatif. Contoh:
-          Mari kita hampiri anak itu!
-          Lompati saja pagar itu!
b.      Kalimat pasif yang predikatnya berpola: (aspek) + pelaku + verba, dan subjeknya menjadi sasaran perbuatan. Contoh:
-          Anak-anak yatim itu harus kita santuni.
-          Gurumu itu mesti kamu hormati dengan baik.
c.       Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + (aspek) + pelaku + verba. Contoh:
-          Desa yang kita kunjungi berada di balik bukit itu.
-          Banjir melanda wilayah yang akan kita datangi.

2.2.5.1       Verba bersufiks –i memiliki makna granatikal ‘berulang kali’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+  tindakan) dan (+ sasaran). Contoh:
-          pukuli, artinya ‘pekerjaan pukul dilakukan berulang kali’
-          lempari, artinya ‘pekerjaan potong dilakukan berulang kali’

2.2.5.2            Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal ‘tempat’
Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+ tampat). Misalnya:
-          duduki, artinya ‘duduk di …’.
-          datangi, artinya ‘datang di …’.

2.2.5.3 Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal ‘merasa sesuatu pada’
Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+ sikap batin) atau (+ emosi). Misalnya:
-          kasihi, artinya ‘merasa kasih pada’.
-          takuti, artinya ‘merasa takut pada’.

2.2.5.4       Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal ‘memberi’ atau ‘membubuhi’
Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+ bahan berian). Contoh:
-          garami, artinya ‘beri garam pada’
-          airi, artinya ‘beri air pada’

2.2.5.5        Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal ‘sebabkan’
Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+ keadaan) atau (+ sifat). Contoh:
-          jauhi, artinya ‘jadikan jauh’
-          dekati, artinya ‘jadikan dekat’

2.2.5.6       Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal ‘lakukan pada’
Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+ tindakan) dan (+ sifat). Misalnya:
-          tulisi, artinya ‘lakukan tulis pada’
-          diami, artinya ‘lakukan diam pada’

2.2.6        Verba Berprefiks per-
Verba berprefiks per- adalah verba yang bisa menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif. Verba berprefiks per- dapat digunakan dalam:
a.       kalimat imperative. Misalnya:
-          Persingkat bicaramu!
-          Perpanjang dulu KTP mu!
b.      Kalimat pasif yang berpola: (aspek) + pelaku + verba. Misalnya:
-          Penjagaan akan kami perketat nanti malam.
-          Masjid ini akan kami perluas ke arah timur.
c.       Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + aspek + pelaku + verba. Misalnya:
-          Saluran yang telah kami perdalam kini telah dangkal lagi.
-          Mobil yang belum lama kami perbaiki mogok lagi.

2.2.6.1           Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal ‘jadikan lebih’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan) atau (+ situasi). Contoh:
-          pertinggi, artinya ‘jadikan lebih tinggi’
-          perlebar, artinya ‘jadikan lebih lebar’

2.2.6.2    Verba berprefiks per- makna gramatikal ‘anggap sebagai’ atau ‘jadikan’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ sifat khas). Contoh:
-          perbudak, artinya ‘anggap sebagai budak’
-          peristri, artinya ‘jadikan istri’

2.2.6.3        Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal ‘bagi’
-          perseribu, artinya ‘bagi seribu’
-          perdua, artinya ‘bagi dua’


2.2.7        Verba Berkonfiks per-kan
Verba berkonfiks per-kan adalah verba yang bisa  menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif (berprefiks me-, berprefiks di- atau berprefiks ter). Verba berkonfiks per-kan di gunakan dalam:
a.       kalimat imperative. Misalnya:
-          persiapkan dulu bahan-bahannya!
-          Jangan perdebatkan lagi masalah itu!
b.      Kalimat pasif yang predikatnya berpola: yang + (aspek) + pelaku. Contoh:
-          Anak itu akan kita pertemukan dengan orang tua angkatnya.
-          Masalah itu akan kami pertanyakan lagi.
c.       Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + (aspek) + pelaku. Contoh:
-          Tarian yang sudah mereka pertunjukan akan diulang lagi.
-          Film yang mereka hendak persembahkan perlu disensor dulu.

2.2.7.1  Verba berkonfiks per-kan memiliki gramatikal ‘jadikan bahan per-an’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ kegiatan). Contoh:
-          perdebatkan, artinya ‘jadikan bahan perdebatan’.
-          pertanyakan, artinya ‘jadikan bahan pertanyaan’.

2.2.7.2       Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal ‘lakukan supaya (dasar)
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan). Contoh:
-          persamakan, artinya ‘lakukan supaya sama’.
-          perbedaan, artinya ‘lakukan supaya beda’

2.2.7.3    Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal ‘jadikan me-‘
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan). Contoh:
-          perdengarkan, artinya ‘jadikan (orang lain) mendengar’.
-          perlihatkan, artinya ‘jadikan (orang lain) melihat.

2.2.7.4 Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal ‘jadikan ber-‘
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ kejadian). Contoh:
-          pertemukan, artinya ‘jadikan bertemu’
-          pergunakan, artinya ‘jadikan berguna’

2.2.8        Verba Berkonfiks per-i
Verba berkonfiks per-i adalah verba yang dapat menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif (berprefiks me- inflektif, di- infflektif atau ter- inflektif)
a.       kalimat imperative. Contoh:
-          Perbaiki dulu sepeda ini!
-          Jangan permalui dia di depan orang banyak!
b.      Kalimat pasif yang predikatnya berpola: (aspek) + pelaku + verba. Contoh:
-          Mobil itu baru kita perbaiki.
-          Mereka akan kami perlengkapi dengan alat-alat pertanian.

2.2.8.1       Verba berkonfiks per-i memiliki makna gramatikal ‘lakukan supaya jadi’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan). Contoh:
-          perlengkapi, artinya ‘supaya jadi lengkap’
-          perbaiki, artinya ‘lakukan supaya jadi baik’
2.2.8.2  Verba berkonfiks per-i memiliki makna gramatikal ‘lakukan (dasar) pada objeknya’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ lokasi). Contoh:
-          persetujui, artinya ‘lakukan setuju pada objeknya’
-          persepakati, artinya ‘lakukan sepakat pada objeknya’

2.2.9 Verba Berprefiks me-
Prefiks me- dapat berbentuk me-, mem-,meny-,meng-, dan menge-.
Bentuk atau alomorf me- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem (r,l,w,y,m,n,ny, dan ng).
Contoh :
-          merakit
-          mewarisi
-          melongok
-          meyakini
-          memerah
-          menanti
-          menyanyi
-          mengerikan

Bentuk atau alomorf mem- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem (b, p, f, dan v). Dengan catatan fonem (b, f, dan v) tetap berwujud, sedangkan fonem p tidak diwujudkan, melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal dari prefiks itu.

Contoh :
-          membina
-          memfitnah
-          memvitaminkan
-          memutuskan
-          memotong
Di sini perlu dicatat dalam kenyataan bahasa ada sejumlah kata, terutama yang berasal dari bahasa asing, yang meskipun diawali dengan fonem p tetapi tidak diluluhkan.
Contoh :
-          mempesonakan atau memesonakan
-          mempedulikan atau memedulikan
-          mempengaruhi atau memengaruhi
-          mempopulerkan atau memopulerkan

Demi kekonsistenan, lebih dianjurkan untuk menggunakan bentuk yang meluluhkan fonem p itu.
Bentuk men- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem d dan t. Dengan catatan fonem d tetap diwujudkan sedangkan fonem t tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal yang ada pada prefiks tersebut. Simak contoh-contoh berikut:
Menduda
Mendidik
Menulis
Menodong
Mendengar
Mendustai
Menendang
Menerobos
Dalam bahasa keseharian, terutama di Jakarta, ada sejumlah kata berprefiks me-, tetapi fonem t pada awal bentuk dasarnya tidak diluluhkan atau disenyawakan, seperti mentolerir, mentradisi, mentraktor dan sebagainya.

Bentuk meny- digunakan apabila fonem awal bentuk dasarnya adalah fonem c, j dan s. Dengan catatan dalam bahasa tulis bunyi ny pada prefiks itu diganti atau dituliskan dengan huruf n pada dasar yang dengan fonem c dan j, sedangkan yang dimulai dengan fonem s, fonem s-nya diluluhkan. Simak contoh-contoh berikut:
mencuri                     lafalnya: menycuri
mencicil                    lafalnya: menycicil
menjual                     lafalnya: menyjual
menjaga                    lafalnya: menyjaga
Dalam bahasa keseharian, terutama kata serapan dari bahasa asing, bunyi nasal pada bentuk dasarnya tidak diluluhkan. Contoh:
mensukseskan
mensitir
menstandarkan
mensosialisasikan
Bentuk meng- digunakan apabila bentuk dasarnya mulai dengan fonem k, g, h, kh, a, z, e, dan o. Dengan catatan fonem k tidak diwujudkan, melainkan disenyawakan dengan nasal yang ada pada prefiks itu, sedangkan fonem-fonem yang lain tetap diwujudkan. Simak contoh-contoh berikut:
Mengirim
Menggali
Menghibur
Mengkhianati
Mengambil

Bentuk menge- digunakan apabila bentuk dasarnya terdiri dari sebuah suku kata. Contoh:
Mengebom
Mengetik
Mengecor
Mengecat
Mengelap
Mengetes


2.2.9.1 Verba Berprefiks me- inflektif
Bentuk dasar atau pangkal verba berprefiks me- inflektif memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Jadi, bentuk dasar atau pangkal dalam pembentukan verba inflektif, di samping berbentuk morfem dasar atau akar juga termasuk verba bersufiks –kan, bersufik –i, berprefiks per-, berkonfiks per-kan, dan berkonfiks per-i. Contoh:
membaca
melupakan
merestui
memperpanjang
mempergunakan
mempergauli
menulis
menidurkan
menodai
mempersingkat
memperdayakan
mempertakuti

(a)    Verba berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal  ′melakukan
(dasar)′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Contoh:
- membeli, artinya ′melakukan beli′   - menulis, artinya ′melakukan tulis′.
(b) Verba berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal  ′melakukan kerja
      dengan alat′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan)
      dan (+ alat). Contoh:
                  - mengikir, artinya ′melakukan kerja dengan alat kikir′.
                  - memahat, artinya ′melakukan kerja dengan alat pahat′.
(c)  Verba berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal  ′melakukan kerja
      dengan bahan′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
      tindakan) dan (+ bahan). Contoh:
- mengecat, artinya ′lakukan kerja dengan bahan cat′.
- mengelem, artinya ′lakukan kerja dengan bahan lem′.
(d) Verba berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal  ′membuat dasar′
      Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+
      benda hasil). Contoh:
                  - mematung, artinya ′membuat patung′.
                  - menggambar, artinya ′membuat gambar′.

2.2.9.2 Verba Berprefiks me- derivatif
Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal:
(1)   makan, minum, mengisap
(2)   mengeluarkan
(3)   menjadi
(4)   menjadi seperti
(5)   menuju
(6)   memperingati

(a) Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal makan, minum, mengisap apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ makanan) atau (+ minuman) atau (+ isapan). Contoh:
                  - merokok, artinya ′menghisap rokok′     - menyoto, artinya ′makan soto ′.
(b)  Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal mengeluarkan
      (dasar) apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (bunyi) atau (+
      suara). Contoh:
      - mengeong, artinya ′mengeluarkan bunyi ngeong′.
      - mengaum, artinya ′mengeluarkan bunyi ngaum′.
(c) Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal menjadi (dasar)
     Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan, ) atau (+
     warna) atau (+ bentuk) atau (+ situasi). Contoh :
                 - menguning, artinya ′menjadi kuning′    - meninggi, artinya ′menjadi tinggi′.
(d) Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal menjadi seperti
      apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ sifat khas). Contoh:
                  - membatu, artinya ′menjadi seperti batu′.
                  - membaja, artinya ′menjadi seperti baja′.
(e) Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal makan, minum,
      mengisap apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ makanan)
      atau (+ minuman) atau (+ isapan). Contoh :
                  - menepi, artinya ′menuju tepi′       - mengutara, artinya ′menuju udara′.
(f) Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal makan, minum,
      mengisap apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ makanan)
      atau (+ minuman) atau (+ isapan). Contoh :
                  - menujuh hari, artinya ′memperingati hari ketujuh (kematian)
                  - menyeratus hari, artinya ′memperingati hari keseratus    (kematian)

2.2.10  Verba Berprefiks di-
Ada dua macam verba berprefiks di-, yaitu verba berprefiks di- inflektif dan verba berprefiks di- derivatif.
A.    Verba berprefiks di- inflektif adalah verba pasif. Tindakan dari verba
berprefiks me- inflektif. Maka makna gramatikalnya adalah kebalikan dari bentuk aktif verba berprefiks me- inflektif.
B.  Verba berprefiks di- derivatif sejauh data yang diperoleh hanya ada kata dimaksud, yang lain tidak ada.

2.2.10 Verba Berprefiks ter-
Ada dua macam verba berprefiks ter-, yaitu verba berprefiks ter- inflektif dan verba berprefiks ter- derivatif.
A.    Verba berprefiks ter- inflektif
Verba berprefiks ter- inflektif adalah verba pasif keadaan dari verba berprefiks me- inflektif. Makna gramatikal verba berprefiks ter- inflektif, selain sebagai kebalikan pasif keadaan dari verba berprefiks me- inflektif, juga memiliki makna gramatikal.
(1)   dapat / sanggup
(2)   tidak sengaja
(3)   sudah terjadi

(a)       Verba berprefiks ter- inflektif memiliki makna gramatikal ′dapat /sanggup′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+    tindakan) dan (+ sasaran). Contoh:
        - terangkat, artinya ′dapat diangkat′.   - terbaca, artinya ′dapat dibaca′.
 (b)    Verba berprefiks ter- inflektif memiliki makna gramatikal ′tidak sengaja ′
 Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Contoh:
      - terangkat, artinya ′tidak sengaja diangkat′.
       - terbaca, artinya ′tidak sengaja dibaca′.
  (c) Verba berprefiks ter- inflektif memiliki makna gramatikal ′sudah terjadi′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ keadaan). Contoh:
       - terbakar, artinya ′sudah terjadi (bakar)′.
       - terputus, artinya ′sudah terjadi (putus)′.
(d)  Verba berprefiks ter- inflektif memiliki makna gramatikal ′yang di (dasar)
Apabila digunakan sebagai istilah bidang hukum. Contoh:
                             - tersangka, artinya ′yang disangka′  
                             - terdakwa, artinya ′yang didakwa′.

B.     Verba berprefiks ter- derivatif
Verba berprefiks ter- derivatif memiliki makna gramatikal:
(1)   paling
(2)   dalam keadaan
(3)   terjadi dengan tiba-tiba
(a)    Verba berprefiks ter- derivatif memiliki makna gramatikal ′paling′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan). Contoh:
         - terbaik, artinya ′paling baik′.        - tertinggi, artinya ′paling tinggi′.
(b) Verba berprefiks ter- derivatif memiliki makna gramatikal ′dalam keadaan′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan) dan (+ kejadian). Contoh:
      - tergeletak, artinya ′dalam keadaan geletak′.
      - terdampar, artinya ′dalam keadaan dampar′.
(c) Verba berprefiks ter- derivatif memiliki makna gramatikal ′terjadi dengan tiba tiba′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ kejadian). Contoh:
      - teringat, artinya ′tiba-tiba ingat′.      - terpeluk, artinya ′tiba-tiba memeluk′.

2.2.12. Verba Berprefiks ke-
Verba berprefiks ke- digunakan dalam bahasa ragam tidak baku. Fungsi dan makna gramatikalnya sepadan dengan verba berprefiks ter-. Jadi, bentuknya sebagai berikut:
kebaca
ketipu
ketabrak
kebawa
ketangkap
Sepadan dengan :
terbaca
tertipu
tertabrak
terbawa
tertangkap

Makna gramatikal yang dimiliki, antara lain:
(1)   tidak sengaja
(2)   dapat di
(3)   kena (dasar)



2.2.13. Verba Berkonfiks ke-an
Verba berkonfiks ke-an termasuk verba pasif, yang tidak dapat dikembalikan ke dalam verba aktif, seperti verba pasif di- dan verba pasif ter-. Makna gramatikal yang dimilikinya adalah:
(1)   terkena, menderita atau mengalami
(2)   agak bersifat
           
                               
A. Verba berkonfiks ke-an memiliki makna gramatikal ′terkena, menderita, mengalami (dasar) ′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ peristiwa alam) atau (+ hal yang tidak enak). Contoh:
- kebanjiran, artinya ′terkena banjir′   - kebakaran, artinya ′menderita bakar ′.
B.    Verba berkonfiks ke-an memiliki makna gramatikal ′agak (dasar)′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ warna). Contoh:
      - kehijauan, artinya ′agak hijau′     - kemerahan, artinya ′agak merah′.

BAB III
PENUTUP
Simpulan
Kridalaksana (2009; 28-31) menyebutkan bahwa afiksasi adalah proses yang mengubah leksem menjadi kata kompleks. Kridalaksana (1989:31-83) mendeskripsikan afiksasi sebagai proses atau hasil penambahan afiks pada dasar.
Ramlan (1987:49) menyebut proses afiksasi sebagai proses pembubuhan afiks. Menurutnya, suatu satuan yang dilekati afiks disebut bentuk dasar.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulan bahwa afiksasi adalah proses pembentukan kata dengan membubuhkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.

Afiks-afiks pembentuk verba yaitu sebagai berikut.
1.      Prefix ber-
2.      Konfiks dan klofiks ber-an
3.      Klofiks ber-kan
4.      Sufiks -kan
5.      Sufiks –i
6.      Prefiks per-
7.      Konfiks per-kan
8.      Konfiks per-i
9.      Prefiks me-
10.  Prefiks di-
11.  Prefiks ter-
12.  Prefiks ke-
13.  Konfiks ke-an



Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. 2015. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
http://andrinovansyah.blogspot.co.id/2015/05/makalah-pembentukan-afiks-verba.html




No comments:

Post a Comment

Naskah Drama "Balada Saridin"

Pemain : 1.       Saridin 2.       Aisyah 3.       Sari (teman Aisyah) 4.       Siti (teman Aisyah) 5.       Ayah Aisyah 6.  ...