Wednesday, March 1, 2017

Makalah Sastrawan dan Semesta

Sastrawan dan Semesta
Mata Kuliah: Teori Belajar Sastra
Dosen Pembimbing : Mustamil, Drs., M.Pd
Program Bidang Study / Semester : PBSI / 2
Disusun oleh:
Rudiyanto
Sintiyah
Wasiri

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
                           NAHDLATUL ULAMA INDRAMAYU   
                                     (STKIP NU INDRAMAYU)     
SK DIRJEND DIKTI NO. 439/E/O/2012
Tahun 2017


Jalan Raya Kaplongan No. 28 Karangampel Indramayu


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur  kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT  yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehinga kami mendapatkan petunjuk, kekuatan, dan kesabaran agar kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “Sastrawan dan Semesta”.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari  kesempurnaan. Oleh karna itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan mendidik untuk perbaikan selanjutnya.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembacanya. Terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Indramayu,    Pebruari 2017

          Penulis







DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
          1.1 Latar Belakang Penulisan .............................................................. 1
          1.2 Rumusan Masalah Penulisan ......................................................... 1
          1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 3
          2.1 Pengertian Sastrawan dan Alam Semesta ..................................... 3
                    2.1.1 Pengertian Sastrawan ....................................................... 3
                    2.1.2 Pengertian Alam Semesta ................................................. 3
          2.2 Hubungan Sastrawan dengan Alam Semesta ................................ 3
          2.3 Sastrawan dan Panca Indera ......................................................... 5
BAB III PENUTUP .................................................................................. 10
          3.1 Simpulan ...................................................................................... 10
          3.2 Saran ............................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Penulisan
Fenomena sastra amatlah sangat beragam. Baik dari segi sastranya, sastrawannya, maupun lingkungan alam semesta. Semuanya dapat berupa pembangun ataupun perusak karya sastra itu sendiri. Semuanya merupakan rangkaian “dunia hidup” karya sastra. Walaupun karya sastra itu siap jadi tetaplah merupakan hasil goresan sastra.
Sastrawan adalah orang-orang yang menghasilkan karya sastra seperti novel, puisi, sajak, naskah sandiwara dan lain-lain. Oleh karena itu, penyair, penulis, pujangga serta profesi-profesi terkait lainnya, bisa dikelompokkan sebagai sastrawan. Pemahaman pada karya sastra akan lebih baik bila kita mengenal latar belakang sang pengarang atau sastrawan.
Proses terjadinya alam semesta hanya Allah SWT yang tahu. Bagi manusia alam semesta masih merupakan misteri, masih merupakan peristiwa yang gaib dan penuh rahasia. Namun walaupun demikian para ahli ilmu pengetahuan alam masih terus mengadakan penelitian-penelitian untuk mengungkap tabir misteri tersebut. Apa, mengapa, bagaimana dan kapan terjadinya alam semesta ini.


1.2  Rumusan Masalah Penulisan
Dari beberapa masalah yang ada di atas, maka kami dari tim penyusun makalah ingin membahas beberapa hal untuk menjelaskan masalah-masalah tersebut, yaitu sebagai berikut :
1.      Apa pengertian sastrawan dan alam semesta?
2.      Apa hubungan sastrawan dengan alam semesta ?
3.      Apa hubungan sastrawan dengan panca indra?


1.3  Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah penulisan yang sudah disebutkan, maka kami sebagai tim penyusun makalah mempunyai tujuan penulisan, yaitu sebagai berikut :
1.      Mengetahui pengertian sastrawan dan alam semesta.
2.      Mengetahui hubungan sastrawan dengan alam semesta.
3.      Mengetahui hubungan sastrawan dengan panca indra.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sastrawan dan Alam semesta
            2.1.1 Pengertian sastrawan
Sastrawan adalah orang-orang yang menghasilkan karya sastra seperti novel, puisi, sajak, naskah sandiwara dan lain-lain. Oleh karena itu, penyair, penulis, pujangga serta profesi-profesi terkait lainnya, bisa dikelompokkan sebagai sastrawan.

2.2.2 Pengertian alam semesta
Alam adalah segala sesuatu yang ada atau yang dianggap ada oleh manusia di dunia ini selain Allah beserta dzat dan sifat-nya. Alam dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah alam ghoib dan alam syahadah. Alam syahadah dalam istilah Inggris disebut universe yang artinya seluruhnya, yang dalam bahasa sehari-hari disebut sebagi alam semesta. Alam semesta merupakan ciptaan Allah yang diurus dengan kehendak dan perhatian Allah.

2.2 Hubungan Sastrawan dengan Alam Semesta
Semua karya manusia disusun berdasarkan alam semesta. Orang  membuat rumah, dengan bahan dari alam, seperti batu, kayu, semen, dan kapur.
Bagaimana dengan karya sastra?. Ya, kita mendapatkan ide dari alam semesta, demikian  juga dengan sastrawan. Sastrawan menyampaikan ide dan gagasan-nya yang berupa karya sastra kepada pembaca atau pendengarnya. Karya sastra tersebut tercipta berkat ide yang didapatkan dari alam semesta. Sastrawan akan menyampaikan apa yang berhasil diindra, ditanggapi, diingat, dan difantasikannya melalui bahasa.

Apa yang berhasil diindra, ditanggapi, diingat, dan difantasikan manusia,  semuanya disimpan dan disampaikan melalui bahasa dengan segala perangkatnya. Bahasa adalah wadah objektif dari timbunan makna dan pengalaman yang besar. Objektif sebagai milik bersama anggota masyarakat terhadap subjektif dalam arti pengertian individual (teeuw, 1984: 227).
Sastrawan memperlakukan kenyataan dan dunia dengan tiga cara, yaitu manipulatif, artifisial, dan interpretatif. Manipulasi adalah sebuah proses rekayasa dengan melakukan penambahan, penyembunyian, penghilangan atau pengkaburan terhadap bagian atau keseluruhan sebuah realitas, kenyataan, fakta-fakta ataupun sejarah. Artifisial adalah sebuah bahasa yang kosa kata dan tata bahasanya diciptakan oleh seseorang atau sebuah kelompok kecil. Interpretative adalah bersifat adanya kesan, pendapat, dan pandangan yang berhubungan dengan adanya tafsiran.
Seorang sastrawan memperlakukan kenyataan yang digunakan sebagai bahan mentah karya sastranya dengan cara meniru, memperbaiki, menambah, atau menggabungkan kenyataan yang ada untuk dimasukkan ke dalam karya sastranya.  Selain itu, kenyataan yang ada telah diinterpretasikan terlebih dahulu berdasarkan pandangan diri sastrawan itu sebelum dijadikan karya sastra.
Kita pernah dikejutkan dengan berita kematian Marsinah. Buruh pabrik arloji yang dibunuh dengan sadis. Kenyataan ini dimanipulasi dan ditafsirkan kembali oleh Sapardi Djoko Damono dalam bentuk puisi.
Kita juga bisa melihat bagaimana Mochtar Lubis memanfaatkan kenyataan yang dialaminya  saat ia melihat kuli kontrak yang dicambuk. Kenyataan ini ditulisnya dalam cerpen “Kuli Kontrak”.
Kadar kenyataan dalam karya sastra berbeda-beda  untuk setiap jenis karya sastra. Untuk karya sastra yang bersifat biografis, otobiografis, historis, atau catatan perjalanan, kadar kenyataan  yang ada di dalamnya lebih dominan. Bahkan, pengarangnya pun kadang-kadang mengakui kenyataan yang  di ceritakan dalam karyanya, misalnya cerpen “Sepuncuk Surat Nyasar” oleh Ninik Sp. Saiman (Pemenang III Sayembara Mengarang Cerpen Gadis 1986).
Dalam karya sastra lain, terutama karya sastra kotemporer, karya sastra absurd, karya sastra sufi, kenyataan hanya dugunakan sebagai latar, bahan mentah, atau digunakan sebagai pemicu lahirnya karya sastra. Karya semacam ini lebih dominan imajinasi sastrawannya.
Bahan yang sama, bisa diolah dan ditanggapi secara berbeda oleh beberapa sastrawan. Bahkan, dengan judul yang sama, uraian karya sastranya bisa berbeda. Indonesia adalah negri yang indah, subur, serta kaya akan tambang dan mineral. Puisi Muhammad Yamin, di dalam puisinya, selain menceritakan keindahan Indonesia, tetapi berisi juga harapan pemuda-pemudi masa itu akan munculnya masa kejayaan pada tanah airnya.
                                                  
2.3 Sastrawan dan Panca Indra
Dalam Pradopo (1987: 81) memaparkan gambaran-gambaran angan itu ada bermacam-macam, dihasilkan oleh indera penglihatan, pendengaran, perabaan, pencecapan, dan penciuman. Bahkan juga diciptakan oleh pemikiran dan gerakan. Di bawah ini  jenis-jenis citraan atau imaji yaitu sebagai berikut:

a.       Citra Penglihatan (visual imagery)
Citra penglihatan adalah jenis yang paling sering dipergunakan oleh penyair dibandingkan dengan citraan yang lain. Citra penglihatan memberi rangsangan kepada indera penglihatan, sehingga sering hal-hal yang tak terlihat menjadi seolah-olah terlihat.



b.      Citra Pendengaran (auditory imagery)
Citra pendengeran yaitu citraan itu dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bunyi suara (Altenbernd dalam Pradopo, 1987: 82). Citraan pendengaran adalah citraan yang dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bunyi suara. Citraan pendengaran berhubungan dengan kesan dan gambaran yang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga). Contohnya camar bernyanyi, suara gemuruh dalam kelam.

c.       Citra Perabaan (tactile imagery)
Citraan perabaan adalah citraan yang dapat dirasakan oleh indera peraba (kulit). Pada saat membacakan atau mendengarkan larik-larik puisi, kita dapat menemukan diksi yang dapat dirasakan kulit, misalnya dingin, panas, lembut, kasar, dan sebagainya.

d.      Citra Pencecapan (gustatory)
Citraan pencecapan adalah citraan yang berhubungan dengan kesan atau gambaran yang dihasilkan oleh indera pengecap. Pembaca seolah-olah
mencicipi sesuatu yang menimbulkan rasa tertentu, pahit, manis, asin, pedas, enak, nikmat, dan lain-lain.

e.       Citra Penciuman (olfactory)
Citraan penciuman adalah citraan yang berhubungan dengan kesan atau gambaran yang dihasilkan oleh indera penciuman. Citraan ini tampak saat kita membaca atau mendengar kata-kata tertentu, kita seperti mencium sesuatu.

f.       Citra Gerak
Citraan gerak, yaitu citraan yang secara konkret tidak bergerak, tetapi secara abstrak objek tersebut bergerak.

g.      Citra Perasaan
Citraan perasaan, yaitu citraan yang melibatkan hati (perasaan). Citraan ini membantu kita dalam menghayati suatu objek atau kejadian yang melibatkan perasaan.

                      Apa yang disampaikan sastrawan tidak bisa lepas dari apa yang telah dilihat, didengar, diraba, dicium, dan dirasakan. Berikut ini akan diberikan sedikit ilustrasi tentang hubungan sastrawan dengan apa yang telah diindranya.
                      Banyak sastrawan yang memasukkan hasil pengamatannya ke dalam karya sastra. Misalnya A.A Navis mendapatkan ide untuk menulis novel Kemarau setelah ia melihat film Naked Island. Ide cerpen “Angin dari Gunung” timbul ketika dia bertemu dengan laki-laki yang tangannya buntung akibat perang kemerdakaan. Wildan Yatim juga banyak mengangkat hasil penglihatannya ke dalam karya sastranya. Cerpennya “Berakhir di Jakarta” temanya timbul setelah dia menjenguk seorang kawan sekampungnya dari Sumatera Barat yang mengidap kanker payudara.
                      Selain dari kegiatan membaca, apa yang dituangkan sastrawan dalam karya sastranya juga bisa berasal dari pendengarannya. Ide cerpen “Robohnya Surau Kami” muncul ketika A.A Navis mendengar cerita M. Syafei kepada bosnya tentang orang Indonesia yang masuk neraka karena malasnya. Hasil dari apa yang didengar sastrawan yang dituangkan dalam puisinya, bisa menghasilkan kata-kata konkret dan menimbulkan imaji pendengaran. Hal ini bisa dilihat pada puisi Wahyudi S. berikut.
                      KERJA
                      Bangun jam empat pagi
                      Tidak ada suara di luar rumah
                      Hanya tetes air dari kran yang bocor di atas tempat cucian
                      Menghitung mendetik-detik
          Tapi mengapa aku mendengar ramai orang menagih kerja yang belum          selesai

Sastrawan juga bisa menuangkan hasil penciumannya di dalam karya sastranya. Perhatikan contoh puisi Wahyudi S. di bawah ini yang menimbulkan imaji penciuman.
            AWAL APRIL
            Hujan mulai enggan turun membersihkan debu-debu rumah kotaku
            Luka banjir yang kemarin belum lagi sembuh
            Deru kemarau sudah tercium baunya meski masih jauh
            Apakah embun pagi perlahan meninggalkan ujung-ujung daun
            Sedang yang kemarin tidak mungkin aku saksikan kembali
            Basah di kaki oleh rumput pekarangan sudah hilang jejaknya
            Semoga saja sumur dan mata air tetap mengalir

Apa yang dilihat sastrawan tidak hanya terbatas pada dunia di sekelilingnya atau peristiwa yang dilihatnya. Sastrawan bisa mendapat ide dari membaca, baik membaca bebas maupun membaca karya sastra orang lain. Bahan karangan yang diperoleh sastrawan dari membaca karya sastra orang lain itu bisa berupa kata, beberapa kata, satu kalimat, judulnya, dan isi ceritanya. Itulah sebabnya, di dalam karya sastra seorang sastrawan, sering terdapat kutipan, kalimat, atau kata-kata dari karya orang lain. Bisa juga terjadi karena seorang sastrawan yang tidak puas terhadap karya yang dibacanya. Hampir semua sastrawan suka membaca sebelum mereka menjadi sastrawan.

BAB III
PENUTUP
3.1  Simpulan
Sastrawan adalah orang-orang yang menghasilkan karya sastra seperti novel, puisi, sajak, naskah sandiwara dan lain-lain. Oleh karena itu, penyair, penulis, pujangga serta profesi-profesi terkait lainnya, bisa dikelompokkan sebagai sastrawan.
Sastrawan menyampaikan ide dan gagasan-nya yang berupa karya sastra kepada pembaca atau pendengarnya. Karya sastra tersebut tercipta berkat ide yang didapatkan dari alam semesta. Sastrawan akan menyampaikan apa yang berhasil diindra, ditanggapi, diingat, dan difantasikannya melalui bahasa. Apa yang disampaikan sastrawan tidak bisa lepas dari apa yang telah dilihat, didengar, diraba, dicium, dan dirasakan.
Dalam membuat karya sastra, seorang sastrawan tidak hanya terbatas pada  melihat dunia di sekelilingnya atau peristiwa yang dilihatnya. Sastrawan bisa mendapat ide dari membaca, baik membaca bebas maupun membaca karya sastra orang lain.
3.2  Saran
Semoga setelah membahas materi ini, kita bisa untuk mencoba berkarya dengan memanfaatkan apa yang kita miliki, yaitu panca indera. Karena melalui panca indera, kita bisa melihat,  mencium, mendengar, mengecap, dan merasakan apa yang terjadi di sekitar alam semesta ini, atau di lingkungan sekitar kita untuk dijadikan sebagai bahan pembuatan karya sastra.

DAFTAR PUSTAKA


  

Naskah Drama "Balada Saridin"

Pemain : 1.       Saridin 2.       Aisyah 3.       Sari (teman Aisyah) 4.       Siti (teman Aisyah) 5.       Ayah Aisyah 6.  ...