Friday, March 22, 2019

Puisi Aku Ingin

Aku Ingin

Aku ingin bercerita
Aku ingin bersuara
Aku ingin bergembira
Aku ingin menangis
Aku ingin berlari
Aku ingin tertawa
Aku ingin bersedih
Aku ingin berjalan
Aku ingin menari
Aku ingin bernyanyi
Aku ingin berjumpa
Aku ingin bercinta
Aku ingin kamu...

Juntikedokan, 22 Maret 2019

Thursday, March 14, 2019

Puisi Rindu Bersamamu

Rindu Bersamamu
Karya : Rudy

Di sini, malam ini
Dingin berteman sepi
Nyala api dalam sunyi
Tak bisa melawan dingin udara malam ini
Di sini ku sendiri, berteman dengan sepi
Hembusan angin seakan berisyarat
Menyuruhku untuk beristirahat

Di sini, di ketinggian tempat ini
Ku terbayang tentang kita malam itu
Di temani keramaian pergantian tahun
Dalam kehangatan bersamamu
Melawan udara dingin malam itu
Peluk hangat tubuhmu

Kini, sendiri di sini
Tanpamu, tanpa hangat tubuhmu
Hanya unggun kecil yang mulai sayup
Hanya hembusan angin menambah dingin
Aku merindukanmu, kekasihku

Ipukan, 23 Februari 2019


Friday, February 22, 2019

Puisi Kau tinggalkan amarah, bukan asmara

Kau tinggalkan amarah, bukan asmara
Karya : Rudy

Ingin ku bercerita pada semesta
perihal sebuah rasa yang hanya asa
semesta, dengarlah aku walau tak bersuara
melalui rintih ini aku benci malam ini
mawar yang sudah kusiapkan
kini layu menjelma kekecewaan
kata romantis yang sudah kurangkai
kini sirna berubah untaian amarah
amarah yang mendendam dalam malam

Kau, masih sudi saja menyakitiku
bertahun kutahan rasa sakitku
kukira kau datang membawa bahagia di ujung sana
ternyata kau siapkan ribuan pisau yang mengarah ke tubuhku
aku kau rapuhkan secara perlahan
kemudian kau tinggalkan tanpa alasan
Kau tinggalkan amarah, bukan asmara
aaahhhh!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Juntikedokan, 14 Desember 2018

Puisi Sajak Manusia Hp

Manusia Hp
Karya : Rudy

Manusia Hp
Bangun tidur, yang diingat Hp
Ke kamar mandi, bawa Hp
Mau makan, cekrek, foto pakai Hp
Lagi makan, pegang Hp
Awas...jangan sampai makan Hp

Naik kendaraan, pegang Hp
Nyetir kendaraan, main Hp
Nabrak orang, minta maaf ke Hp

Lagi belajar, main Hp
Istirahat, inget Hp
Ke kantin, bawa Hp
Bayar makanan, pakai Hp
Masuk kelas masih main Hp
Ada guru, Hp nya yang jadi guru

Kumpul sama teman, main Hp
Kumpul sama keluarga, main Hp
Reunian teman lama, main Hp
Dasar...Manusia Hp

Juntikedokan, 29 Desember 2018

Puisi Tuhan, Aku Malu

Tuhan, Aku Malu
Karya: Rudy

Tuhan, aku malu
aku hanya seorang pendusta
aku bilang mencintai-Mu
nyatanya aku lebih cinta pada duniaku

Tuhan, aku malu
aku hanya seorang pendosa
aku bilang ingin taat kepada-Mu
nyatanya aku sering mengabaikan-Mu

Tuhan, aku malu
aku mengaku muslim
aku mengaku mukmin
tapi, aku jarang menunaikan kewajibanku

Tuhan, aku malu
aku mendengar ceramah
aku mendengar panggilan-Mu
rumahku dekat dengan rumah-Mu
tapi, kakiku masih terasa berat untuk sekedar mendekati rumah-Mu

Tuhan, aku malu
Pantaskah aku berikrar atas nama-Mu?
sedangkan kitab-Mu saja jarang aku baca

Tuhan, aku malu
aku sering menangis karena urusan dunia
tapi aku tak pernah menangisi akhirat-Mu

Tuhan, aku malu
aku malu, Tuhan

Juntikedokan, 22 Februari 2019

Puisi Kala Jala di Kali

Kala Jala di Kali
Karya : Rudy

Kala itu jala di kali
Jala di kali kala itu
Kala itu, di kali ada jala
Di kali kala itu ada jala
Jala siapa yang ada di kali kala itu?

Kala itu jala di kali
Jala ditimang oleh si mamang
Lalu jala itu di lempar ke kali
Si mamang berharap ada ikan yang terjala
Tapi, jalanya bolong, ikannya lepas dan berenang lagi ke kali
Sekali, dua kali, tiga kali, sampai berkali-kali
Ikan tak ada, jala tersangkut di dasar kali
Si mamang menyelam ke kali

Kala jala di kali
Si mamang mencari ikan untuk anak istri
Satu ikan besar cukup dimakan untuk sarapan pagi
Dua ikan besar untuk makan dua kali
Tiga ikan besar untuk makan tiga kali
Banyak ikan besar untuk makan setiap hari
Itulah harapan si mamang tukang jala ikan di kali

Jala di kali kala itu
Kala itu jala di kali
Si mamang bajunya basah bau sampah kali
Orang-orang sekitarnya hanya melihat sebagai hiburan di siang hari
Ada yang berdua, bertiga, berempat, ada yang bersama istri
Si mamang tak peduli
Dia hanya fokus kepada kali
Diliriknya ikan-ikan di kali
Berharap ada ikan yang nyangkut di jala
Tapi, jalanya bolong, ikannya berenang lagi ke kali

Kala jala di kali
Panas di kepala, dingin di dasar kali
Si mamang tak peduli
Dia teringat anak istri
Rumah pertama adalah tempat tinggal bersama anak istri
Rumah kedua adalah kali
Mau gimana lagi?
Si mamang hanya punya jala dan hanya kenal kali
Jala lagi, jala lagi
Kali lagi, kali lagi
Kala jala di kali

Taman Cimanuk, 20 Februari 2019

Puisi Aku yang Tergusur

Aku yang Tergusur
Karya : Rudy

Orang yang tergusur
Aku hanyalah orang yang tergusur
Posisiku tergantikan oleh posisinya yang lebih mahsyur
Kebersamaan yang dulu indah, kini tak lagi akur
Tiada di hatinya, tiada di hatimu, tiada di hati kalian
Aku hanyalah orang yang tergusur

Tergusur dan digusur sampai tersungkur
Hampir saja aku terjebur ke dalam sumur
Untung aku masih bisa makan semur

Tergusur, tertindas, tergilas
Tergusur dan tertindas sampai tiada melas
Tergusur dibuang seperti ampas

Dulu disanjung, sekarang dipentung
Dulu dipuja, sekarang dihina
Dulu disayang, sekarang dibuang
Dulu diistimewakan, sekarang disepelekan
Dulu dibutuhkan, sekarang diabaikan
Dulu dicari, sekarang tak diminati
Dulu penting, sekarang?
Aku tergusur

Juntikedokan, 22 Februari 2019

Thursday, February 21, 2019

Puisi Ayah Menunggumu, Nak

Ayah Menunggumu, Nak
Karya : Rudy

Nak, kini kau sudah besar
Kecil anak ayah, besarpun anak ayah
Dulu masih deket sekolahnya
Kini, kau besar jauh sekolahnya
Nak, tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina
Demikianlah kata Pepatah tak berpencipta
Nak, belajarlah ke negeri sebrang
Ayah selalu menunggumu pulang
Berangkat ayah antar, pulangpun ayah jemput
Nak, ayah selalu menunggumu pulang

Hari berganti minggu
Minggu berganti bulan
Bulan berganti tahun
Pakaian putih abu-abumu sudah sedikit lusuh
Maafkan ayah yang belum mampu membeli yang baru
Tak seperti teman-temanmu yang selalu serba baru
Nak, maafkan ayah

Nak, sudah sampai mana perjalananmu?
Ayah menunggumu di tempat biasa
Ayah menunggu kepulangan senyum manismu
Ayah rindu bau parfummu
Rindu berbalas temu
Lelah menunggu sudah berbalas temu
Siklusnya selalu begitu

Nak, katanya pulang jam dua
Ayah menunggu kurang dari jam dua
Anak kebanggaan ayah tak kunjung tiba
Jam dua, jam tiga sudah tiba
Wajah cantikmu belum juga ada
Tiba jam lima, kau turun dari angkutan tua
Berulang kali selalu saja sama

Nak, tibalah suatu saat nanti
Kau akan rindu jemputan ayah
Kau akan kehilangan pahlawanmu
Kau akan rindu si penunggumu
Nak, ayah menunggumu
Saat ini ayah tak sendiri menunggumu
Ayah ditemani tetangga kita
Banyak yang menunggumu

Nak, Ayah menunggumu
Menanti senyum manismu
Melihat wajah cantikmu
Meraba lesung pipimu
Ayah merindumu, Nak
Ayah menunggumu, hingga akhir hayat ayah yang menunggu
Ayah pulang, Nak
Maafkan Ayah tak menunggumu hingga kau pulang
Maafkan ayah, Nak...

Juntikedokan, 21 Februari 2019



Wednesday, February 20, 2019

Puisi Sajak Wanita Garmen

Sajak Wanita Garmen
Karya : Rudy

Dirimu, terpancar sinar ketangguhan
Walau berada dikejauhan, tetap kudoakan
Bekerja di perantauan
Jauh dari rumah kampung halaman
Tekadmu sudah bulat tak tertahan
Inginmu sederhana, hanya ingin mencari jajan

Menjadi buruh garmen bukanlah suatu impian
Hanya kepepet keadaan
Delapan jam kau berkutik dengan kain dan jarum
Sesekali tanganmu tercium moncong jarum
Meski begitu, tak pernah kau mengeluh sedikitpun

Menjadi buruh garmen bukanlah cita-cita
Hanya sekedar mengisi waktu saja
Daripada nganggur tak bekerja
Ingin ini ingin itu tak ada yang memberinya

Wanita-wanita tangguh buruh garmen
Kadang pulang sampai tengah malam
Tak takutkah dicopet atau dipalak preman?
Tak takutkah melewati segerombolan anak muda tongkrongan?
Tak takutkah bila ada yang menyukaimu dengan cara setan?

Wanita garmen...
Meski jauh selalu kurindu
Sebulan sekali kadang aku menemuimu
Meski seringkali aku bertamu tanpa senyummu
Jarak yang kutempuh, seringkali tak berbalas rasamu
Meski begitu, selalu kuperjuangkan dirimu
Tak peduli dengan acuhmu
Tak peduli dengan diammu
Tak peduli dengan aku yang bukan siapa bagimu

Wanita garmen...
Sudikah kau bekerja seperti itu?
Tak inginkan kau mencari sesuatu yang baru?
Yang layak kau dapatkan lebih dari itu?
Atau barangkali kau mau menjadi pendamping hidupku?
Merajut masa depan denganku
Membangun impian denganku
Siapa tau sekarang kau jadi buruh
Besok kita jadi bos dari para buruh

Majalengka, 28 Desember 2017

Puisi Rasaku

Rasaku
Karya : Rudy

Rasaku....
Serpihan demi serpihan di dalam hati
satu demi satu telah kukumpulkan
aku bahagia dengan rasa sakitku
aku menikmati rasa di dalam sakitku
semakin aku menikmati rasaku, semakin sakit pula rasa sakitku
sakit karenamu, karena kenanganmu, semua karenamu
tak bisa aku bohongi, tak bisa aku menjadi munafik
namamu memang masih terpatri di dalam hatiku

kamu datang dengan kelembutanmu
kamu datang dengan cinta kasihmu
salahkah aku jika mengharapkanmu?

aku sangat tersiksa karena rasaku
rasaku yang salah karena tak seharusnya ada rasa
semakin aku mempunyau rasa, semakin sakit hati yang kurasa
rasaku seharusnya tak ada, karena dirimupun tak ada rasa

aku... sungguh tersiksa karena rasaku
tersudutkan sendiri karena rasaku
tersenyumlah aku karna rasaku
senyum kebohongan karna lukaku
aku sembunyikan dalam-dalam rasaku
aku berbohong pada rasaku
semakin aku punya rasa
semakin aku takut kehilangan dia yang tak ada rasa

Semua sudah jelas
ini salahku karena ada rasa padanya

Sidomba, 3 Maret 2017

Puisi Untukmu, Pemilik tanggal Satu

Untukmu, Pemilik Tanggal Satu
Karya : Rudy

Teruntuk kamu...
Masih banyak yang ingin kutanyakan kepadamu
Perihal kita, perihal aku dan kamu
Rasa rindu yang tak berbalas
Penantian yang tak pasti
Harapan yang tak terbendung 

Perjuangan, doa, harapan, dan impian seakan lenyap dalam sekejap
Semua yang sudah kubangun bertahun-tahun, runtuh tak terasa
Sulitnya kubangun semua itu, mudahnya kau buat runtuh semuanya
Berkali-kali kucoba bangun kembali
Berkali-kali ku jatuh dan sakit kembali
Berkali-kali bangkit, tapi selalu saja sakit

Aku...
Yang kini sudah tak berarti lagi buatmu
Sejak dulu sampai sekarang kau selalu begitu
Acuh kepadaku

Aku dan waktuku..
Ribuan detik sudah kuhabiskan untuk memikirkan semua tentangmu
Ribuan jam sudah kuhabiskan untuk memperhatikanmu
Tapi, bagaimana denganmu?
Pernahkah sedikit saja kau mengingatku?
Memperhatikanku? Peduli terhadapku ?

Perasaanku...
Betapa sakitnya harapan tak menjadi kenyataan
Betapa sakitnya luka ini tanpa kau beri penawarnya
Betapa perihnya rasa yang diacuhkan

Hari ini...tanggal kesukaanku...tanggal satu
Berharap tak ada lagi yang kuingat darimu
Tentang kita
Tentang waktu kita
Tentang kebiasaan kita berburu senja
Tentang pantai yang menjadi tempat pelarian kita
Memandang ombak, menangkap angin, melukis pasir

Hari ini...tanggal satu
Terima kasih untuk rasa yang diacuhkan
Terima kasih untuk aku yang sudah tergantikan
Terima kasih untuk namaku yang sudah tak lagi di sana
Terima kasih untukmu, tanggal satuku


Pantai Dadap
1 Desember 2018

Puisi Perempuan Tua

Perempuan Tua
Karya : Rudiyanto

Perempuan tua, di sudut jalan itu
Perempuan tua, duduk termangu
Perempuan tua, berpakaian lusuh
Tak ada yang tau, tentang perempuan tua itu
Tak ada yang peduli, dengan perempuan tua itu

Perempuan tua...
Makan dan minum dari mana tak tau
Anak, cucu, keluarga, di mana tak tau
Di tanya namanya, tak tau
Di tanya alamatnya tak tau
Siapa yang peduli, tak tau

Perempuan tua...
Pikun sudah pikirannya
Peot pipinya, memutih rambutnya
Kulit menyatu dengan tulangnya
Entah sudah berapa hari perut tak diisinya

Perempuan tua...
Masih bertahan di sudut jalan depan gang sempit
Berharap ada yang peduli sedikit
Berharap ada yang memberinya duit
Karena dia lupa seperti apa bentuk duit

Perempuan tua..
Ke mana engkau akan pulang, Nek?
Sudah berapa lama hidup menggelandang, Nek?
Apakah anakmu, cucumu, atau saudaramu tak peduli denganmu, Nek?
Apakah mereka tak merawatmu seperti mereka merawatmu saat kecil dulu, Nek?
Apakah namamu sudah tercoret dari daftar keluarga mereka, Nek?

Perempuan tua....
Tua-tua tak tau
Tau-tau tak tua
Tak tau siapa yang tua
Tuapun tak harus tau
Siapa tau kita tak sampai tua?

Juntikedokan, 20 Februari 2019

Naskah Drama "Balada Saridin"

Pemain : 1.       Saridin 2.       Aisyah 3.       Sari (teman Aisyah) 4.       Siti (teman Aisyah) 5.       Ayah Aisyah 6.  ...