Wednesday, November 16, 2016

MAKALAH “Linguistik Umum”

ini contoh makalah Linguistik Umum dari kelompok 3
Rudiyanto
Sintiyah
Takesi Anjarsari
Wasiri



KATA PENGANTAR
Puji syukur  kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT  yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehinga kami mendapatkan petunjuk, kekuatan dan kesabaran agar kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “Linguistik Umum”.
Adapun makalah ini merupakan syarat untuk menambah pengetahuan tentang mata kuliah “Linguistik Umum”  dan melengkapi tugas dalam proses pembelajaran mata kuliah “Linguistik Umum”. Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari  kesempurnaan. Oleh karna itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan mendidik untuk perbaikan selanjutnya.
 Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembacanya. Terima kasih.
Indramayu,   Oktober  2016

          Penulis









Daftar Isi
Halaman
Cover                                                                                                                         
Kata Pengantar................................................................................................... i   
Daftar isi .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1              Latar Belakang Penulisan.............................................................. 1
1.2              Rumusan Masalah ........................................................................ 1
1.3              Tujuan Penulisan........................................................................... 2
1.4              Manfaat Penulisan......................................................................... 2
1.5              Metode Penulisan.......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3
            2.1       Pengertian Frase............................................................................ 3
            2.2       Perbedaan kata majemuk dengan frase..........................................3
                        2.2.1    Pengertian kata majemuk ..................................................3
                        2.2.2    Ciri-ciri kata majemuk ......................................................4
                        2.2.3    Frase ..................................................................................4
            2.3       Jenis Frase .....................................................................................5
            2.4       Perluasan Frase .............................................................................9
BAB III SIMPULAN .........................................................................................14
Daftar Pustaka 


BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang Penulisan
Manusia dalam bertutur sapa, berkisah, atau segala sesuatu yang dapat dikatakan sebagai berbahasa, selalu memunculkan kalimat-kalimat yang dirangkai, dijalin sedemikian rupa, sehingga berfungsi optimal bagi si penutur dalam upaya mengembangkan akal budinya dan memelihara kerjasamanya dengan orang lain.
Masih banyak orang yang belum mengetahui dan belum paham tentang makna dan hakikat sinaksis. Padahal, penggunaannya begitu dekat dengan masyarakat Indonesia, yang berikhtisar tentang kalimat bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari.
            Sebenarnya apa yang dimaksud sintaksis itu?. Sintaksis merupakan ilmu yang mempelajari tentang tata bahasa, dan juga dapat dikatakan tata bahasa yang membahas hubungan antar kata dalam turunan.
            Unsur bahasa yang termasuk dalam lingkup sintaksis adalah frase, klausa, dan kalimat. Didalam makalah ini akan membahas pokok bahasan mengenai frase secara rinci.

1.2              Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan kita bahas melalui penulisan makalah ini yaitu :
1.      Apa pengertian frase ?
2.      Apa perbedaan antara kata majemuk dengan frase ?
3.      Apa saja jenis-jenis frase ?
4.      Bagaimana perluasan frase di dalam penggunaan bahasa Indonesia ?



1.3              Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini yaitu:
1.      Dapat mengetahui pengertian frase
2.      Dapat mengetahui perbedaan antara frase dengan kata majemuk
3.      Dapat mengetahui jenis-jenis frase
4.      Dapat mengetahui sejauh mana perluasan frase di dalam penggunaan bahasa Indonesia


1.4              Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang ingin kami capai dalam penulisan makah ini yaitu :
1.      Sebagai bahan referensi untuk pembelajaran bagi mahasiswa dan masyarakat
2.      Untuk mengetahui sejauh mana pentingnya ilmu linguistik di dalam kehidupan bermasyarakat
3.      Memberikan pengetahuan tentang linguistik umum
4.      Memberikan pengetahuan tentang bagian dari lingisutik umum, khususnya frase
5.      Memberikan rasa semangat kepada masyarakat, khususnya mahasiswa agar lebih mencintai bahasa Indonesia
6.      Sebagai sarana berkomunikasi      

1.5              Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, kami sebagai penulis menggunakan metode kajian pustaka dari berbagai sumber di internet dan dari informasi buku cetak yang sudah kami sediakan.  Dari data-data atau informasi-informasi yang kami dapatkan lalu kami  kumpulkan menjadi satu, setelah itu kami mengoreksi dan menggabungkannya menjadi sebuah makalah.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1       Pengertian Frase
Banyak yang mempermasalahkan antara frase dengan kata, ada yang membedakannya dan ada juga yang mengatakan bahwa keduanya itu sama. Seperti yang telah dipelajari dalam morfologi bahwa kata adalah adalah satuan gramatis yang masih bisa dibagi menjadi bagian yang lebih kecil. Frase adalah satuan konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan (Keraf, 1984:138). Frasa juga didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonprediktif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 1991:222). Menurut Prof. M. Ramlan, frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi atau jabatan (Ramlan, 2001:139). Artinya sebanyak apapun kata tersebut asal tidak melebihi jabatannya sebagai subjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun keterangan, maka masih bisa disebut frasa.

2.2       Perbedaan Kata Majemuk Dengan Frase
2.2.1    Pengertian Kata Majemuk
           Arti kata majemuk menurut Abdul Chaer dalam bukunya linguistik umum tahun 2004 adalah penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau baru. Komposisi terdapat dalam banyak bahasa. Misalnya, lalu lintas, rumah sakit,dan meja hijau dalam bahasa Indonesia; bluebird, greenhouse, dan blackboard dalam bahasa Inggris.
           Kata majemuk berasal dari penggabungan unsur-unsur yang menjadi satu dan membentuk makna yang baru. Pada tata bahasa structural menyatakan suatu komposisi disebut sebagai kata majemuk apabila diantara unsur-unsur pembentuknya tidak dapat disisipkan apa-apa tanpa merusak komposisi tersebut.

2.2.2    Ciri-ciri Kata Majemuk
1. Gabungan itu membentuk satu arti yang baru.
2. Gabungan itu dalam hubungannya ke luar membentuk satu pusat, yang menarik keterangan atas kesatuan itu, bukan atas bagian-bagiannya.
3. Biasanya terdiri dari kata-kata dasar.
4. Frekuensi pemakaiannya tinggi.
5. Terutama kata-kata majemuk yang bersifat endosentris, terbentuk menurut hukum DM (Diterangkan mendahului Menerangkan). 

           Kata majemuk adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk makna baru.
Contoh:
- abu gosok (membentuk makna baru dari kata asal "abu" dan "gosok")
- getah bening (membentuk makna baru dari kata asal "getah" dan "bening")
- gugur bunga (membentuk makna baru dari kata asal "gugur" dan "bunga")
- maju mundur (membentuk makna baru dari kata asal "maju" dan "mundur")
- saksi mata (membentuk makna baru dari kata asal "saksi" dan "mata")
- ringan tangan (membentuk makna baru dari kata asal "ringan" dan "tangan")
- lanjut usia (membentuk makna baru dari kata asal "lanjut" dan "usia")

2.2.3  Frase
Frasa adalah gabungan kata atau lebih yang menduduki satu fungsi saja. Misalnya subyek saja, atau predikat saja, atau obyek saja, atau keterangan saja.
Contoh : 
[sedang memasak] = P (predikat)
[sayur lodeh] = O (obyek)
[di dapur] = Ket (Keterangan)

2.2.4    Ciri-ciri Frase
1. Frase tidak melebihi batas fungsi
2. Frase menunjukkan identitas makna sebenarnya.

2.3       Jenis -Jenis Frase atau Frasa
Frasa terbagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan jenis atau kelas kata, yaitu
a. Berdasar fungsi gramatikal, yaitu :
1.     Frasa Nomina.
Frasa Nomina adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan memperluas sebuah kata benda. Frasa nominal dapat dibedakan lagi menjadi 3 jenis yaitu :
Ø Frasa Nomina Modifikatif (mewatasi), misal : rumah mungilhari seninbuku dua buahbulan pertama, dll.
Ø Frasa Nomina Koordinatif (tidak saling menerangkan), misal : hak dan kewajibansandang pangansayur mayurlahir bathin, dll.
Ø Frasa Nomina Apositif
Contoh frasa nominal apositif :
a). Jakarta, Ibukota Negara Indonesia, sudah berumur 485 tahun.
b). Melati, jenis tanaman perdu, sudah menjadi simbol bangsa Indonesia sejak lama.
c). Banjarmasin,Kota Seribu Sungai, memiliki banyak sajian kuliner yang enak



2.   Frasa Verbal.
Frasa Verbal adalah kelompok kata yang terbentuk dari kata kata kerja. Kelompok kata ini terbagi menjadi 3 macam, yaitu :
v  Frasa Verbal Modifikatif (pewatas), terdiri dari :
  • Pewatas belakang, misal : a). Ia bekerja keras sepanjang hari.
                                                      b). Kami membaca buku itu sekali lagi.
  • Pewatas depan, misal : a). Kamiyakin mendapatkan pekerjaan itu.
v  Frasa Verbal Koordinatif adalah 2 verba yang digabungkan menjadi satu dengan adanya penambahan kata hubung 'dan' atau 'atau', Contoh kalimat :
 a). Orang itu merusak dan menghancurkan tempat tinggalnya sendiri.
       b). Kita pergi ke toko buku atau ke perpustakaan.
v  Frasa Verbal Apositif yaitu sebagai keterangan yang ditambahkan atau diselipkan. Contoh kalimat : a). Pekerjaan Orang itu, berdagang kain, kini semakin maju.
                                  b). Jorong, tempat tinggalku dulu, kini menjadi daerah pertambangan batubara.

3.   Frasa Adjektifa.
Frasa adjektifa ialah kelompok kata yang dibentuk oleh kata sifat atau keadaan sebagai inti (diterangkan) dengan menambahkan kata lain yang berfungsi menerangkan, seperti : agakdapat,haruslebihpaling dan 'sangat. Kelompok kata ini terdiri dari 3 jenis, yaitu :
v  Frasa Adjektifa Modifikatif (membatasi), misal : cantik sekaliindah nianhebat benar, dll.
v  Frasa Adjektifa Koordinatif (menggabungkan), misal : tegap kekaraman tentrammakmur dan sejahtera, dll
v  Frasa Adjektifa Apositif, misal :
a). Srikandi cantik, ayu menawan, diperistri oleh Arjuna.
b). Desa Jorong, tempat tinggalku dulu, kini menjadi daerah pertambangan batubara.
Frasa Apositif bersifat memberikan keterangan tambahan. Frasa Srikandi cantik dan Desa Jorong merupakan unsur utama kalimat, sedangkan frasa ayu menawan, dan tempat tinggalku dulu, merupakan keterangan tambahan.

4.      Frasa Adverbial.
Frasa Adverbial ialah kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata sifat. Frasa ini bersifat modifikasi (mewatasi), misal : sangat baik kata baik merupakan inti dan kata sangat merupakan pewatas. Frasa yang bersifat modifikasi ini contohnya ialah agak besar, kurang pandai, hampir baik, begitu kuat, pandai sekali, lebih kuat, dengan bangga, dengan gelisah. Frasa Adverbial yang bersifat koordinatif (yang tidak menerangkan), contoh frasanya ialah lebih kurang kata lebih tidak menerangkan kurang dan kurang tidak menerangkan lebih.

     5.   Frasa Pronominal
Frasa Pronominal ialah frasa yang dibentuk dengan kata ganti, frasa ini terdiri atas 3 jenis yaitu :
     · Modifikatif, misal kalian semuaanda semuamereka semuamereka itumereka berdua.
     · Koordinatif, misal engkau dan akukami dan merekasaya dan dia.
     · Apositif, misal : Kami, putra-putri Indonesia, menyatakan perang melawan narkotika.

    6.   Frasa Numeralia
Frasa Numeralia ialah kelompok kata yang dibentuk dengan kata bilangan. Frasa ini terdiri atas :
v  Modifikatif, contoh : a). Mereka memotong dua puluh ekor sapi kurban.
                                                   b). Kami membeli setengah lusin buku tulis.
v  Koordinatif, contoh : a). Entah dua atau tiga sapi yang telah dikurban.
                                                           b). Dua atau tiga orang telah menyetujui kesepakatan itu.
v  Frasa Interogativ Koordinatif ialah frasa yang berintikan pada kata tanya. contoh : a). Jawaban dari apa atau siapa ciri dari subjek kalimat.
                                                
v  Frasa Demonstrativ Koordinatif ialah frasa yang dibentuk oleh dua kata yang tidak saling menerangkan. contoh :
                                        a). Saya tinggal di sana atau di sini sama saja.
                                         b). Kami pergi kemari atau kesana tidak ada masalah.
v  Frasa Preposisional Koordinatif ialah frasa yang dibentuk oleh kata depan yang tidak saling menerangkan. contoh :
                                 a). Petualangan kami dari dan ke Jawa memerlukan waktu satu bulan.
                                  b). Perpustakaan ini dari, oleh, dan untuk masyarakat umum.

b. Frasa berdasarkan fungsi unsur pembentuknya, yaitu :
1.      Frasa Endosentris yaitu frasa yang unsur-unsurnya berfungsi untuk diterangkan dan menerangkan (DM) atau menerangkan dan diterangkan (MD). contoh frasa : kuda hitam (DM), dua orang(MD).
            Ada beberapa jenis frasa endosentris, yaitu :
v   Frasa atributif yaitu frasa yang pola pembentuknya menggunakan pola DM atau MD. contoh : Ibu kandung (DM), tiga ekor (MD).
2.        Frasa apositif yaitu frasa yang salah satu unsurnya (pola menerangkan) dapat menggantikan kedudukan unsur intinya (pola diterangkan). contoh : Farah si penari ular sangat cantik., kata Farah posisinya sebagai diterangkan (D), sedangkan si penari ular sebagai menerangkan (M).
3.        Frasa koordinatif yaitu frasa yang unsur-unsur pembentuknya menduduki fungsi inti (setara). contoh : ayah ibuwarta berita, dll.
4.      Frasa eksosentris yaitu frasa yang salah satu unsur pembentuknya menggunakan kata tugas. contoh : dari Bandungkepada temandi kelurahan.



c. Frasa berdasarkan satuan makna yang dikandung unsur-unsur pembentuknya, yaitu :
  1. Frasa biasa yaitu frasa yang hasil pembentukannya memiliki makna yang sebenarnya (denotasi). contoh kalimat : a) Ayah membeli kambing hitam; b) Meja hijau itu milik ayah.
  2. Frasa idiomatik yaitu frasa yang hasil pembentukannya menimbulkan/memiliki makna baru atau makna yang bukan sebenarnya (konotasi). contoh kalimat : Orang tua Lintang baru kembali dari Jakarta.

2.4       Perluasan Frase
Frase dapat pula diklasifikasikan berdasarkan jenis kata yang menjadi pembagian inti pembentuknya, yaitu frase verbal, frase ajektival, frase nominal, frase pronominal, frase adverbial, frase numeralia, dan frase introgativa.
Frase verbal adalah frase yang intinya berupa kata kerja.
Contoh :    berjalan cepat, berkata benar, sedang membaca
a.        Frase ajektival adalah frase yang intinya berupa kata sifat.
Contoh :     merdu sekali, sangat indah, aman sejahtera
b.      Frase nominal adalah frase yang intinya berupa kata benda.
Contoh :    banyak kemudahan, siang dan malam, alam anakku
c.       Frase pronominal adalah frase yang intinya berupa kata ganti.
Contoh :    kamu sekalian, kau dan aku
d.      Frase adverbial adalah frase yang intinya berupa kata keterangan.

Contoh :    lebih kurang
e.       Frase numeralia adalah frase yang intinya berupa kata bilangan.
Contoh :    tiga belas, lima atau enam
f.       Frase introgativa adalah frase yang intinya berupa kata tanya.
Contoh :    apa dan siapa
g.      Frase preposisional adalah frase yang intinya berupa kata depan.
Contoh :    bagi dia, dengan ayah, Ketika berlibur

1)         Perluasan Frase
Unsur-unsur pembentuk frase bersifat longgar. Dengan mudah, unsur-unsur itu dapat diperluas atau dipersempit. Perluasan atau penyempitan unsur-unsur frase berbanding terbalik dengan makna yang dibentuknya. Semakin diperluas unsur-unsur suatu frase, semakin sempit makna frase tersebut. Sebaliknya, semakin dipersempit unsur-unsur suatu frase, semakin luas makna frase tersebut.

Contoh :
Makna semakin terbatas
1.    Buku bahasa
2.    Buku bahasa Indonesia
3.    Buku bahasa Indonesia yang saya pinjamkan kepada Alam
4.    Buku bahasa Indonesia yang saya pinjamkan kepada Alam kemarin
5.    Buku bahasa Indonesia yang saya pinjamkan kepada Alam kemarin di perpustakaan
Makna semakin meluas
1.      Baju kebaya merah yang dibelikan ayah kemarin di pasar baru
2.      Baju kebaya merah yang dibelikan ayah kemarin
3.      Baju kebaya merah yang dibelikan ayah
4.      Baju kebaya merah yang dibelikan ayah
5.      Baju kebaya

2)         Bentuk-bentuk Frase
Dilihat dari hubungan antar kata yang menjadi anggotanya, frase dapat digolongkan menjadi dua :
a.       Frase setara (koordinatif) adalah frase yang unsur-unsurnya pembentuknya mempunyai kedudukan setara.
Ciri-ciri frase setara adalah berikut ini:
·         Dapat dihubungkan dengan kata penghubung dan, atau
Contoh : kakek dan nenek, sekarang atau lusa
·         Semua unsurnya berupa pokok kata
Contoh : ayah ibu, sawah ladang, warta berita
b.      Frase bertingkat (subordinatif) adalah frase yang unsur-unsur pembentuknya mempunyai kedudukan tidak setara.
Ciri-ciri frase bertingkat adalah berikut ini:
·         Tidak dapat dihubungkan dengan kata penghubung dan, atau.
·         Salah satu unsurnya merupakan komponen pokok.
Contoh : sedang membaca, buku baru, sangat bagus
Kedua frase tersebut dinamakan frase endosentris, yaitu frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan salah satu atau semua unsurnya.
Ada juga frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya maupun salah satu unsurnya. Frase semacam ini disebut frase eksosentris. Contoh : di perpustakaan, dari pagi, kepada dia
Berdasarkan artinya frase dibedakan menjadi frase biasa dan frase idiomatikal. Frase idiomatikal adalah frase yang mempunyai arti sebagai ungkapan yang maknanya tidak dapat ditafsirkan berdasarkan unsur-unsur pembentuknya. Contoh: orang tua, tangan kanan.


Frase Ambigu
Dalam penyusunan frase dikenal pula istilah frase ambigu. Frase ambigu adalah frase yang memiliki makna tidak jelas atau bermakna ganda. Contohnya, frase prancing busana wanita. Keambiguan tersebut ditimbulkan oleh kegandaan hubungan pada unsure-unsur pembentuknya.
Perhatikan struktur kalimat yang bermakna ambigu berikut ini.
  1. Istri pegawai yang gemuk itu berasal dari Surabaya.
  2. Saya telah memiliki buku sejarah demokrasi yang baru.
  3. ASumbangan kedua sekolah itu telah kami terima.
Kalimat-kalimat di atas memiliki makna ambigu (ganda) sehingga dapat membingungkan orang yang membacanya.
Pada kalimat 1, siapakah yang gemuk, pegawai atau isteri pegawai? Kalimat itu memang mengandung dua makna:
  • pertama, yang gemuk adalah pegawai; atau
  • kedua. yang gemuk adalah isteri pegawai.
Pada kalimat 2, apanya yang baru, bukunya, sejarahnya, atau demokrasinya? Kalimat itu bisa bermakna ambigu:
  • pertama, bukunya yang baru;
  • kedua, sejarahnya yang baru; dan
  • ketiga, demokrasinya yang baru.
Pada kalimat 3, juga terdapat makna ambigu:
  • pertama. ada dua kali sumbangan yang diberikan oleh sekolah itu; atau
  • kedua. ada dua sekolah yang menyumbang.
Untuk menghindari ambiguitas makna, kalimat 1 dapat dirumuskan sbb.:
  1. Jika yang gemuk adalah isteri pegawai, maka dapat ditulis sbb.: Istri-pegawai yang gemuk itu berasal dari Surabaya. Penggunaan tanda hubung (-) dapat memperjelas bahwa kedua kata itu (isteri dan pegawai) merupakan satu kesatuan, sehingga kalimat itu bermakna yang gemuk adalah istri pegawai. Atau dapat pula dirumuskan sbb.: Pegawai yang isterinya gemuk itu berasal dari Surabaya.
  2. Jika yang gemuk adalah pegawainya, maka dapat dirumuskan sebagai berikut: Pegawai yang gemuk itu istrinya dari Surabaya.
Untuk kalimat 2:
  1. Jika yang baru adalah bukunya, ditulis sbb.: Saya telah memiliki buku-sejarah-demokrasi yang baru, atau Saya telah memiliki buku baru tentang sejarah demokrasi.
  2. Jika yang baru adalah sejarahnya, ditulis sbb.: Saya telah memiliki buku tentang sejarah-demokrasi yang baru.
  3. Jika yang baru adalah demokrasinya, ditulis sbb.: Saya telah memiliki buku sejarah tentang demokrasi yang baru.
Untuk kalimat 3:
  1. Jika yang dimaksud ada dua kali sumbangan, ditulis sbb.: Sumbangan yang kedua sekolah itu telah kami terima.
  2. Jika yang maksud ada dua sekolah yang menyumbang, ditulis sbb.: Sumbangan kedua-sekolah itu telah kami terima









BAB III
SIMPULAN
 Dari hasil pembahasan yang sudah dituliskan di dalam makalah ini, dapat diambil beberapa kesimpulan, diantaranya :
1.      Frasa adalah satuan konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan (Keraf, 1984:138). Frasa juga didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonprediktif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 1991:222).
2.       Kata majemuk adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk makna baru. Sedangkan Frasa adalah gabungan kata atau lebih yang menduduki satu fungsi saja. Misalnya subyek saja, atau predikat saja, atau obyek saja, atau keterangan saja.
3.      Jenis-jenis Frase berdasarkan fungsi gramatikal yaitu frase nomina, frase verbal, frase adjektifa, frase adverbal, frase pronomina, dan frase numeralia. Jenis frase berdasarkan unsur pembentuknya yaitu frase endosentris, frase apositif, frase koordinatif, dan frase eksosentris. Frase berdasarkan satuan makna yang dikandung unsur-unsur pembentuknya, yaitu frase biasa dan frase idiomatik.
4.      Perluasan frase di dalam penggunaan bahasa Indonesia sangatlah luas, karena di dalam kita berkomunikasi sehari-haripun, tanpa kita sadari berapa banyak frase yang kita gunakan ?.




Daftar Pustaka 

Chaer, Abdul.2012.Linguistik Umum.Jakarta:Rineka Cipta
 

Naskah Drama "Balada Saridin"

Pemain : 1.       Saridin 2.       Aisyah 3.       Sari (teman Aisyah) 4.       Siti (teman Aisyah) 5.       Ayah Aisyah 6.  ...