ADE FAHMI
ALAMSYAH
IBNU MUBAROK
IKHWATUN
NAFISAH
TITI YUHANA
untuk daftar isi maaf tidak dicantumkan, karena filenya hilang
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh,
Puji
Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya,
kami dapat menyelesaikan makalah tentang Klasifikasi dan Distribusi Bunyi.
Kami
selaku penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat serta menambah
wawasan pengetahuan untuk kita semua . Berdasarkan pembuatan makalah ini, kami
sangat menyadari masih banyak kekurangan ,oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan makalah ini.
Semoga
makalah ini bermanfaat dan dapat dimengerti oleh kita semua. Kami mohon maaf
bila ada kesalahan kata dalam penulisan makalah ini,baik dari segi bahasa
maupun isi.
Wassalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
Kaplongan,
Oktober 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Berdasarkan kehidupan sosialnya,
manusia saling berhubungan antara satu sama lain. Dalam hal ini perlu adanya
sebuah komunikasi.Kebutuhan berkomunikasi itupun semakin kompleks seiring
dengan perkembangan zaman dan kebudayaan manusia. Sehingga keadaan tersebut
menempatkan bahasa sebagai alat komunikasi manusia pada posisi yang
paling penting.
Agar komunikasi tersebut berjalan dengan baik, kedua belah pihak
memerlukan bahasa yang dapat dipahami bersama. Wujud bahasa yang utama adalah
bunyi. Bunyi-bunyi tersebut disebut bunyi bahasa. Dalam pengucapannya,
bunyi-bunyi bahasa dapat disegmentasikan atau dipisah-pisahkan (bunyi
segmental), dalam bunyi yang dapat disegmentasikan itu terdapat unsur-unsur
yang menyertainya sehingga disebut bunyi segmental. Oleh karna itu, dianggap
penting untuk mengkaji mengenai bunyi-bunyi segmental tersebut. Guna memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang dibahas adalah:
1.
Apa sajakah Klasifikasi Bunyi?
2. Bagaimanakah
Bunyi itu dihasilkan?
1.3
Tujuan
Adapun yang ingin dicapai dalam
pembelajaran ini,yaitu:
1.Dapat
mengetahui Klasifikasi Bunyi
2.Dapat
mengetahui Distribusi Bunyi
1.4 Manfaat
1. Dapat memahami Klasifikasi Bunyi
yang digunakan dalam bahasa sehari- hari
2.Dapat
memahami tentang Distribusi Bunyi
BAB II
PEMBAHASAN
Klasifikasi dan Distribusi Bunyi Bahasa
2.1 PENGERTIAN
BUNYI SEGMENTAL MENURUT PARA AHLI
1. Muslich,
Masnur. 2008. Bunyi segmental ialah bunyi yang dihasilkan oleh
pernafasan,alat ucap dan pita suara.
2. Abdul chaer.
2009. Bunyi segmental ialah bunyi ujar bahasa yang terdiri dari segmen-segmen tertentu.
3. Imam-suhairi .
2009. Bunyi segmental mengacu pada pengertian bunyi-bunyi yang dapat
disegmentasi/dipisah-pisahkan. Kata matang misalnya, dapat disegmentasi menjadi
/m/,/a/,/t/,/a/,/n/,/g/. Jelas bunyi-bunyi tersebut menunjukkan adanya fonem. Dengan
demikian, sebenarnya bunyi-bunyi bahasa yang telah diuraikan sebelumnya adalah
bunyi segmental.
(fonologi.Blogspot.co.id/2012/06/klasifikasi
bunyi segmental)
2.2
DASAR KLASIFIKASI BUNYI SEGMENTAL
Masnur. 2008.
Klasifikasi bunyi segmental didasarkan berbagai macam keriteria, yaitu Ada
tidaknya gangguan , Mekanisme udara, Arah udara, Pita suara, Lubang lewatan
udara, Mekanisme artikulasi, Cara gangguan, Maju mundurnya lidah, Tinggi
rendahnya lidah, Bentuk bibir.
1. Ada Tidaknya Gangguan
Yang dimaksud “ gangguan ” adalah penyempitan atau
penutupan yang dilakukan oleh alat-alat ucap atas arus udara dalam pembentukan
bunyi. Dilihat dari ada tidaknya gangguan ketika bunyi diucapakan, bunyi di
klompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Bunyi vokoid
yaitu bunyi yang dihasilkan tanpa melibatkan penyempitan atau penutupan pada
daerah artikulasi.
Contoh bunyi
vokoid menurut Daniel Jones terdapat pada bunyi vokal:
• Vokal (i)
* vokal (a)
• Vokal (u)
* vokal (o)
• Vokal (e)
* vokal (α)
b. Bunyi kontoid
yaitu bunyi yang dihasilkan dengan melibatkan penyempitan atau penutupan pada daerah artikulasi.
Contoh
terdapat pada bunyi vokal (m), (n), dll
2. Mekanisme Udara
Yang
dimaksud mekanisme udara adalah dari mana datangnya udara yang menggrakkan pita
suara sebagai sumber bunyi. Dilihat dari kriterianya bunyi-bunyi bahasa bisa
dihasilkan dari tiga kemungkinan mekanisme udara.
a. Mekanisme
udara pulmonis, yaitu udara yang dari paru-paru menuju keluar. Contohnya:
terdapat pada hampir semua bunyi bahasa di dunia.
b. Mekanisme
udara laringal atau faringal, yaitu udara yang datang dari laring atau
faring.
c. Mekanisme
udara oral, yaitu udara yang datang dari mulut.
3. Arah Udara
Dilihat dari arah udara ketika bunyi dihasilkan, bunyi
di klompokan menjadi dua, yaitu:
a. Bunyi egresif, yaitu bunyi yang
dihasilkan dari arah udara menuju keluar melalui rongga mulut atau rongga
hidung.
b. Bunyi ingresif, yaitu bunyi yang
dihasilkan dari arah udara masuk kedalam paru-paru.
4. Pita Suara
Dilihat dari
bergetar tidaknya pita suara ketika bunyi dihasilkan bunyi dapat di klompokkan
menjadi dua, yaitu:
a. Bunyi mati
atau bunyi tak bersuara, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan pita suara
tidak melakukan gerakan membuka menutup sehingga getarannya tidak signifikan.
Contoh : bunyi (k), (p), (t), (s).
b. Bunyi hidup
atau bunyi bersuara, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan pita suara
melakukan gerakan membuka dan menutup secara cepat sehingga bergetar secara
signifikan.
Contoh : bunyi (g), (b), (d), (z).
5. Lubang Lewatan Udara
Dilihat dari
lewatan udara ketika bunyi dihasilkan, bunyi dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a. Bunyi oral,
yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara udara keluar melalui rongga
mulut, dengan menutupkan velik pada dinding faring.
Contoh:
bunyi (k)
b. Bunyi nasal,
yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara udara keluar melalui rongga
hidung , dengan menutup rongga mulut dan membuka velik lebar-lebar.
Contoh:
bunyi (m)
c. Bunyi sengau,
yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara udara keluar dari rongga mulut dan
rongga hidung, dengan membuka velik sedikit.
Misalnya
terdapat pada bunyi “bindheng”(istilah --jawa)
6. Mekanisme Artikulasi
Yang
dimaksud mekanisme artikulasi adalah alat ucap mana yang bekerja atau bergerak
ketika menghasilkan bunyi bahasa. Berdasarkan keriteria ini, bunyi dikelompokan
sebagai berikut:
a. Bunyi
bilabial, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan bibir (labium)
bawah dan bibir (labium ) atas.
Misalnya: bunyi (p), (b), (m), dan (w)
b. Bunyi
labio-dental, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan bibir (labium)
bawah dengan gigi (dentum)atas.
Misalnya : bunyi (f), dan (v)
c. Bunyi apiko -dental,yaitu
bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan lidah (apeks) dan gigi(dentum) atas.
Misalnya : bunyi (t) pada ( pintu) , (d) pada (dadi),
dan (n) pada (minta)
d. Bunyi
apiko-alveolar, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan ujung lidah
(apeks) dan gusi (alveolum) atas.
Misalnya : (t) pada (pantun), (d) pada (dudU?), dan
(n) pada (nama)
e. Bunyi lamino-palatal,
yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tengah lidah (lamina) dan
langit-langit keras (palatum).
Misalnya :
(c), (j), (ñ), (Š)
f. Bunyi
dorso-velar, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan pangkal lidah
(dorsum) dan langit-langit lunak (velum).
Misalnya : (K), (g), (x), (η)
g. Bunyi
dorso-uvular, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan pangkal lidah
(dorsum) dan anak tekak (uvula).
Misalnya:
(q), dan (R).
h. Bunyi
laringal, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tenggorok (laring).
Misalnya: (h).
i. Bunyi glotal,
yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan lubang atau clah (glotis) pada
pita suara.
Misalnya: (?) hamzah
7. Cara Gangguaan
Dilihat dari
cara gangguan arus udara oleh artikulator ketika bunyi diucapkan, bunyi dapat
diklompokkan sebagai berikut.
a. Bunyi stop
(hambat) yaitu bunyi yang dihasilkan
dengan cara arus udara ditutup rapat sehingga udara terhenti seketika, lalu
dilepaskan kembali secara tiba-tiba. Tahap pertama (penutupan) disebut
implosif(stop implosif), tahap kedua (pelepasan) disebut eksplosif (stop
eksplosif).
Misalnya:
(p) pada (atap’) disebut bunyi implosive, (p) pada (paku) disebut bunyi
eksplosif.
Contoh bunyi
stop lainnya: (b), (t), (d), (k), (g), (?).
b. Bunyi
kontinum(alir) kebalikan dari bunyi
stop, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara tidak ditutup secara
total sehingga arus udara tetap mengalir berarti selain bunyi-bunyi stop
merupakan bunyi kontinum.
c. Bunyi
afrikatif (panduan) yaitu bunyi yang
dihasilkan dengan cara arus udara ditutup rapat, tetapi kemudian dilepaskan
secara berangsur. Misalnya, (c), dan (j)
d.
Bunyi frikatif (geser) yaitu bunyi
yang dihasilkan dengan cara arus udara dihambat sedemikian rupa sehingga udara
tetap dapat keluar. Misalnya, (f), (v), (s), (z), (Š), (x).
e. Bunyi tril
(getar) yaitu bunyi yang dihasilkan
denagn cara arus udara ditutup dan dibuka berulang-ulang secara cepat.
Misalnya, (r), dan (R)
f. Bunyi lateral
(sampingan) yaitu bunyi yang
dihasilkan dengan cara arus udara ditutup sedemikian rupa sehingga udara masih
bias keluar melalui salah satu atau kedua sisinya. Misalnya, (l) pada (lima).
g. Bunyi nasal
(hidung) yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara yang lewat
rongga mulut ditutup rapat, tetapi arus udara dialirkan lewat rongga hidung.
Mialnya, (m), (n), (ñ), (η).
8. Tinggi-Rendahnya Lidah
Dilihat dari tinggi rendahnya lidah ketika bunyi
diucapkan, bunyi dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
a. Bunyi tinggi,
yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah meniggi, mendekati
langit-langit keras. Misalnya, (i) pada (kita), (u) pada (hantu).
b. Bunyi agak
tingggi, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah meninggi,
sehingga agak mendekati langit-langit keras. Misalnya, (e) pada lele, (o) pada
(soto).
c. Bunyi tengah,
yaitu bunyi yang dihasilakan dengn cara posisi lidah di tengah. d. Bunyi agak
rendah, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah agak merendah,
sehingga agak menjauhi langit-langit keras. Misalnya, (ε)pada kata (p ε p ε?),
(ε) pada kata (ε l ε?), (О) pada (jOrO?), (O) pada (pOkO?).
d. Bunyi rendah,
yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah merendah, sehingga jauh
dari langit-langit keras. Misalnya, (a)pada (bata), (a) pada (armada), (α) pada
(allαh), (α) pada (rαhmat).
9. Maju Mundurnya Lidah
Dilihat dari
maju mundurnya lidah ketika bunyi diucapkan, bunyi dapat dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu:
a. Bunyi depan,
yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara bagian depan lidah dinaikkan. Misalnya,
(i), (ī),(e), (ε), (a).
b. Bunyi pusat,
yaitu bunyi yang dihasillkan dengan cara lidah merata., tidak ada bagian lidah
yang diinakkan. Misalnya, ( )
c. Bunyi
belakang, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara bagian belakang lidah
dinaikkan. Misalnya, (u), (U), (o), (O), (α).
10. Bentuk Bibir
Dilihat dari
bentuk bibir ketika bunyi diucapkan, bunyi dapat dikelompokkan menjadi dua
yiatu:
a. Bunyi bulat
yaitu buunyi yang dihasilkan dengan cara
posisi bibir berbentuk bulat. Misalnya, (u), (U), (o), (O), (α).
b. Bunyi tidak
bulat yaitu bunyi yang dihasilkan
dengan cara posisi bibir merata atau tidak bulat. Misalnya, (i), (ī),(e), (ε),
(a).
2.2 BUNYI SUPRASEGMENTAL
Bunyi
Suprasegmental dikelompokkan menjadi 4 jenis , yaitu :
1.
Tinggi-Rendah Bunyi( nada)
2.
Keras –Lemah Bunyi ( tekanan)
3.
Panjang-Pendek Bunyi( durasi)
4. Kesenyapan( jeda)
Di samping bunyi segmental, terdapat pula bunyi lain yang mendukung bunyi
segmental, yakni “bunyi suprasegmental”. Bunyi suprasegmental dapat
diklasifikasi berdasarkan ciri-cirinya sewaktu diucapkan yang disebut “ciri
prosodi”. Ciri-ciri Bunyi Suprasegmental
a.
Jangka
Jangka, panjang, atau intensitas menyangkut lamanya bunyi diucapkan. Suatu
bunyi segmental yang diucapkan dengan waktu yang cukup lama, tentu disertai
bunyi suprasegmental dengan ciri prosodi panjang.
b.
Tekanan
Dalam suatu kata atau kelompok kata selalu ada satu suku kata yang
menonjol. Penonjolan suku kata tersebut dapat dilakukan dengan cara
memperpanjangpengucapannya, meninggikan nada, atau dengan memperbesar tenaga
pengucapan atau intensitas. Gejala seperti ini disebut tekanan.
c.
Jeda
Jeda, kesenyapan atau sendi merupakan ciri berhentinya tuturan atau
pengucapan. Untaian bunyi seperti suku kata , kata, frase, klausa, dan kalimat
memiliki ciri jeda tertentu.
d.
Intonasi
Intonasi merupakan perubahan titinada dalam berbicara. Karena itu, intonasi
sering dinyatakan dengan angka (1, 2, 3, 4) yang melambangkan titinada atau
bulatan yang ditempatkan dalam suatu dkala seperti pada pokok not musik.
2.3 BUNYI PENGIRING
Bunyi
sertaan atau pengiring dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1.
Labialisasi ,yaitu
bunyi yang dihasilkan dengan cara bibir dibulatkan dan disempitkan segera atau
ketika bunyi utama diucapkan ,sehingga terdengar bunyi sertaan [w] pada bunyi
utama. Contoh: bunyi [t] pada kata <tujuan>
2.
Palatalisasi, yaitu
bunyi yang dihasilkan dengan cara lidah tengah dinaikkan mendekati
langit-langit keras atau bunyi utama diucapkan, sehingga terdengar bunyi
sertaan[y]. Contoh: bunyi [p] pada kata <piara> terdengar sebagai bunyi
[Py] sehingga ucapannya menjadi [Pyara].
3.
Velarisasi, yaitu
bunyi yang dihasilkan dengan cara mengangkat lidah kearah langit-langit
lunak{velum}segera, sehingga terdengar bunyi sertaan [x]. Contohnya: bunyi [m]
pada kata <makhluk> terdengar sebagai bunyi [Mx],sehingga ucapannya menjadi
<Mxaxluk>
4.
Retrofleksi, yaitu bunyi
yang dihasilkan dengan cara ujung lidah ditarik kebelakang segera . contohnya:
misalnya bunyi [k] pada kata <kertas> terdengar sebagai bunyi
[Kr],sehingga ucapannya menjadi [Kkertas]
5.
Glotalisasi, yaitu
bunyi yang dihasilkan dengan cara glotis ditutup sesudah bunyi utama diucapkan, sehingga terdengar bunyi sertaan
[?]. contohnya: bunyi [a] pada kata <akan> , sehingga ucapannya
menjadi[a?kan]
6.
Aspirasi, yaitu
bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara yang keluar lewat rongga mulut
terlalu keras,sehingga terdengar bunyi sertaan [h]. Contohnya:
kata<peace> terdengar sebagai bunyi [Ph], sehingga menjadi[pheis]
7.
Nasalisasi, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan memberikan arus
udara melalui rongga hidung sebelum atau sesaat bunyi utama diucapkan ,
sehingga terdengar bunyi sertaan[m] . hal ini biasa terjadi pada konsonan
hambat bersuara, yaitu [b],[d],dan [g]. Sehingga menjadi kG
8.
Ejektif, yaitu bunyi
yang dihasilkan dengan cara glotis ditutup dan sewaktu bunyi utama diucapkan,
sehingga ketika glotis dibuka terdengar bunyi glotal[?v]
9.
Klik, yaitu bunyi
yang dihasilkan dengan cara lidah belakang menempel rapat pada velum sebelum
dan sewaktu bunyi utama diucapkan, sehingga terdengar bunyi [Kk]
BAB III
SIMPULAN
Klasifikasi dan Distribusi Bunyi
3.1 Segmental
yaitu bunyi yang dapat disegmentasikan. Meliputi: Ada tidaknya gangguan,
Mekanisme udara, Arah udara, Lubang lewatan udara, Mekanisme artikulasi, Cara
gangguaan, Tinggi rendahnya lidah, Maju mundurnya lidah, Bentuk bibir.
3.2 Suprasegmental
yaitu bunyi yang tidak dapat disegmentasikan. Meliputi: Tinggi-Rendah Bunyi
(nada), Keras-Lemah Bunyi (tekanan), Panjang-Pendek Bunyi (durasi), Kesenyapan
(jeda).
Sejauh ini unsur suprasegmental
tidak “berlaku” dalam fonetik bahasa Indonesia, tetapi ada “berlaku” dalam
bahasa lain, umpamanya dalam bahasa Ngbaka di Kongo Utara.
3.3 Bunyi
Pengiring yaitu Bunyi yang ikut serta
muncul ketika bunyi utama dihasilkan. Meliputi: Labialisasi, Palatalisasi, Velarisasi, Retrofleksi, Glotalisasi,
Aspirasi, Nasalisasi, Ejektif, Klik.
No comments:
Post a Comment