Thursday, November 3, 2016

contoh makalah linguistik umum “Tataran Linguistik Morfologi”



contoh makalah 
Mata Kuliah "Linguistik Umum" 

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh,
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah dan karunia-Nya, hingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Tataran Linguistik Morfologi”.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk membantu mahasiswa dalam mempelajari mata kuliah linguistik umum.
            Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum sempurna, baik dari segi isi, metode, serta kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh



Indramayu,28   September 2016

                                                                                Penulis


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
     Bahasa hadir dimana-mana, tembus sampai ke pikiran, mengantarai hubungan kita dengan orang lain dan bahkan meresap ke dalam impian. Jelaslah bahwa masyarakat tidaklah mungkin ada tanpa bahasa. Demikian terbiasanya dengan bahasa hingga manusia cenderung menganggapnya biasa-biasa saja. Banyak orang, bahkan yang berpendidikan sekalipun, kurang memahami hakikat yang sebenarnya. Secara berangsur-angsur, para ilmuwan bahasa semakin menghayati alat komunikasi yang ampuh ini. Penting penghayatan akan bahasa ini banyak alasannya, diantaranya banyak persoalan tentang bahasa, ada masalah yang berkaitan dengan disiplin ilmu, dan pengertian akan hakikat kodrat bahasa penting bagi siapa saja.
     Keanekaragaman struktur bahasa dan unsur-unsur kebahasaan merupakan sesuatu yang sangat komplek dan sulit dipahami. Namun, hal itu merupakan kebutuhan ilmiah dibidang lunguistik. Hasil yang dicapai sangat bermanfaat terutama dalam menyusun kamus bahasa. Secara umum, ruang lingkup sistem kebahasaan yang mengikat setiap bahasa relatif sama yaitu meliputi sistem fonologi (tata bunyi), sistem morfologi (pembentukan kata), sintaksis (pembentukan kalmat), dan semantik (masalah makna).



1.2  Rumusan Masalah
a.       Apa itu morfologi?
b.      Apa saja pendapat para ahli tentang morfem?
c.       Apa itu morfem dan alomorf?
d.      Apa itu macam-macam morfem?

1.3  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:
1.      Dapat mengetahui pengertian morfologi
2.      Dapat mengetahui morfem dari beberapa ahli
3.      Dapat mengetahui pengertian morfem dan alomorf
4.      Dapat mengetaui macam-macam morfem



BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN MORFOLOGI
                 Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. ( Ramlan, 2001: 21)
                 Kata Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan dan logos berarti ilmu. Bunyi [o] yang terdapat diantara morphed an logos ialah bunyi yang biasa muncul diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan makna unsur-unsur pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk.
2.2. MORFEM MENURUT PARA AHLI
a. Menurut Nida (1949 : 1) morfem adalah satuan terkecil bermakna yang akurat yang merupakan kata atau bagian kata.
b.Menurut Katamba (1993 : 24 ) morfem adalah perbedaan terkecil mengenai makna kata atau makna kalimat dalam struktur gramatikal.
d.Menurut Ramlan (1983 : 26) morfem adalah satuan gramatik yang paling kecil yang tidak mempunyai satuan lain selain unsurnya.
e.Menurut Alwasilah (1983 : 10) morfem ialah satuan bentuk terkecil yang mempunyai arti.
Kesimpulan morfem
Morfem adalah satuan bentuk terkecil yang mempunyai arti yang bermakna akurat
Dalam struktur gramatikal.
Contoh morfem :
-   morfem tulis, bahwa menulis terdiri atas morfem men- dan tulis;
-   morfem meng- misalnya pada kata menghapus, meny- misalnya pada kata menyuruh dan lain.

2.3. PENGERTIAN MORF DAN ALOMORF
     Morf adalah bentuk terkecil dari morfem yang belum diketahui statusnya dalam hubungan keanggotaan terhadap suatu morfem. [6] [2]. Sedangkan alomorf adalah bentuk dari morfem yang sudah diketahui statusnya.
Morf adalah wujud konkret suatu Morfem. Pengertian Morf tersebut lebih menunjuk pada ciri bentuk atau struktur fonemis suatu Morfem, tanpa memandang apakah Morf itu memiliki arti yang sama atau berbeda dengan Morf.

Contoh:
Mengebom = /menge-/ dan /bom/
Mendongkrak = /men-/ dan /dongkrak/
Membubut = /mem-/ dan /bubut/
Menjala = /men-/ dan /jala/
Menggantung = /meng-/ dan /gantung/
Alomorf adalah istilah linguistik untuk variasi bentuk suatu morfem karena pengaruh lingkungan yang dimasukinya. Variasi ini terjadi pada perubahan bunyi (fonologis) tanpa perubahan makna. Dalam bahasa Indonesia, contoh alomorf adalah pada morfem ber- (ber-, be-, dan bel-) serta me- (me-, mem-, men-, meng-, dan meny-). Alomorf merupakan bentuk dari morfem yang sudah diketahui statusnya.

2.4. KLASIFIKASI MORFEM
a. Morfem Bebas dan Morfem Terikat Yang dimaksud dengan morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan. Dalam bahasa Indonesia, misalnya, bentuk pulang, makan, rumah, dan bagus adalah termasuk morfem bebas. Maka morfem-morfem itu dapat digunakan tanpa harus terlebih dahulu menggabungkannya dengan morfem lain. Sebaliknya, yang dimaksud dengan morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan. Semua afiks dalam bahasa Indonesia adalah morfem terikat. Begitu juga dengan morfem penanda jamak dalam bahasa Inggris juga termasuk morfem terikat. Berkenaan dengan morfem terikat ini dalam bahasa Indonesia ada beberapa hal yang perlu dikemukakan, yaitu:
1. Bentuk-bentuk seperti juang, henti, gaul, dan baur juga termasuk morfem terikat, karena bentuk-bentuk tersebut, meskipun bukan afiks, tidak dapat muncul dalam pertuturan tanpa terlebih dahulu mengalami proses morfologi, seperti afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Bentuk-bentuk seperti ini lazim disebut bentuk prakategorial (lihat Verhaar 1978).
2. Sehubungan istilah prakategorial di atas, menurut konsep Verhaar (1978) bentuk-bentuk seperti baca, tulis, dan tendang juga termasuk bentuk prakategorial, karena bentuk-bentuk tersebut baru merupakan “pangkal” kata, sehingga baru bisa muncul dalam pertuturan sesudah mengalami proses morfologi.
3. Bentuk-bentuk seperti renta (yang hanya muncul dalam tua renta), kerontang (yang hanya muncul dalam kering kerontang), dan bugar (yang hanya muncul dalam segar bugar) juga termasuk morfem terikat. Lalu, karena hanya bisa muncul dalam pasangan tertentu, maka bentuk-bentuk tersebut disebut juga morfem unik.
4. Bentuk-bentuk yang termasuk preposisi dan konjungsi, seperti ke, dari, pada, dan, kalau, dan atau secara morfologis termasuk morfem bebas, tetapi secara sintaksis merupakan bentuk terikat.
5. Klitika merupakan morfem yang agak sukar ditentukan statusnya, apakah terikat atau bebas. Klitika adalah bentuk-bentuk singkat, biasanya hanya satu silabel, secara fonologis tidak mendapat tekanan, kemunculannya dalam pertuturan selalu melekat pada bentuk lain, tetapi dapat dipisahkan. Menurut posisinya, klitika biasanya dibedakan atas proklitika dan enklitika. Yang dimaksud dengan proklitika adalah klitika yang berposisi di muka kata yang diikuti, seperti ku dan kau pada konstruksi kubawa dan kuambil. Sedangkan enklitika adalah klitika yang berposisi di belakang kata yang dilekati, seperti lah, -nya, dan -ku pada konstruksi dialah, duduknya, dan nasibku.
b. Morfem Utuh dan Morfem Terbagi Perbedaan morfem utuh dan morfem terbagi berdasarkan bentuk formal yang dimiliki morfem tersebut, apakah merupakan satu kesatuan yang utuh atau merupakan dua bagian yang terpisah atau terbagi, karena disisipi morfem lain. Sedangkan morfem terbagi adalah sebuah morfem yang terdiri dari dua buah bagian yang terpisah. Umpamanya pada kata Indonesia kesatuan terdapat satu morfem utuh, yaitu {satu} dan satu morfem terbagi, yakni {ke-/-an}. Sehubungan dengan morfem terbagi ini, untuk bahasa Indonesia.
c. Morfem Segmental dan Suprasegmental Perbedaan morfem segmental dan morfem suprasegmental berdasarkan jenis fonem yang membentuknya. Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental, seperti morfem {lihat}, {lah}, {sikat}, dan {ber}. Jadi, semua morfem yang berwujud bunyi adalah morfem segmental. Sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental, seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya. Misalnya, dalam bahasa Ngbaka di Kongo Utara di Benua Afrika, setiap verba selalu disertai dengan penunjuk kala (tense) yang berupa nada.
d. Morfem Beralomorf Zero Dalam linguistik deskriptif ada konsep mengenai morfem beralomorf zero atau nol (lambangnya berupa Ø), yaitu morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental maupun berupa prosodi (unsur suprasegmental), melainkan berupa “kekosongan”.
e. Morfem Bemakna Leksikal dan Morfem Tidak Bermakna Leksikal Yang dimaksud dengan morfem bermakna leksikal adalah morfem-morfem yang secara inheren telah memiliki makna pada dirinya sendiri, tanpa perlu berproses terlebih dulu dengan morfem lain. Misalnya, dalam bahasa Indonesia, morfem-morfem seperti {kuda} adalah morfem bermakna leksikal. Oleh karena itu, morfem seperti ini, dengan sendirinya sudah dapat digunakan secara bebas, dan mempunyai kedudukan yang otonom di dalam pertuturan. Sebaliknya, morfem tak bermakna leksikal tidak mempunyai makna apa-apa pada dirinya sendiri. Morfem ini baru mempunyai makna dalam gabungannya dengan morfem lain dalam suatu proses morfologi. Yang biasa dimaksud dengan morfem tak bermakna leksikal ini adalah morfem-morfem afiks, seperti {ber-}, {me-}, dan {ter-}. Ada satu bentuk morfem lagi yang perlu dibicarakan atau dipersoalkan mempunyai makna leksikal atau tidak, yaitu morfem-morfem yang di dalam gramatika berkategori sebagai preposisi dan konjungsi. Morfem-morfem yang termasuk preposisi dan konjungsi jelas bukan afiks dan jelas memiliki makna. Namun, kebebasanya dalam pertuturan juga terbatas, meskipun tidak seketat kebebsan morfem afiks. Kedua jenis morfem inipun tidak pernah terlibat dalam proses morfologi, padahal afiks jelas terlibat dalam proses morfologi, meskipun hanya sebagai pembentuk kata.



BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
       1. Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal.
       2. Morfem adalah satuan bentuk terkecil yang mempunyai arti yang bermakna akurat dalam struktur gramatikal.
       3. Morf adalah bentuk terkecil dari morfem yang belum diketahui statusnya dalam hubungan keanggotaan terhadap suatu morfem. Sedangkan alomorf adalah bentuk dari morfem yang sudah diketahui statusnya.
       4. morfem dibagi 5, yaitu:
            a. morfem bebas dan terikat
            b. morfem utuh dan terbagi
            c. morfem segmental dan suprasegmental
            d. morfem beralomorf zero
            e. morfem bermakna leksikal dan tidak bermakna leksikal.



DAFTAR PUSTAKA
http://blogkodok-myblog.blogspot.co.id/2010/06/klasifikasi-morfem_11.html

Naskah Drama "Balada Saridin"

Pemain : 1.       Saridin 2.       Aisyah 3.       Sari (teman Aisyah) 4.       Siti (teman Aisyah) 5.       Ayah Aisyah 6.  ...