Wednesday, February 20, 2019

Puisi Sajak Wanita Garmen

Sajak Wanita Garmen
Karya : Rudy

Dirimu, terpancar sinar ketangguhan
Walau berada dikejauhan, tetap kudoakan
Bekerja di perantauan
Jauh dari rumah kampung halaman
Tekadmu sudah bulat tak tertahan
Inginmu sederhana, hanya ingin mencari jajan

Menjadi buruh garmen bukanlah suatu impian
Hanya kepepet keadaan
Delapan jam kau berkutik dengan kain dan jarum
Sesekali tanganmu tercium moncong jarum
Meski begitu, tak pernah kau mengeluh sedikitpun

Menjadi buruh garmen bukanlah cita-cita
Hanya sekedar mengisi waktu saja
Daripada nganggur tak bekerja
Ingin ini ingin itu tak ada yang memberinya

Wanita-wanita tangguh buruh garmen
Kadang pulang sampai tengah malam
Tak takutkah dicopet atau dipalak preman?
Tak takutkah melewati segerombolan anak muda tongkrongan?
Tak takutkah bila ada yang menyukaimu dengan cara setan?

Wanita garmen...
Meski jauh selalu kurindu
Sebulan sekali kadang aku menemuimu
Meski seringkali aku bertamu tanpa senyummu
Jarak yang kutempuh, seringkali tak berbalas rasamu
Meski begitu, selalu kuperjuangkan dirimu
Tak peduli dengan acuhmu
Tak peduli dengan diammu
Tak peduli dengan aku yang bukan siapa bagimu

Wanita garmen...
Sudikah kau bekerja seperti itu?
Tak inginkan kau mencari sesuatu yang baru?
Yang layak kau dapatkan lebih dari itu?
Atau barangkali kau mau menjadi pendamping hidupku?
Merajut masa depan denganku
Membangun impian denganku
Siapa tau sekarang kau jadi buruh
Besok kita jadi bos dari para buruh

Majalengka, 28 Desember 2017

Puisi Rasaku

Rasaku
Karya : Rudy

Rasaku....
Serpihan demi serpihan di dalam hati
satu demi satu telah kukumpulkan
aku bahagia dengan rasa sakitku
aku menikmati rasa di dalam sakitku
semakin aku menikmati rasaku, semakin sakit pula rasa sakitku
sakit karenamu, karena kenanganmu, semua karenamu
tak bisa aku bohongi, tak bisa aku menjadi munafik
namamu memang masih terpatri di dalam hatiku

kamu datang dengan kelembutanmu
kamu datang dengan cinta kasihmu
salahkah aku jika mengharapkanmu?

aku sangat tersiksa karena rasaku
rasaku yang salah karena tak seharusnya ada rasa
semakin aku mempunyau rasa, semakin sakit hati yang kurasa
rasaku seharusnya tak ada, karena dirimupun tak ada rasa

aku... sungguh tersiksa karena rasaku
tersudutkan sendiri karena rasaku
tersenyumlah aku karna rasaku
senyum kebohongan karna lukaku
aku sembunyikan dalam-dalam rasaku
aku berbohong pada rasaku
semakin aku punya rasa
semakin aku takut kehilangan dia yang tak ada rasa

Semua sudah jelas
ini salahku karena ada rasa padanya

Sidomba, 3 Maret 2017

Puisi Untukmu, Pemilik tanggal Satu

Untukmu, Pemilik Tanggal Satu
Karya : Rudy

Teruntuk kamu...
Masih banyak yang ingin kutanyakan kepadamu
Perihal kita, perihal aku dan kamu
Rasa rindu yang tak berbalas
Penantian yang tak pasti
Harapan yang tak terbendung 

Perjuangan, doa, harapan, dan impian seakan lenyap dalam sekejap
Semua yang sudah kubangun bertahun-tahun, runtuh tak terasa
Sulitnya kubangun semua itu, mudahnya kau buat runtuh semuanya
Berkali-kali kucoba bangun kembali
Berkali-kali ku jatuh dan sakit kembali
Berkali-kali bangkit, tapi selalu saja sakit

Aku...
Yang kini sudah tak berarti lagi buatmu
Sejak dulu sampai sekarang kau selalu begitu
Acuh kepadaku

Aku dan waktuku..
Ribuan detik sudah kuhabiskan untuk memikirkan semua tentangmu
Ribuan jam sudah kuhabiskan untuk memperhatikanmu
Tapi, bagaimana denganmu?
Pernahkah sedikit saja kau mengingatku?
Memperhatikanku? Peduli terhadapku ?

Perasaanku...
Betapa sakitnya harapan tak menjadi kenyataan
Betapa sakitnya luka ini tanpa kau beri penawarnya
Betapa perihnya rasa yang diacuhkan

Hari ini...tanggal kesukaanku...tanggal satu
Berharap tak ada lagi yang kuingat darimu
Tentang kita
Tentang waktu kita
Tentang kebiasaan kita berburu senja
Tentang pantai yang menjadi tempat pelarian kita
Memandang ombak, menangkap angin, melukis pasir

Hari ini...tanggal satu
Terima kasih untuk rasa yang diacuhkan
Terima kasih untuk aku yang sudah tergantikan
Terima kasih untuk namaku yang sudah tak lagi di sana
Terima kasih untukmu, tanggal satuku


Pantai Dadap
1 Desember 2018

Puisi Perempuan Tua

Perempuan Tua
Karya : Rudiyanto

Perempuan tua, di sudut jalan itu
Perempuan tua, duduk termangu
Perempuan tua, berpakaian lusuh
Tak ada yang tau, tentang perempuan tua itu
Tak ada yang peduli, dengan perempuan tua itu

Perempuan tua...
Makan dan minum dari mana tak tau
Anak, cucu, keluarga, di mana tak tau
Di tanya namanya, tak tau
Di tanya alamatnya tak tau
Siapa yang peduli, tak tau

Perempuan tua...
Pikun sudah pikirannya
Peot pipinya, memutih rambutnya
Kulit menyatu dengan tulangnya
Entah sudah berapa hari perut tak diisinya

Perempuan tua...
Masih bertahan di sudut jalan depan gang sempit
Berharap ada yang peduli sedikit
Berharap ada yang memberinya duit
Karena dia lupa seperti apa bentuk duit

Perempuan tua..
Ke mana engkau akan pulang, Nek?
Sudah berapa lama hidup menggelandang, Nek?
Apakah anakmu, cucumu, atau saudaramu tak peduli denganmu, Nek?
Apakah mereka tak merawatmu seperti mereka merawatmu saat kecil dulu, Nek?
Apakah namamu sudah tercoret dari daftar keluarga mereka, Nek?

Perempuan tua....
Tua-tua tak tau
Tau-tau tak tua
Tak tau siapa yang tua
Tuapun tak harus tau
Siapa tau kita tak sampai tua?

Juntikedokan, 20 Februari 2019

Naskah Drama "Balada Saridin"

Pemain : 1.       Saridin 2.       Aisyah 3.       Sari (teman Aisyah) 4.       Siti (teman Aisyah) 5.       Ayah Aisyah 6.  ...