1. Rudiyanto
2. Sintiyah
3. Siti Fatonah
4. Takesi Anjarsari
5. Wasiri
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan atas kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya kepada kami, sehinga kami mendapatkan petunjuk, kekuatan, dan
kesabaran agar kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “Kajian Grafemik”.
Adapun
makalah ini merupakan syarat untuk menambah pengetahuan tentang mata kuliah “Kajian
Grafemik” dan melengkapi tugas
dalam proses pembelajaran mata kuliah “Kajian Grafemik”. Dalam
penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Oleh karna itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan mendidik untuk
perbaikan selanjutnya.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pembacanya. Terima kasih.
Indramayu, Oktober 2016
Penulis
Daftar Isi
Halaman
Cover
Kata Pengantar................................................................................................... i
Daftar isi .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1
Latar
Belakang Penulisan.............................................................. 1
1.2
Rumusan
Masalah ........................................................................ 1
1.3
Tujuan
Penulisan........................................................................... 2
1.4
Manfaat
Penulisan......................................................................... 2
1.5
Metode
Penulisan.......................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 4
2.1 Pengertian Grafem
........................................................................4
2.2 Grafem
Fonem Bahasa Indonesia..................................................4
2.3 Lambang
Unsur Suprasegmental..................................................6
2.4 Fonem
...........................................................................................7
2.5 Fonem-fonem
Resmi Bahasa Indonesia........................................9
2.6 Realisasi
Fonem Bahasa Indonesia...............................................12
2.7 Alofon...........................................................................................16
2.8 Fonem,
Alofon, dan Ejaan............................................................18
BAB III SIMPULAN .........................................................................................20
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Penulisan
Fonologi adalah
suatu kajian bahasa yang berusaha mengkaji bunyi ujaran yang dihasilkan oleh
alat ucap manusia. Bunyi ujaran yang dimaksud adalah pembentukan fonem-fonem
yang disatukan menjadi sebuah kata. Oleh fonologi, bunyi-bunyi ujaran ini dapat
dipelajari dengan dua sudut pandang. Pertama, bunyi-bunyi ujaran dipandang
sebagai media bahasa semata, tidak ubahnya seperti benda atau zat. Dengan
demikian, bunyi-bunyi dianggap sebagai bahan mentah. Fonologi yang memandang
bunyi-bunyi ujaran demikian disebut fonetik. Kedua, bunyi-bunyi ujaran
dipandang sebagai bagian dari sistem bahasa. Bunyi-bunyi ujaran adalah unsur
bahasa terkecil yang merupakan bagian dari struktur kata yang sekaligus
berfungsi untuk membedakan makna. Fonologi yang memandang bunyi-bunyi ujaran
sebagai bagian dari sistem bahasa disebut fonemik (Muslich, 2008: 2).
Di dalam materi
fonologi terdapat beberapa sub-sub materi yang mengkaji tentang tata ilmu
kebahasaan, salah satunya adalah grafemik . Grafemik merupakan salah satu ilmu
yang di dalamnya mempelajari bunyi-bunyi
bahasa yang telah disepakati. Artinya,
grafemik mempelajari bunyi-bunyi bahasa sesuai dengan sistem dan aturan ejaan
yang berlaku. Dalam hal bahasa Indonesia tentu menutrut aturan yang disepakati
dalam pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka masalah yang akan kita bahas
yaitu:
1.
Apa saja yang terdapat di dalam kajian grafemik ?
2.
Apa yang dimaksud dengan
grafem ?
3.
Apa yang dimaksud dengan fonem ?
4.
Apa saja grafem-grafem untuk
fonem-fonem bahasa Indonesia ?
5.
Apa saja pembagian-pembagian dari fonem ?
6.
Bagaimana realisasi fonem di dalam bahasa Indonesia ?
7.
Apa yang dimaksud dengan alofon ?
8.
Bagaimana penerapan kaidah dari kajian grafemik di dalam kaidah kebahasaan
khususnya bahasa Indonesia ?
1.3 Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah
ini yaitu :
1.
Dapat mengetahui kajian grafemik di dalam kaidah kebahasaan
2.
Dapat mengetahui arti dari grafem, fonem, alofon, dan ejaan
3.
Dapat mengetahui pembagian-pembagian fonem
4.
Dapat menerapkan kajian grafemik di dalam komunikasi dengan
siapapun
5.
Dapat menerapkan kajian grafemik sesuai dengan kaidahnya
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun
manfaat yang ingin kami capai dalam penulisan makah ini yaitu :
1.
Sebagai bahan referensi untuk pembelajaran bagi mahasiswa dan
masyarakat
2.
Untuk mengetahui sejauh mana pentingnya ilmu fonologi di dalam
kehidupan bermasyarakat
3.
Memberikan pengetahuan tentang fonologi
4.
Memberikan pengetahuan tentang bagian dari fonologi
5.
Memberikan rasa semangat kepada masyarakat, khususnya mahasiswa
agar lebih bijak dalam berbahasa
6.
Sebagai sarana berkomunikasi
1.5 Metode
Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, kami sebagai penulis
menggunakan metode kajian pustaka dari berbagai sumber di internet dan dari
informasi buku cetak yang sudah kami sediakan.
Dari data-data atau informasi-informasi yang kami dapatkan lalu
kami kumpulkan menjadi satu, setelah itu
kami mengoreksi dan menggabungkannya menjadi sebuah makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Grafem
Grafem (bahasa
Yunani: γράφω, gráphō, "menulis") adalah
satuan unit terkecil sebagai pembeda dalam sebuah sistem aksara. Contoh grafem
antara lain adalah huruf alfabet,aksara
Tionghoa, angka, tanda baca, serta simbol dari sistem penulisan lain. Satu grafem
dapat dipetakan tepat pada satu fonem, meskipun cukup
banyak sistem ejaan yang memetakan
beberapa grafem untuk satu fonem (misalnya grafem <n> dan <g> untuk
fonem /ŋ/) atau sebaliknya, satu grafem untuk beberapa fonem (misalnya grafem
<e> untuk fonem /e/ dan /ə/).
Grafem adalah system pelambangan
bunyi alih-alih disebut system ejaan,pada dasarnya grafem adalah huruf. Grafem
ada dua macam,yaitu grafem yang mengikuti system fonetis dan grafem yang
mengikuti system fonemis.Grafem yang mengikuti system fonetis lebih popular
disebut ejaan fonetis ini melambangkan bunyi-bunyi yang diucapkan penutur dalam
bentuk huruf. Oleh karena itu,jumlah bunyi yang dilambangkan relative lebih
banyak dari jumlah huruf yang terdapat dalam alphabet.Sementara itu,grafem yang
mengikuti system fonemis lebih popular disebut ejaan fonemis ini melambangkan
fonem-fonem bahasa tertentu dalam bentuk huruf.Jadi,pelambangan disesuaikan
dengan bunyi-bunyi yang membedakan makna.
2.2 Grafem Fonem Bahasa
Indonesia
Menurut
pedoman EYD grafem-grafem untuk fonem-fonem bahasa Indonesia adalah sebagai berikut
:
2.2.1 Grafem fonem vokal
Fonem
|
Alofon
|
Grafem
|
Contoh
|
||
Awal
|
Tengah
|
Akhir
|
|||
/i/
|
[i]
[I]
|
<i>
|
i.tu
|
a.pik
|
a.pi
|
/e/
|
[e]
[ɛ]
|
<e>
|
e.kor
|
mo.nyet
|
sa.te
|
/∂/
|
[∂]
|
<e>
|
e.mas
|
ke.ra
|
ka.de
|
/u/
|
[u]
[U]
|
<u>
|
u.ji
|
da.pur
|
la.gu
|
/o/
|
[o]
[ﬤ]
|
<o>
|
o.bat
|
e.kor
|
bak.so
|
/a/
|
[a]
|
<a>
|
a.pi
|
pi.sah
|
lu.pa
|
2.2.2 Grafem fonem diftong
Fonem
|
Grafem
|
Contoh
|
||
Awal
|
Tengah
|
Akhir
|
||
/aw/
|
<au>
|
au.la
|
_
|
pu.lau
|
/ay/
|
<ai>
|
_
|
_
|
lan.dai
|
/oy/
|
<oi>
|
_
|
_
|
se.koi
|
/ey/
|
<ei>
|
_
|
_
|
sur.vei
|
2.2.3 Grafem fonem konsonan
Fonem
|
Alofon
|
Grafem
|
Contoh
|
||
Awal
|
Tengah
|
Akhir
|
|||
/b/
|
[b]
[p]
|
<b>
|
ba.ku
|
re.but
|
ja.wab
|
/p/
|
[p]
|
<p>
|
pa.ku
|
ba.pak
|
si.kap
|
/m/
|
[m]
|
<m>
|
mu.ka
|
a.man
|
da.lam
|
/w/
|
[w]
|
<w>
<u>
|
wa.ris
_
|
a.wan
_
|
_
li.mau
|
/f/
|
[f]
|
<f>
<v>
|
fa.sih
vi.ta.min
|
si.fat
av.tur
|
ak.tif
_
|
/d/
|
[d]
[t]
|
<d>
|
da.ta
|
a.dat
|
a.bad
|
/t/
|
[t]
|
<t>
|
ta.ri
|
ba.tik
|
de.kat
|
/n/
|
[n]
|
<n>
|
na.si
|
ta.nam
|
ja.lan
|
/l/
|
[l]
|
<l>
|
la.ri
|
ma.lam
|
ba.tal
|
/r/
|
[r]
|
<r>
|
ra.sa
|
ke.ras
|
be.nar
|
/z/
|
[z]
|
<z>
|
za.kat
|
ra.zia
|
a.ziz
|
/s/
|
[s]
|
<s>
|
sa.kit
|
a.sap
|
ba.las
|
/ʃ/
|
[ʃ]
|
<sy>
|
sya.hid
|
a.syar
|
a.rasy
|
/ñ/
|
[ñ]
|
<ny>
|
nya.la
|
ba.nyak
|
_
|
/j/
|
[j]
|
<j>
|
ja.la
|
a.jal
|
_
|
/c/
|
[c]
|
<c>
|
ca.ri
|
a.car
|
_
|
/y/
|
[y]
|
<y>
<i>
|
ya.tim
_
|
a.yun
_
|
_
la.lai
|
/g/
|
[g]
|
<g>
|
gi.la
|
la.gu
|
_
|
[k]
|
<k>
|
_
|
_
|
gu.dek
|
|
/k/
|
[k]
|
<k>
|
ki.ra
|
a.kal
|
ja.rak
|
/ᶇ/
|
[ᶇ]
|
<ng>
|
nga.nga
|
a.ngin
|
a.bang
|
/x/
|
[x]
|
<kh>
|
khas
|
a.khir
|
ta.rikh
|
/h/
|
[h]
|
<h>
|
ha.bis
|
ba.hu
|
su.dah
|
/?/
|
[?]
|
<k>
<Ø>
|
_
_
|
nik.mat
sa.at
|
ba.pak
_
|
2.3 Lambang unsur suprasegmental
Unsur suprasegmental yang berupa
tekanan, nada, durasi, dan jeda karena tidak bersifat fonemis tidak diberi
lambang apa-apa; tetapi unsur intonasi yang dapat mengubah makna kalimat diberi
lambang berupa tanda baca, yaitu:
1) Untuk
kalimat deklaratif diberi tanda baca titik (.).
2) Untuk
kalimat interogatif diberi tanda baca tanda tanya (?).
3) Kutuk
kalimat imperatif diberi tanda baca tanda seru (!).
4) Untuk
kalimat interaktif diberi tanda baca tanda seru (!).
5) Untuk
menandai bagian-bagian kalimat digunakan tanda koma (,) dan tanda titik koma
(;).
2.4 Fonem
Fonem adalah kesatuan bunyi
terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna.Perlu di ingat bahwa
karena fonem merupakan penamaan system bunyi yang membedakan makna,maka jumlah
fonem tentu lebih sedikit dari bunyi-bunyi yang ada.Bahkan,jumlah dan variasi
bunyi bahasa Indonesia yang tak bias dipastikan jumlahnya itu, sebenarnya
merupakan realisasi dari system fonem yang terbatas
jumlahnya.Berdasarkan hasil penelitian,fonem bahasa Indonesia berjumlah sekitar
6 fonem vocal dan 22 fonem konsonan.Dikatakan “sekitar” karena jumlahnya masih
bias berubah.Hal ini sangat tergantung pada korpus data.
Fonem merupakan satuan bahasa terkecil yang bersifat
abstrak dan mampu menunjukkan kontras makna atau abstraksi dari satu atau
sejumlah fon, entah vokal maupun konsonan. Karena bersifat abstrak, fonem
bukanlah satuan bahasa yang tidak nyata, bukan maujud yang dapat diindera.
Dalam kata rokok, misalnya, terdapat empat fon, tetapi empat fon itu sebenarnya
merupakan realisasi tiga fonem, yakni /r/, /o/, dan /k/. Dalam kata itu pula
terdapat bunyi ( ) yang sebenarnya merupakan realisasi fonem /o/. Hanya karena
lingkungan berdistribusinya, fonem /o/ itu direalisasikan menjadi ( ).
Memang banyak versi mengenai definisi atau konsep fonem.
Namun, intinya adalah satu kesatuan bunyi terkecil yang dapat membedakan makna
kata. Bagaimana kita tahu sebuah bunyi adalah fonem atau bukan fonem. Banyak
cara dan prosedur telah dikemukakan oleh berbagai pakar. Namun, intinya adalah
kalau kita ingin mengetahui sebuah bunyi adalah fonem atau bukan, kita harus
mencari yang disebutpasangan minimal atau minimal pair, yaitu dua buah bentuk
yang bunyinya mirip dan hanya sedikit berbeda. Umpamanya kita inginmengetahui
bunyi [p] fonem atau bukan, maka kita cari, misalnya pasangan kata paku dan baku.
Kedua kata ini mirip sekali. Masing-masing terdiri dari empat bunyi. Kata paku terdiri dari bunyi [p], [a], [k], dan
[u]; sedangkan kata baku terdiri dari bunyi [b], [a], [k], dan
[u]. jadi, pada pasangan paku dan baku terdapat tiga buah bunyi yang sama,
yaitu bunyi kedua, ketiga dan keempat. Yang berbeda hanya bunyi pertama, yaitu
bunyi [p] pada kata paku dan bunyi [b] pada kata baku.
Dengan demikian, kita sudah dapat membuktikan bahwa bunyi
[p] dalam bahasa Indonesia adalah sebuah fonem. Mengapa? Karena kalau posisinya
diganti oleh bunyi [b], maka maknanya akan berbeda. Sebagai sebuah fonem, bunyi
[p] itu ditulis di antara dua garis miring menjadi /p/.
Apakah bunyi [b] pada pada pasangan kata paku dan baku itu juga sebuah fonem? Dengan
sendirinya, bunyi [b] itu juga adalah sebuah fonem, karena kalau posisinya
diganti oleh bunyi [p] atau bunyi [I] menjadi laku,
maknanya juga akan berbeda.
Untuk membuktikan sebuah bunyi adalah
fonem atau bukan dapat juga digunakan pasangan minimal yang salah satu angotanya “rumpang”. Artinya, jumlah bunyi pada anggota pasangan yang rumpang itu kekurangan satu bunyi dari anggota yang utuh. Misalnya, untuk membuktikan bunyi [h] adalah fonem atu bukan kita dapat mengambil pasangan [tuah] dan [tua]. Bentuk [tuah] memiliki empat buah bunyi, sedangkan bentuk [tua] hanya memiliki tiga buah bunyi. Maka, kalau bunyi [h] itu ditanggalkan, makna kata itu akan berbeda. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bunyi [h] adalah sebuah fonem [h].
fonem atau bukan dapat juga digunakan pasangan minimal yang salah satu angotanya “rumpang”. Artinya, jumlah bunyi pada anggota pasangan yang rumpang itu kekurangan satu bunyi dari anggota yang utuh. Misalnya, untuk membuktikan bunyi [h] adalah fonem atu bukan kita dapat mengambil pasangan [tuah] dan [tua]. Bentuk [tuah] memiliki empat buah bunyi, sedangkan bentuk [tua] hanya memiliki tiga buah bunyi. Maka, kalau bunyi [h] itu ditanggalkan, makna kata itu akan berbeda. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bunyi [h] adalah sebuah fonem [h].
Susunan Fonem Jumlah Fonem Susunan
Huruf Jumlah Huruf Kata yang terbentuk
/adik/ 4 adik 4 adik
/adik/ 4 adik 4 adik
/inat/ 4 ingat 5 ingat
/nani/ 4 nyanyi 6 nyanyi
/pantay/ 6 pantai 6 pantai
Bahasa Indonesia secara umum menggunakan system Grafem
Latin. Grafem Latin memiliki 26 Alpabeta lepas. Jumlah Alpabeta latin yang
dianut bahasa Indonesia dan fonem yang dimiliki bahasa Indonesia tidak sama.
Bahasa Indonesai menganut system Grafem Latin dengan 26 Alpabeta, tetapi dari
hasil penelitian ditumukan 32 buah fonem sebagai unit terkecil bunyi yang
berfungsi membedakan arti.
32 Fonem resmi bahasa Indonesia :
• 6 buah fonem vokal : /a/, /i/,
/u/, /e/,/o/, /?/.
• 3 buah fonem diftong : /oy/,
/ay/, dan /ou/.
• 23 buah fonem konsonan : /p/,
/b/, /m/, /t/, /d/, /n/, /c/, /j/, /n/, /k/, /g/, /n/, /y/, /r/, /l/, /w/, /s/,
/s/, /t/, /f/, /h/, /x/, dan /?/.
Selanjutnya, fonem-fonem ini akan membentuk satuan, yaitu
saku kata. Suku kata dapat diidentifikasi dengan jalan mengidentifikasi
vokalnya karena fonem vokal merupakan puncak sonoritas (kenyaringan).
2.5 Fonem-fonem resmi bahasa
Indonesia
a. Fonem Vokal
Nama-nama fonem vokal yang ada
dalam bahasa Indonesia yaitu sebagai berikut:
1. /i/ vokal depan, tinggi, tak bundar
2. /e/ vokal depan, sedang, atas, tak
bundar
3. /a/ vokal depan, rendah, tak bundar
4. /∂/ vokal tengah, sedang tak bundar
5. /u/ vokal belakang, atas, bundar
6. /o/ vokal belakang, sedang, bundar
Status fonem-fonem vokal itu dapat
dibuktikan dengan pasangan minimal berikut ini:
Fonem
|
Posisi dalam kata
|
||
Awal
|
Tengah
|
Akhir
|
|
/i/
/e/
/a/
/∂/
/u/
/o/
|
ikan x akan
enak x anak
alam x ulam
∂raŋ x araŋ
udaŋ x adaŋ
onak x anak
|
makin x makan
raket x rakit
alih x alah
k∂ra x kira
kasur x kasar
kaloŋ x kalaŋ
|
dari x dara
sate x satu
para x pari
-
labu x laba
toko x tokoh
|
b. Fonem Diftong
Fonem diftong yang ada dalam
bahasa Indonesia adalah fonem diftong /ay/, diftong /aw/ dan diftong /oy/.
Ketiganya dapat dibuktikan dengan pasangan minimal.
/ay/ gulai x gula (gulay x gula)
/aw/ pulau x pula (pulaw x pul )
/oi/ sekoi x seka (skoy x seka)
c. Fonem Konsonan
Nama-nama fonem konsonan bahasa
Indonesia adalah sebagai berikut:
1. /b/ konsonan bilabial, hambat,
bersuara
2. /p/ konsonan bilabial, hambat, tak
bersuara
3. /m/ konsonan bilabial, nasal
4. /w/ konsonan bilabial, semi vokal
5. /f/ konsonan labiodentals, geseran,
tak bersuara
6. /d/ konaonan apikoalveolar, hambat,
bersuara
7. /t/ konsonan apikoaveolar, hambat, tak
bersuara
8. /n/ konsonan apikoaveolar, nasal
9. /t/ konsonan apikoaveolar, sampingan
10. /r/
konsonan apikoaveolar, getar
11. /z/
konsonan laminoalveolar, geseran, bersuara
12. /s/
konsonan laminoalveolar, geseran, tak bersuara
13. /∫/
konsonan laminopalatal, geseran, bersuara
14. /ñ/
konsonan laminopalatal, nasal
15. /j/
konsonan laminopalatal, paduan, bersuara
16. /c/
konsonan laminopalatal, paduan, tak bersuara
17. /y/
konsonan laminopalatal, semivokal
18. /g/
konsonan dorsevelar, hambat, bersuara
19. /k/
konsonan dorsevelar, hambat, tak bersuara
20. /ŋ/
konsonan dorsevelar, nasal
21. /x/
konsonan dorsevelar, geseran, bersuara
22. /h/
konsonan laringal, geseran, bersuara
23. /?/
konsonan glottal, hambat
2.6 Realisasi Fonem bahasa Indonesia
Realisasi fonem sebenarnya sama dengan bagaimana fonem
itu dilafalkan. Hanya masalahnya kalau orang Indonesia melafalkan fonem-fonem
bahasa Indonesia sangat banyak sekali variasinya. Hal ini berkenaan bahwa
bangsa Indonesia terdiri dari berbagai etnis dan berbagai bahasa daerah,
sehinggga melafalkan fonem-fonem bahasa Indonesia pasti dipengaruhi oleh fistem
fonologi bahasa darehanya.
a. Realisasi Fonem Vokal
Secara umum realisasi fonem vokal
bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Fonem /i/
Fonem ini mempunyai dua macam
realisasi, yaitu:
Pertama, direalisasikan sebagai bunyi [i]
apabila berada pada silabel terbuka atau silabel tak berkoda seperti pada kata [kini], [lidi] dan [sapi]
Kedua, direalisasikan sebagai bunyi [I]
apa biala berada pada silabel tertutup atau silabel berkoda seperti pada kata [batIk], [ambIl] dan [lirIk].
2. Fonem /e/
Fonem /e/ mempunyai dua macam
realisasi, yaitu:
Pertama, direalisasikan seperti bunyi [e] apa bila
berada pada silabel terbuka, seperti pada kata [sate], [p∂te] dan [b∂rabe].
Kedua, direalisasikan seperti bunyi [ε]
apa bila berada pada silabel tertutup, seperti pada kata [m כ ñεt], [karεt]
dan [εmbεr].
3. Fonem /a/
Secara umum fonem /a/
direalisasikan sebagai bunyi [a], baik pada posisi awal kata, tengah kata,
maupun akhir kata seperti pada kata , dan .
4. Fonem /ә/
Secara umum direalisasikan sebagai
bunyi [∂] seperti pada kata [k∂ra], [∂rat] dan[mar∂t].
5. Fonem /u/
Fonem /u/ ini mempunyai dua macam
realisasi, yaitu:
Pertama, dilafalkan sebagai bunyi [u] apa
bila berada pada silabel terbuka
Kedua, drealisasikan sebagai bunyi [U]
apa bila berada pada silabel tertutup.
6. Fonem /o/
Fonem ini juga mempunyai dua macam
realisasi, yaitu:
Pertama, direalisasikan sebagai bunyi [o]
apa bila berada pada silabel terbuka.
Kedua, direalisasikan sebagai bunyi [נ]
apa bila berada pada silabel tertutup.
b. Lafal Fonem Konsonan
1. Fonem /b/
Fonem ini memiliki dua realisasi,
yaitu:
Pertama, direalisasikan sebagai bunyi /b/
apa bila berada pada awal silabel, baik silabel terbuka maupun silabel tertutup
yang buka ditutup oleh fonem konsonan /b/.
2. Fonem /p/
Fonem ini secara umum
direalisasikan sebagai bunyi [p] baik sebagai onset pada sebuah silabel maupun
sebagai koda.
3. Fonem /n/
Fonem ini secara umum
direalisasikan sebagai bunyi [n], seperti pada kata[nanas],
4. Fonem /w/
5. Fonem /f/
6. Fonem /d/
Fonem ini mempunya dua macam
realisasi yaitu sebagai berikut:
Pertama, direalisasikan sebagai bunyi [d]
apabila berposisi sebagai onset pada sebuah silabel.
Kedua, direalisasikan sebagai bunyi [t]
dan [d] bila berposisi sebgai koda pada sebuah silabel.
7. Fonem /t/
Fonem ini secara umum
direalisasikan sebagai bunyi [t], namun perlu dicatat fonem /t/ pada posisi
awal bila diberi prefiks me- atau prefiks pe- akan luluh dan bersenyawa dengan
bunyi nasal yang homorgan dengan fonem /t/ itu.
8. Fonem /n/
Fonem ini direalisasikan sebagai
bunyi [n], baik sebagai onset maupun sebagai sebagai koda dalam sebuah silabel.
9. Fonem /l/
Fonem ini direalisasikan sebagai
bunyi [l] baik sebagai onset maupun sebagai koda pada sebuah silabel.
10. Fonem
/r/
11. Fonem
/z/
12. Fonem
/s/
13. Fonem
/∫/
14. Fonem
/ñ/
15. Fonem
/j/
16. Fonem
/c/
17. Fonem
/y/
18. Fonem
/g/
Fonem ini mempunyai dua macam
realisasi yaitu sebagai berikut:
Pertama, direalisasikan sebagai bunyi [g]
apa bila berposisi sbegai onset.
Kedua, direalisasikan sebagai bunyi [g]
atau [k] apabila berposisi sebagai koda
19. Fonem
/k/
Fonem ini memiliki tiga macam
realisasi yaitu sebagai berikut:
Pertama, direalisasikan sebagai bunyi [k]
apa bila berposisi sebagai onset pada sebuah silabel.
Kedua, direalisasikan sebagai bunyi [?]
apabila berposisi sebagai koda pada sebuah silabel.
Ketiga, direalisasikan sebagai bunyi [g]
bila berposisi sebagai koda.
20. Fonem
/ŋ/
fonem ini direalisasikan sebagai
bunyi bunyi [ŋ] baik berposisi sebagai onset maupun sebagai koda pada sebuah
silabel.
21. Fonem
/x/
22. Fonem
/h/
23. Fonem
/?/
Fonem ini direalisasikan sebagai
bunyi [?] yang muncul pada:
Pertama, silabel pertama dari sebuah kata yang berupa
fonem vokal.
Kedua, diantara dua buah silabel,
dimana nuklus silabel pertama dan nuklus silabel kedua berupa fonem vokal yang
sama.
2.7 Alofon
Alofon adalah
pembedaan realisasi pelafazan fonem karena posisi yang berbeda dalam kata. Misalkan fonem /b/ dalam bahasa Indonesia dilafalzkan pada posisi awal ("besar") dan
tengah ("kabel") berbeda dengan fonem ini pada posisi akhir
("jawab").
Kalau kita melihat kembali pembicaraan mengenai
vokal maka kita melihat bahwa bunyi vokal depan tinggi ada dua, yaitu: vokal
depan tinggi atas [i] dan vokal depan tinggi bawah [I]. begitu juga vokal
belakang tinggi ada dua, yaitu: vokal belakang tinggi atas [u]dan vokal
belakang tinggi bawah [U]. demikianjuga vokal belakang sedang ada dua, yaitu
vokal belakang sedang atas [o] dan vokal belakang sedang bawah [כ].
Persoalan kita sekarangapakah bunyi vokal [i] dan vokal
[I] dua buah fonem atau sebuah fonem. Alau kita menggunakan cara dengan
mencari pasangan minimal untuk kedua bunyi vokal itu dalam bahasa Indonesisa
ternyata sampai saat ini tidak ada. Yang menjadi kenyataan adalah bahwa kedua
vokal itu, [i] dan [I] memiliki distribusi yang berbeda. Vokal [i] menempati
posisi pada silabels (suku kata) terbuka, silabel yang tidak memiliki koda,
sedangkan vokal [I] menempati silabel yang mempunyai koda. Simak:
Vokal [i] pada kata
[ini]; [titi]; dan [isi]
Vokal [I] pada kata
[b∂nIh]; [batik]; dan [tasIk]
Oleh karena itu bisa disimpulkan
bahwa:
a. Vokal [i] dan [I] bukanlah merupakan
dua fonem, melainkan cuma anggota dari sebuah fonem yang sama yaitu fonem /i/
b. Vokal [i] dan vokal [I] distri businya
tidak sama: vokal [i] berdistribusi pada silabel terbuka atau silabel tidak
berkoda; sedangkan vokal [I] berdistribusi pada silabel tertutup atau silabel
berkoda.
c. Vokal [i] dan vokal [I] memiliki
distribusi komplementer, berdistribusi yang saling melengkapi.
Analog dengan kasus vokal [i] dan
vokal [I], maka dapat dikatakan vokal [u] dan vokal [U] juga merupakan anggota
dari satu fonem yang sama, yaitu fonem /u/, yang juga berdistribusi secara
komplementer. Vokal [u] untuk silabel terbuka (tak berkoda), dan vokal [U]
untuk silabel tertutup (berkoda). Seperti yang tertera dibawah ini, yaitu
sebagai berikut:
Vokal [u] pada kata [buku]; [ibu]; dan [itu]
Vokal [U] pada kata [akUr]; [libUr]; dan [atUr]
Hal yang sama terjadi juga pada kasus vokal [o] dan vokal [כ].
Dimana vokal [o] untuk silabel terbuka, seperti pada kata [took] dan [bodo], sedangkan vokal [כ]
untuk silabel tertutup seperti [t כk כh] dan [b כd כh].
Vokal-vokal yang menjadi anggota dari sebuah fonem, seperti [u] dan [U] untuk
fonem /u/ disebut dengan istilah alofon.
Dengan demikian kalau dibalik, bisa dikatakan alofon adalah anggota dari sebuah fonem
atau varian dari sebuah fonem.
Dari pembicaraan tentang fonem dan alofon diatas, dapat dikatakan bahwa fonem
merupakan konsep abstrak karena kehadirannya dalam ujaran dia diwakili oleh
alofon yang sifatnya konkrit, dapat diamati (didengar) secara empiris. Jadi,
misalnya fonem /i/ pada kata diwakili
oleh alofon [i], karena lafal kata itu adalah [tani], sedangkan pada
katadiwakili oleh alofon [I], karena lafalnya adalah [tarIk]. Contoh fonem /k/
pada katadiwakili oleh alofon [k] karena lafalnya adalah [baku], sedangkan pada
kata diwakili oleh alofon [?]
karena lafalnya [bapa?]
Dengan perkataan lain, fonem /i/ direalisasikan oleh alofon [i] dan alofon [I],
fonem /u/ direalisasikan oleh alofon [u] dan alofon [U], sedangakan fonem /o/
direalisasikan oleh alofon [o] dan alofon [כ].
2.8 Fonem, Alofon, dan Ejaan
Kini
akan kita bicarakan bagaimana hubungan fonem dan alofon dengan ejaan yang
berlaku sekarang yang disebut Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Pada
dasarnya ejaan tidak lain dari konvensi grafis, yakni “perjanjian” di antara
para penutur suatu bahasa untuk menuliskan bahasanya. Artinya, bunyi-bunyi
bahasa yang seharusnya diujarkan, diganti dengan lambang-lambang grafis, yang
disebut huruf, dan dilengkapi dengan tanda baca.
Bahasa
Indonesia sama dengan kebanyakan bahasa-bahasa di dunia, menggunakan huruf
latin atau abjad latin untuk menuliskan bahasanya. Tentunya dengan sistem dan
aturan-aturan tersendiri, yang tidak sama dengan sistem aturan-aturan bahasa
lain, meskipun sama-sama menggunakan abjad latin.
BAB III
SIMPULAN
Dari hasil pembahasan yang sudah dituliskan di dalam makalah ini,
dapat diambil beberapa kesimpulan, diantaranya :
1.
Di
dalam kajian grafemik, terdapat beberapa sub-sub materi, yaitu : Grafem Fonem
Bahasa Indonesia, Fonem, Alofon, dan Ejaan
2.
Grafem adalah system pelambangan bunyi alih-alih disebut system ejaan,pada
dasarnya grafem adalah huruf
3.
Fonem adalah kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan
makna
4.
Grafem-grafem untuk fonem-fonem bahasa Indonesia yaitu grafem fonem vokal,
grafem fonem diftong, dan grafem fonem konsonan
5.
Pembagian
fonem di dalam bahasa Indonesia yaitu : fonem vokal, fonem diftong, dan
fonem konsonan
6. Alofon adalah pembedaan realisasi pelafazan fonem karena posisi yang berbeda dalam kata. Misalkan fonem /b/ dalam bahasa Indonesia dilafalzkan pada posisi awal ("besar") dan
tengah ("kabel") berbeda dengan fonem ini pada posisi akhir
("jawab").
7.
Penerapan
kaidah kajian grafemik yaitu sesuai dengan
ejaan yang berlaku sekarang yang disebut Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan.
Daftar Pustaka
Chaer, Abdul.2013.Fonologi Bahasa Indonesia.Jakarta:Rineka
Cipta
No comments:
Post a Comment