Rudiyanto
Sintiyah
Takesi Anjarsari
Wasiri
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan atas kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya kepada kami sehinga kami mendapatkan petunjuk, kekuatan dan
kesabaran agar kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul
“Linguistik Umum”.
Adapun
makalah ini merupakan syarat untuk menambah pengetahuan tentang mata kuliah
“Linguistik Umum” dan melengkapi tugas
dalam proses pembelajaran mata kuliah “Linguistik Umum”. Dalam penyusunan
makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karna itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan mendidik untuk
perbaikan selanjutnya.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pembacanya. Terima kasih.
Indramayu, Oktober 2016
Penulis
Daftar Isi
Halaman
Cover
Kata Pengantar................................................................................................... i
Daftar isi .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1
Latar
Belakang Penulisan.............................................................. 1
1.2
Rumusan
Masalah ........................................................................ 1
1.3
Tujuan
Penulisan........................................................................... 2
1.4
Manfaat
Penulisan......................................................................... 2
1.5
Metode
Penulisan.......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3
2.1 Pengertian Frase............................................................................ 3
2.2 Perbedaan kata
majemuk dengan frase..........................................3
2.2.1 Pengertian kata majemuk
..................................................3
2.2.2 Ciri-ciri kata majemuk
......................................................4
2.2.3 Frase
..................................................................................4
2.3 Jenis
Frase
.....................................................................................5
2.4 Perluasan
Frase .............................................................................9
BAB III SIMPULAN .........................................................................................14
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penulisan
Manusia dalam bertutur
sapa, berkisah, atau segala sesuatu yang dapat dikatakan sebagai berbahasa,
selalu memunculkan kalimat-kalimat yang dirangkai, dijalin sedemikian rupa,
sehingga berfungsi optimal bagi si penutur dalam upaya mengembangkan akal
budinya dan memelihara kerjasamanya dengan orang lain.
Masih banyak orang yang
belum mengetahui dan belum paham tentang makna dan hakikat sinaksis. Padahal,
penggunaannya begitu dekat dengan masyarakat Indonesia, yang berikhtisar
tentang kalimat bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari.
Sebenarnya apa yang dimaksud
sintaksis itu?. Sintaksis merupakan ilmu yang mempelajari tentang tata bahasa,
dan juga dapat dikatakan tata bahasa yang membahas hubungan antar kata dalam
turunan.
Unsur bahasa yang termasuk dalam lingkup
sintaksis adalah frase, klausa, dan kalimat. Didalam makalah ini akan
membahas pokok bahasan mengenai frase secara rinci.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan kita
bahas melalui penulisan makalah ini yaitu :
1. Apa pengertian frase ?
2. Apa perbedaan antara kata majemuk dengan frase ?
3. Apa saja jenis-jenis frase ?
4. Bagaimana perluasan frase di dalam penggunaan bahasa Indonesia ?
1.3
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang
ingin dicapai dalam penulisan makalah ini yaitu:
1. Dapat mengetahui pengertian frase
2. Dapat mengetahui perbedaan antara frase dengan kata majemuk
3. Dapat mengetahui jenis-jenis frase
4. Dapat mengetahui sejauh mana perluasan frase di dalam penggunaan bahasa
Indonesia
1.4
Manfaat Penulisan
Adapun
manfaat yang ingin kami capai dalam penulisan makah ini yaitu :
1.
Sebagai
bahan referensi untuk pembelajaran bagi mahasiswa dan masyarakat
2.
Untuk
mengetahui sejauh mana pentingnya ilmu linguistik di dalam kehidupan
bermasyarakat
3.
Memberikan
pengetahuan tentang linguistik umum
4.
Memberikan
pengetahuan tentang bagian dari lingisutik umum, khususnya frase
5.
Memberikan
rasa semangat kepada masyarakat, khususnya mahasiswa agar lebih mencintai
bahasa Indonesia
6.
Sebagai
sarana berkomunikasi
1.5
Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, kami sebagai penulis menggunakan
metode kajian pustaka dari berbagai sumber di internet dan dari informasi buku
cetak yang sudah kami sediakan. Dari
data-data atau informasi-informasi yang kami dapatkan lalu kami kumpulkan menjadi satu, setelah itu kami
mengoreksi dan menggabungkannya menjadi sebuah makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Frase
Banyak yang
mempermasalahkan antara frase dengan kata, ada yang membedakannya dan ada juga
yang mengatakan bahwa keduanya itu sama. Seperti yang telah dipelajari dalam
morfologi bahwa kata adalah adalah satuan gramatis yang masih bisa dibagi
menjadi bagian yang lebih kecil. Frase adalah satuan konstruksi yang terdiri
dari dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan (Keraf, 1984:138). Frasa
juga didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang
bersifat nonprediktif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah
satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 1991:222). Menurut Prof. M.
Ramlan, frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih dan
tidak melampaui batas fungsi atau jabatan (Ramlan, 2001:139). Artinya sebanyak
apapun kata tersebut asal tidak melebihi jabatannya sebagai subjek, predikat,
objek, pelengkap, atau pun keterangan, maka masih bisa disebut frasa.
2.2 Perbedaan Kata Majemuk Dengan Frase
2.2.1 Pengertian Kata
Majemuk
Arti kata majemuk menurut Abdul Chaer dalam bukunya linguistik umum tahun 2004 adalah penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau baru. Komposisi terdapat dalam banyak bahasa. Misalnya, lalu lintas, rumah sakit,dan meja hijau dalam bahasa Indonesia; bluebird, greenhouse, dan blackboard dalam bahasa Inggris.
Kata majemuk berasal dari penggabungan unsur-unsur yang menjadi satu dan membentuk makna yang baru. Pada tata bahasa structural menyatakan suatu komposisi disebut sebagai kata majemuk apabila diantara unsur-unsur pembentuknya tidak dapat disisipkan apa-apa tanpa merusak komposisi tersebut.
Arti kata majemuk menurut Abdul Chaer dalam bukunya linguistik umum tahun 2004 adalah penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau baru. Komposisi terdapat dalam banyak bahasa. Misalnya, lalu lintas, rumah sakit,dan meja hijau dalam bahasa Indonesia; bluebird, greenhouse, dan blackboard dalam bahasa Inggris.
Kata majemuk berasal dari penggabungan unsur-unsur yang menjadi satu dan membentuk makna yang baru. Pada tata bahasa structural menyatakan suatu komposisi disebut sebagai kata majemuk apabila diantara unsur-unsur pembentuknya tidak dapat disisipkan apa-apa tanpa merusak komposisi tersebut.
2.2.2 Ciri-ciri Kata
Majemuk
1. Gabungan itu membentuk satu arti yang baru.
2. Gabungan itu dalam hubungannya ke luar membentuk satu pusat, yang menarik keterangan atas kesatuan itu, bukan atas bagian-bagiannya.
3. Biasanya terdiri dari kata-kata dasar.
4. Frekuensi pemakaiannya tinggi.
5. Terutama kata-kata majemuk yang bersifat endosentris, terbentuk menurut hukum DM (Diterangkan mendahului Menerangkan).
1. Gabungan itu membentuk satu arti yang baru.
2. Gabungan itu dalam hubungannya ke luar membentuk satu pusat, yang menarik keterangan atas kesatuan itu, bukan atas bagian-bagiannya.
3. Biasanya terdiri dari kata-kata dasar.
4. Frekuensi pemakaiannya tinggi.
5. Terutama kata-kata majemuk yang bersifat endosentris, terbentuk menurut hukum DM (Diterangkan mendahului Menerangkan).
Kata majemuk adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk makna baru.
Contoh:
- abu gosok (membentuk makna baru dari kata asal "abu" dan "gosok")
- getah bening (membentuk makna baru dari kata asal "getah" dan "bening")
- gugur bunga (membentuk makna baru dari kata asal "gugur" dan "bunga")
- maju mundur (membentuk makna baru dari kata asal "maju" dan "mundur")
- saksi mata (membentuk makna baru dari kata asal "saksi" dan "mata")
- ringan tangan (membentuk makna baru dari kata asal "ringan" dan "tangan")
- lanjut usia (membentuk makna baru dari kata asal "lanjut" dan "usia")
2.2.3 Frase
Frasa adalah gabungan kata
atau lebih yang menduduki satu fungsi saja. Misalnya subyek saja, atau predikat
saja, atau obyek saja, atau keterangan saja.
Contoh :
[sedang memasak] = P (predikat)
[sayur lodeh] = O (obyek)
[di dapur] = Ket (Keterangan)
Contoh :
[sedang memasak] = P (predikat)
[sayur lodeh] = O (obyek)
[di dapur] = Ket (Keterangan)
2.2.4 Ciri-ciri Frase
1. Frase tidak melebihi batas fungsi
2. Frase menunjukkan identitas makna sebenarnya.
1. Frase tidak melebihi batas fungsi
2. Frase menunjukkan identitas makna sebenarnya.
2.3 Jenis
-Jenis Frase atau Frasa
Frasa terbagi menjadi
beberapa kelompok berdasarkan jenis atau kelas kata, yaitu
a. Berdasar fungsi
gramatikal, yaitu :
1. Frasa Nomina.
Frasa Nomina adalah
kelompok kata benda yang dibentuk dengan memperluas sebuah kata benda. Frasa
nominal dapat dibedakan lagi menjadi 3 jenis yaitu :
Ø Frasa Nomina Modifikatif (mewatasi), misal : rumah mungil, hari senin, buku
dua buah, bulan pertama, dll.
Ø Frasa Nomina Koordinatif (tidak saling menerangkan), misal : hak dan kewajiban, sandang pangan, sayur
mayur, lahir bathin, dll.
Ø Frasa Nomina Apositif
Contoh frasa nominal apositif :
a). Jakarta, Ibukota Negara Indonesia, sudah berumur 485 tahun.
b). Melati, jenis tanaman perdu, sudah menjadi simbol bangsa
Indonesia sejak lama.
c). Banjarmasin,Kota Seribu Sungai, memiliki banyak sajian kuliner
yang enak
2. Frasa
Verbal.
Frasa Verbal adalah
kelompok kata yang terbentuk dari kata kata kerja. Kelompok kata ini terbagi
menjadi 3 macam, yaitu :
v
Frasa Verbal
Modifikatif (pewatas), terdiri dari :
- Pewatas belakang, misal : a). Ia bekerja keras sepanjang hari.
b). Kami membaca buku itu sekali lagi.
- Pewatas depan, misal : a). Kamiyakin mendapatkan pekerjaan itu.
v Frasa Verbal Koordinatif adalah 2 verba
yang digabungkan menjadi satu dengan adanya penambahan kata hubung 'dan' atau
'atau', Contoh kalimat :
a). Orang itu merusak dan
menghancurkan tempat tinggalnya sendiri.
b). Kita pergi ke toko
buku atau ke perpustakaan.
v
Frasa Verbal Apositif yaitu sebagai keterangan yang ditambahkan atau diselipkan. Contoh
kalimat : a). Pekerjaan Orang itu, berdagang kain, kini
semakin maju.
b).
Jorong, tempat tinggalku dulu, kini menjadi daerah pertambangan
batubara.
3. Frasa
Adjektifa.
Frasa adjektifa ialah
kelompok kata yang dibentuk oleh kata sifat atau keadaan sebagai inti
(diterangkan) dengan menambahkan kata lain yang berfungsi menerangkan,
seperti : agak, dapat,harus, lebih, paling dan
'sangat. Kelompok kata ini terdiri dari 3 jenis, yaitu :
v Frasa Adjektifa Modifikatif (membatasi),
misal : cantik sekali, indah nian, hebat
benar, dll.
v Frasa Adjektifa Koordinatif (menggabungkan),
misal : tegap kekar, aman tentram, makmur
dan sejahtera, dll
v Frasa Adjektifa Apositif, misal :
a). Srikandi cantik, ayu menawan, diperistri oleh Arjuna.
b). Desa Jorong, tempat tinggalku dulu, kini menjadi daerah
pertambangan batubara.
Frasa Apositif bersifat
memberikan keterangan tambahan. Frasa Srikandi cantik dan Desa
Jorong merupakan unsur utama kalimat, sedangkan frasa ayu
menawan, dan tempat tinggalku dulu, merupakan keterangan
tambahan.
4. Frasa Adverbial.
Frasa Adverbial ialah
kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata sifat. Frasa ini bersifat
modifikasi (mewatasi), misal : sangat
baik kata baik merupakan inti dan kata sangat merupakan
pewatas. Frasa yang bersifat modifikasi ini contohnya ialah agak
besar, kurang pandai, hampir baik, begitu kuat, pandai
sekali, lebih kuat, dengan bangga, dengan gelisah. Frasa
Adverbial yang bersifat koordinatif (yang tidak menerangkan), contoh frasanya
ialah lebih kurang kata lebih tidak
menerangkan kurang dan kurang tidak menerangkan lebih.
5. Frasa Pronominal
Frasa Pronominal ialah frasa
yang dibentuk dengan kata ganti, frasa ini terdiri atas 3 jenis yaitu :
· Modifikatif, misal kalian
semua, anda semua, mereka semua, mereka itu, mereka
berdua.
· Koordinatif, misal engkau
dan aku, kami dan mereka, saya dan dia.
· Apositif, misal :
Kami, putra-putri Indonesia, menyatakan perang melawan narkotika.
6. Frasa Numeralia
Frasa Numeralia ialah
kelompok kata yang dibentuk dengan kata bilangan. Frasa ini terdiri atas :
v
Modifikatif, contoh : a). Mereka memotong dua puluh ekor sapi kurban.
b). Kami membeli setengah lusin buku tulis.
v Koordinatif, contoh :
a). Entah dua atau tiga sapi yang telah dikurban.
b). Dua atau tiga orang telah menyetujui
kesepakatan itu.
v Frasa Interogativ Koordinatif ialah frasa yang
berintikan pada kata tanya. contoh : a). Jawaban dari apa atau siapa ciri
dari subjek kalimat.
v
Frasa Demonstrativ Koordinatif ialah frasa yang dibentuk oleh dua kata yang tidak saling
menerangkan. contoh :
a).
Saya tinggal di sana atau di sini sama saja.
b).
Kami pergi kemari atau kesana tidak ada masalah.
v Frasa Preposisional Koordinatif ialah frasa yang
dibentuk oleh kata depan yang tidak saling menerangkan. contoh :
a).
Petualangan kami dari dan ke Jawa memerlukan waktu satu bulan.
b). Perpustakaan ini dari,
oleh, dan untuk masyarakat umum.
b. Frasa berdasarkan fungsi unsur pembentuknya, yaitu :
1. Frasa Endosentris yaitu frasa yang
unsur-unsurnya berfungsi untuk diterangkan dan menerangkan (DM) atau
menerangkan dan diterangkan (MD). contoh frasa : kuda hitam (DM), dua
orang(MD).
Ada beberapa jenis frasa
endosentris, yaitu :
v Frasa atributif yaitu frasa yang pola pembentuknya menggunakan pola DM atau MD.
contoh : Ibu kandung (DM), tiga ekor (MD).
2. Frasa apositif yaitu frasa yang salah satu unsurnya
(pola menerangkan) dapat menggantikan kedudukan unsur intinya (pola
diterangkan). contoh : Farah si penari ular sangat cantik.,
kata Farah posisinya sebagai diterangkan (D), sedangkan si
penari ular sebagai menerangkan (M).
3.
Frasa koordinatif yaitu frasa
yang unsur-unsur pembentuknya menduduki fungsi inti (setara).
contoh : ayah ibu, warta berita, dll.
4. Frasa eksosentris yaitu frasa yang
salah satu unsur pembentuknya menggunakan kata tugas. contoh : dari
Bandung, kepada teman, di kelurahan.
c. Frasa berdasarkan
satuan makna yang dikandung unsur-unsur pembentuknya, yaitu :
- Frasa biasa yaitu frasa yang hasil pembentukannya memiliki makna yang sebenarnya (denotasi). contoh kalimat : a) Ayah membeli kambing hitam; b) Meja hijau itu milik ayah.
- Frasa idiomatik yaitu frasa yang hasil pembentukannya menimbulkan/memiliki makna baru atau makna yang bukan sebenarnya (konotasi). contoh kalimat : Orang tua Lintang baru kembali dari Jakarta.
2.4 Perluasan Frase
Frase dapat pula
diklasifikasikan berdasarkan jenis kata yang menjadi pembagian inti
pembentuknya, yaitu frase verbal, frase ajektival, frase nominal, frase
pronominal, frase adverbial, frase numeralia, dan frase introgativa.
Frase verbal adalah
frase yang intinya berupa kata kerja.
Contoh :
berjalan cepat, berkata benar, sedang membaca
a.
Frase ajektival adalah frase yang intinya berupa kata sifat.
Contoh
: merdu sekali, sangat indah, aman sejahtera
b. Frase nominal adalah frase yang intinya
berupa kata benda.
Contoh :
banyak kemudahan, siang dan malam, alam anakku
c. Frase pronominal adalah frase yang
intinya berupa kata ganti.
Contoh :
kamu sekalian, kau dan aku
d. Frase adverbial adalah frase yang intinya
berupa kata keterangan.
Contoh :
lebih kurang
e. Frase numeralia adalah frase yang
intinya berupa kata bilangan.
Contoh :
tiga belas, lima atau enam
f. Frase introgativa adalah frase yang
intinya berupa kata tanya.
Contoh
: apa dan siapa
g. Frase preposisional adalah frase yang
intinya berupa kata depan.
Contoh :
bagi dia, dengan ayah, Ketika berlibur
1) Perluasan Frase
Unsur-unsur pembentuk frase bersifat longgar. Dengan mudah, unsur-unsur itu
dapat diperluas atau dipersempit. Perluasan atau penyempitan unsur-unsur frase
berbanding terbalik dengan makna yang dibentuknya. Semakin diperluas
unsur-unsur suatu frase, semakin sempit makna frase tersebut. Sebaliknya,
semakin dipersempit unsur-unsur suatu frase, semakin luas makna frase tersebut.
Contoh :
Makna semakin
terbatas
1.
Buku bahasa
2.
Buku bahasa Indonesia
3.
Buku bahasa Indonesia yang saya pinjamkan kepada Alam
4.
Buku bahasa Indonesia yang saya pinjamkan kepada Alam kemarin
5.
Buku bahasa Indonesia yang saya pinjamkan kepada Alam kemarin di perpustakaan
|
Makna semakin meluas
1.
Baju kebaya merah yang dibelikan ayah kemarin di pasar baru
2.
Baju kebaya merah yang dibelikan ayah kemarin
3.
Baju kebaya merah yang dibelikan ayah
4.
Baju kebaya merah yang dibelikan ayah
5.
Baju kebaya
|
2) Bentuk-bentuk Frase
Dilihat dari hubungan antar kata yang menjadi anggotanya, frase dapat
digolongkan menjadi dua :
a. Frase setara (koordinatif) adalah
frase yang unsur-unsurnya pembentuknya mempunyai kedudukan setara.
Ciri-ciri frase setara adalah berikut ini:
·
Dapat dihubungkan dengan kata penghubung dan, atau
Contoh : kakek dan nenek, sekarang atau lusa
·
Semua unsurnya berupa pokok kata
Contoh : ayah ibu, sawah ladang, warta berita
b. Frase bertingkat (subordinatif) adalah
frase yang unsur-unsur pembentuknya mempunyai kedudukan tidak setara.
Ciri-ciri frase bertingkat adalah berikut ini:
·
Tidak dapat dihubungkan dengan kata penghubung dan, atau.
·
Salah satu unsurnya merupakan komponen pokok.
Contoh : sedang membaca, buku baru, sangat bagus
Kedua frase tersebut
dinamakan frase endosentris, yaitu frase yang mempunyai distribusi yang
sama dengan salah satu atau semua unsurnya.
Ada juga frase yang
tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya maupun salah satu
unsurnya. Frase semacam ini disebut frase eksosentris. Contoh : di
perpustakaan, dari pagi, kepada dia
Berdasarkan artinya
frase dibedakan menjadi frase biasa dan frase idiomatikal. Frase idiomatikal
adalah frase yang mempunyai arti sebagai ungkapan yang maknanya tidak dapat
ditafsirkan berdasarkan unsur-unsur pembentuknya. Contoh: orang tua, tangan
kanan.
Frase Ambigu
Dalam penyusunan frase dikenal pula istilah frase ambigu. Frase
ambigu adalah frase yang memiliki makna tidak jelas atau bermakna ganda.
Contohnya, frase prancing busana wanita. Keambiguan tersebut ditimbulkan
oleh kegandaan hubungan pada unsure-unsur pembentuknya.
Perhatikan struktur kalimat yang bermakna ambigu berikut ini.
- Istri pegawai yang gemuk itu berasal dari Surabaya.
- Saya telah memiliki buku sejarah demokrasi yang baru.
- ASumbangan kedua sekolah itu telah kami terima.
Kalimat-kalimat di atas memiliki makna ambigu (ganda) sehingga dapat
membingungkan orang yang membacanya.
Pada kalimat 1, siapakah yang gemuk, pegawai atau isteri pegawai? Kalimat
itu memang mengandung dua makna:
- pertama, yang gemuk adalah pegawai; atau
- kedua. yang gemuk adalah isteri pegawai.
Pada kalimat 2, apanya yang baru, bukunya, sejarahnya, atau demokrasinya?
Kalimat itu bisa bermakna ambigu:
- pertama, bukunya yang baru;
- kedua, sejarahnya yang baru; dan
- ketiga, demokrasinya yang baru.
Pada kalimat 3, juga terdapat makna ambigu:
- pertama. ada dua kali sumbangan yang diberikan oleh sekolah itu; atau
- kedua. ada dua sekolah yang menyumbang.
Untuk menghindari ambiguitas makna, kalimat 1 dapat dirumuskan sbb.:
- Jika yang gemuk adalah isteri pegawai, maka dapat ditulis sbb.: Istri-pegawai yang gemuk itu berasal dari Surabaya. Penggunaan tanda hubung (-) dapat memperjelas bahwa kedua kata itu (isteri dan pegawai) merupakan satu kesatuan, sehingga kalimat itu bermakna yang gemuk adalah istri pegawai. Atau dapat pula dirumuskan sbb.: Pegawai yang isterinya gemuk itu berasal dari Surabaya.
- Jika yang gemuk adalah pegawainya, maka dapat dirumuskan sebagai berikut: Pegawai yang gemuk itu istrinya dari Surabaya.
Untuk kalimat 2:
- Jika yang baru adalah bukunya, ditulis sbb.: Saya telah memiliki buku-sejarah-demokrasi yang baru, atau Saya telah memiliki buku baru tentang sejarah demokrasi.
- Jika yang baru adalah sejarahnya, ditulis sbb.: Saya telah memiliki buku tentang sejarah-demokrasi yang baru.
- Jika yang baru adalah demokrasinya, ditulis sbb.: Saya telah memiliki buku sejarah tentang demokrasi yang baru.
Untuk kalimat 3:
- Jika yang dimaksud ada dua kali sumbangan, ditulis sbb.: Sumbangan yang kedua sekolah itu telah kami terima.
- Jika yang maksud ada dua sekolah yang menyumbang, ditulis sbb.: Sumbangan kedua-sekolah itu telah kami terima
BAB III
SIMPULAN
Dari hasil pembahasan yang sudah dituliskan di dalam makalah ini,
dapat diambil beberapa kesimpulan, diantaranya :
1.
Frasa adalah satuan konstruksi
yang terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan (Keraf,
1984:138). Frasa juga didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa
gabungan kata yang bersifat nonprediktif, atau lazim juga disebut gabungan kata
yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 1991:222).
2.
Kata majemuk adalah gabungan dua kata atau
lebih yang membentuk makna baru. Sedangkan
Frasa adalah gabungan kata atau lebih yang menduduki satu fungsi saja. Misalnya
subyek saja, atau predikat saja, atau obyek saja, atau keterangan saja.
3.
Jenis-jenis
Frase berdasarkan fungsi gramatikal yaitu frase nomina, frase verbal, frase
adjektifa, frase adverbal, frase pronomina, dan frase numeralia. Jenis frase
berdasarkan unsur pembentuknya yaitu frase endosentris, frase apositif, frase
koordinatif, dan frase eksosentris. Frase berdasarkan
satuan makna yang dikandung unsur-unsur pembentuknya, yaitu frase
biasa dan frase idiomatik.
4.
Perluasan frase di
dalam penggunaan bahasa Indonesia sangatlah luas, karena di dalam kita
berkomunikasi sehari-haripun, tanpa kita sadari berapa banyak frase yang kita
gunakan ?.
Daftar Pustaka
Chaer, Abdul.2012.Linguistik Umum.Jakarta:Rineka Cipta
No comments:
Post a Comment