contoh makalah
Mata Kuliah "Linguistik Umum"
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum
warahmatullahiwabarakatuh,
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berkah dan karunia-Nya, hingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Tataran Linguistik Morfologi”.
Makalah
ini disusun dengan tujuan untuk membantu mahasiswa dalam mempelajari mata
kuliah linguistik umum.
Kami
menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum sempurna, baik dari segi isi,
metode, serta kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan
untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum
warahmatullahiwabarakatuh
Indramayu,28 September 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Bahasa hadir
dimana-mana, tembus sampai ke pikiran, mengantarai hubungan kita dengan orang
lain dan bahkan meresap ke dalam impian. Jelaslah bahwa masyarakat tidaklah
mungkin ada tanpa bahasa. Demikian terbiasanya dengan bahasa hingga manusia
cenderung menganggapnya biasa-biasa saja. Banyak orang, bahkan yang
berpendidikan sekalipun, kurang memahami hakikat yang sebenarnya. Secara
berangsur-angsur, para ilmuwan bahasa semakin menghayati alat komunikasi yang
ampuh ini. Penting penghayatan akan bahasa ini banyak alasannya, diantaranya
banyak persoalan tentang bahasa, ada masalah yang berkaitan dengan disiplin
ilmu, dan pengertian akan hakikat kodrat bahasa penting bagi siapa saja.
Keanekaragaman struktur bahasa dan
unsur-unsur kebahasaan merupakan sesuatu yang sangat komplek dan sulit
dipahami. Namun, hal itu merupakan kebutuhan ilmiah dibidang lunguistik. Hasil
yang dicapai sangat bermanfaat terutama dalam menyusun kamus bahasa. Secara
umum, ruang lingkup sistem kebahasaan yang mengikat setiap bahasa relatif sama
yaitu meliputi sistem fonologi (tata bunyi), sistem morfologi (pembentukan
kata), sintaksis (pembentukan kalmat), dan semantik (masalah makna).
1.2 Rumusan
Masalah
a. Apa
itu morfologi?
b. Apa
saja pendapat para ahli tentang morfem?
c. Apa
itu morfem dan alomorf?
d. Apa
itu macam-macam morfem?
1.3 Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini yaitu:
1. Dapat
mengetahui pengertian morfologi
2. Dapat
mengetahui morfem dari beberapa ahli
3. Dapat
mengetahui pengertian morfem dan alomorf
4.
Dapat mengetaui
macam-macam morfem
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN
MORFOLOGI
Morfologi adalah cabang linguistik yang
mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal.
Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh
perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan
kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata
serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun
fungsi semantik. ( Ramlan, 2001: 21)
Kata Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata
morphologie berasal dari bahasa Yunani morphe yang digabungkan dengan logos.
Morphe berarti bentuk dan dan logos berarti ilmu. Bunyi [o] yang terdapat
diantara morphed an logos ialah bunyi yang biasa muncul diantara dua kata yang
digabungkan. Jadi, berdasarkan makna unsur-unsur pembentukannya itu, kata
morfologi berarti ilmu tentang bentuk.
2.2. MORFEM
MENURUT PARA AHLI
a. Menurut Nida (1949 : 1)
morfem adalah satuan terkecil bermakna yang akurat yang merupakan kata atau
bagian kata.
b.Menurut Katamba (1993 : 24
) morfem adalah perbedaan terkecil mengenai makna kata atau makna kalimat dalam
struktur gramatikal.
d.Menurut Ramlan (1983 : 26)
morfem adalah satuan gramatik yang paling kecil yang tidak mempunyai satuan
lain selain unsurnya.
e.Menurut Alwasilah (1983 : 10)
morfem ialah satuan bentuk terkecil yang mempunyai arti.
Kesimpulan morfem
Morfem adalah satuan bentuk terkecil yang mempunyai
arti yang bermakna akurat
Dalam struktur
gramatikal.
Contoh morfem :
- morfem tulis, bahwa menulis terdiri
atas morfem men- dan tulis;
- morfem meng- misalnya pada kata menghapus,
meny- misalnya pada kata menyuruh dan lain.
2.3. PENGERTIAN
MORF DAN ALOMORF
Morf adalah bentuk terkecil dari morfem
yang belum diketahui statusnya dalam hubungan keanggotaan terhadap suatu
morfem. [6]
[2].
Sedangkan alomorf adalah
bentuk dari morfem yang sudah diketahui statusnya.
Morf adalah wujud konkret suatu
Morfem. Pengertian Morf tersebut lebih menunjuk pada ciri bentuk atau struktur
fonemis suatu Morfem, tanpa memandang apakah Morf itu memiliki arti yang sama
atau berbeda dengan Morf.
Contoh:
Mengebom = /menge-/ dan /bom/
Mendongkrak = /men-/ dan /dongkrak/
Membubut = /mem-/ dan /bubut/
Menjala = /men-/ dan /jala/
Menggantung = /meng-/ dan /gantung/
Alomorf
adalah istilah linguistik
untuk variasi bentuk suatu morfem
karena pengaruh lingkungan yang dimasukinya. Variasi ini terjadi pada perubahan
bunyi
(fonologis)
tanpa perubahan makna.
Dalam bahasa Indonesia,
contoh alomorf adalah pada morfem ber- (ber-, be-, dan bel-) serta me- (me-,
mem-, men-, meng-, dan meny-). Alomorf merupakan bentuk dari morfem
yang sudah diketahui statusnya.
2.4. KLASIFIKASI
MORFEM
a. Morfem Bebas dan Morfem Terikat
Yang dimaksud dengan morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem
lain dapat muncul dalam pertuturan. Dalam bahasa Indonesia, misalnya, bentuk
pulang, makan, rumah, dan bagus adalah termasuk morfem bebas. Maka morfem-morfem
itu dapat digunakan tanpa harus terlebih dahulu menggabungkannya dengan morfem
lain. Sebaliknya, yang dimaksud dengan morfem terikat adalah morfem yang tanpa
digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan. Semua
afiks dalam bahasa Indonesia adalah morfem terikat. Begitu juga dengan morfem
penanda jamak dalam bahasa Inggris juga termasuk morfem terikat. Berkenaan
dengan morfem terikat ini dalam bahasa Indonesia ada beberapa hal yang perlu
dikemukakan, yaitu:
1. Bentuk-bentuk seperti juang,
henti, gaul, dan baur juga termasuk morfem terikat, karena bentuk-bentuk
tersebut, meskipun bukan afiks, tidak dapat muncul dalam pertuturan tanpa
terlebih dahulu mengalami proses morfologi, seperti afiksasi, reduplikasi, dan
komposisi. Bentuk-bentuk seperti ini lazim disebut bentuk prakategorial (lihat
Verhaar 1978).
2. Sehubungan istilah prakategorial
di atas, menurut konsep Verhaar (1978) bentuk-bentuk seperti baca, tulis, dan
tendang juga termasuk bentuk prakategorial, karena bentuk-bentuk tersebut baru
merupakan “pangkal” kata, sehingga baru bisa muncul dalam pertuturan sesudah
mengalami proses morfologi.
3. Bentuk-bentuk seperti renta
(yang hanya muncul dalam tua renta), kerontang (yang hanya muncul dalam kering
kerontang), dan bugar (yang hanya muncul dalam segar bugar) juga termasuk
morfem terikat. Lalu, karena hanya bisa muncul dalam pasangan tertentu, maka
bentuk-bentuk tersebut disebut juga morfem unik.
4. Bentuk-bentuk yang termasuk
preposisi dan konjungsi, seperti ke, dari, pada, dan, kalau, dan atau secara
morfologis termasuk morfem bebas, tetapi secara sintaksis merupakan bentuk
terikat.
5. Klitika merupakan morfem yang
agak sukar ditentukan statusnya, apakah terikat atau bebas. Klitika adalah
bentuk-bentuk singkat, biasanya hanya satu silabel, secara fonologis tidak
mendapat tekanan, kemunculannya dalam pertuturan selalu melekat pada bentuk
lain, tetapi dapat dipisahkan. Menurut posisinya, klitika biasanya dibedakan
atas proklitika dan enklitika. Yang dimaksud dengan proklitika adalah klitika
yang berposisi di muka kata yang diikuti, seperti ku dan kau pada konstruksi
kubawa dan kuambil. Sedangkan enklitika adalah klitika yang berposisi di
belakang kata yang dilekati, seperti lah, -nya, dan -ku pada konstruksi dialah,
duduknya, dan nasibku.
b. Morfem Utuh dan Morfem Terbagi
Perbedaan morfem utuh dan morfem terbagi berdasarkan bentuk formal yang
dimiliki morfem tersebut, apakah merupakan satu kesatuan yang utuh atau
merupakan dua bagian yang terpisah atau terbagi, karena disisipi morfem lain.
Sedangkan morfem terbagi adalah sebuah morfem yang terdiri dari dua buah bagian
yang terpisah. Umpamanya pada kata Indonesia kesatuan terdapat satu morfem
utuh, yaitu {satu} dan satu morfem terbagi, yakni {ke-/-an}. Sehubungan dengan
morfem terbagi ini, untuk bahasa Indonesia.
c. Morfem Segmental dan
Suprasegmental Perbedaan morfem segmental dan morfem suprasegmental berdasarkan
jenis fonem yang membentuknya. Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk
oleh fonem-fonem segmental, seperti morfem {lihat}, {lah}, {sikat}, dan {ber}.
Jadi, semua morfem yang berwujud bunyi adalah morfem segmental. Sedangkan
morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur
suprasegmental, seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya. Misalnya, dalam
bahasa Ngbaka di Kongo Utara di Benua Afrika, setiap verba selalu disertai
dengan penunjuk kala (tense) yang berupa nada.
d. Morfem Beralomorf Zero Dalam
linguistik deskriptif ada konsep mengenai morfem beralomorf zero atau nol
(lambangnya berupa Ø), yaitu morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud
bunyi segmental maupun berupa prosodi (unsur suprasegmental), melainkan berupa
“kekosongan”.
e. Morfem Bemakna Leksikal dan
Morfem Tidak Bermakna Leksikal Yang dimaksud dengan morfem bermakna leksikal
adalah morfem-morfem yang secara inheren telah memiliki makna pada dirinya
sendiri, tanpa perlu berproses terlebih dulu dengan morfem lain. Misalnya,
dalam bahasa Indonesia, morfem-morfem seperti {kuda} adalah morfem bermakna
leksikal. Oleh karena itu, morfem seperti ini, dengan sendirinya sudah dapat
digunakan secara bebas, dan mempunyai kedudukan yang otonom di dalam pertuturan.
Sebaliknya, morfem tak bermakna leksikal tidak mempunyai makna apa-apa pada
dirinya sendiri. Morfem ini baru mempunyai makna dalam gabungannya dengan
morfem lain dalam suatu proses morfologi. Yang biasa dimaksud dengan morfem tak
bermakna leksikal ini adalah morfem-morfem afiks, seperti {ber-}, {me-}, dan
{ter-}. Ada satu bentuk morfem lagi yang perlu dibicarakan atau dipersoalkan
mempunyai makna leksikal atau tidak, yaitu morfem-morfem yang di dalam
gramatika berkategori sebagai preposisi dan konjungsi. Morfem-morfem yang
termasuk preposisi dan konjungsi jelas bukan afiks dan jelas memiliki makna.
Namun, kebebasanya dalam pertuturan juga terbatas, meskipun tidak seketat
kebebsan morfem afiks. Kedua jenis morfem inipun tidak pernah terlibat dalam
proses morfologi, padahal afiks jelas terlibat dalam proses morfologi, meskipun
hanya sebagai pembentuk kata.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
1.
Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar
bahasa sebagai satuan gramatikal.
2.
Morfem
adalah satuan bentuk terkecil yang mempunyai arti yang bermakna akurat dalam
struktur gramatikal.
3. Morf
adalah bentuk terkecil dari morfem yang belum diketahui statusnya dalam
hubungan keanggotaan terhadap suatu morfem. Sedangkan alomorf adalah
bentuk dari morfem yang sudah diketahui statusnya.
4. morfem dibagi 5, yaitu:
a. morfem bebas dan terikat
b. morfem utuh dan terbagi
c. morfem segmental dan suprasegmental
d. morfem beralomorf zero
e. morfem bermakna leksikal dan
tidak bermakna leksikal.
DAFTAR PUSTAKA
http://blogkodok-myblog.blogspot.co.id/2010/06/klasifikasi-morfem_11.html
No comments:
Post a Comment