Wednesday, March 1, 2017

Makalah Metode dan Penilaian Berbicara

Metode dan Penilaian Berbicara
Mata Kuliah: Berbicara
Dosen Pembimbing : M. Sholeh, M.Pd
Program Bidang Study / Semester : PBSI / 2

Disusun oleh:
Ibnu Mubarok
Rudiyanto
Wasiri

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
                           NAHDLATUL ULAMA INDRAMAYU   
                                     (STKIP NU INDRAMAYU)     
SK DIRJEND DIKTI NO. 439/E/O/2012
Tahun 2017


Jalan Raya Kaplongan No. 28 Karangampel Indramayu




KATA PENGANTAR
AssalamualaikumWr. Wb.
Puji syukur  kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT  yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehinga kami mendapatkan petunjuk, kekuatan, dan kesabaran agar kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “Metode dan Penilaian Berbicara”.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari  kesempurnaan. Oleh karna itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan mendidik untuk perbaikan selanjutnya.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembacanya. Terima kasih.
WassalamualaikumWr. Wb.
Indramayu,    Pebruari 2017

          Penulis







DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
          1.1 Latar Belakang Penulisan .............................................................. 1
          1.2 Rumusan Masalah Penulisan ......................................................... 2
          1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 3
          2.1 Pengertian Berbicara ...................................................................... 3
          2.2 Jenis-jenis Berbicara ...................................................................... 4
          2.3 Metode Berbicara .......................................................................... 7
          2.4 Penilaian Berbicara ........................................................................ 8
BAB III PENUTUP .................................................................................. 11
          3.1 Simpulan ...................................................................................... 11
          3.2 Saran ............................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang Masalah
Kegiatan berbicara adalah kegiatan yang tidak dapat dilepaskan dalam keseharian kehidupan kita sebagai manusia. Berbicara merupakan salah satu dari empat aspek berbahasa. Berbicara adalah keterampilan berbahasa yang berkembang pada diri manusia semenjak ia masih anak-anak. Keterampilan berbahasa ini didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada saat ini pulalah keterampilan berbicara atau keterampilan berujar dipelajari atau dimulai.
Dalam pembelajaran bahasa salah satu keterampilan yang harus dikuasai siswa adalah keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara ini menempati kedudukan yang penting  karena merupakan ciri kemampuan komonikatif siswa. Dengan kata lain, kemampuan berbicara tidak hanya berperan dalam pembelajaran bahasa tetapi berperan penting pula dalam pembelajaran yang lain. Hal ini berarti salah satu indikator keberhasilan siswa belajar adalah kemampuannya mengungkapkan gagasannya secara lisan di dalam kelas dalam satu lingkup mata pelajaran tertentu.
Berbicara bukanlah sekadar pengucapan bunyi atau kata-kata saja, tetapi berbicara merupakan suatu alat untuk menyampaikan gagasan yang disusun dengan metode-metode dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pendengar/ penyimak. berbicara sangat erat kaitannya dengan kegiatan memproduksi ide. Ide yang dimaksud adalah buah pikiran yang dihasilkan pembicara berdasarkan berbagai sumber yang  telah ia ketahui. Ide bisa berasal dari pengamatan, pengalaman dan imajinasi.






1.2              Rumusan Masalah Penulisan
Dari beberapa masalah yang ada di atas, maka kami dari tim penyusun makalah ingin membahas beberapa hal untuk menjelaskan masalah-masalah tersebut, yaitu sebagai berikut :
1.      Apa pengertian berbicara ?
2.      Apa saja jenis-jenis berbicara ?
3.      Apa saja metode dalam berbicara ?
4.      Bagaimana penilaian berbicara ?

1.3              Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah penulisan yang sudah disebutkan, maka kami sebagai tim penyusun makalah mempunyai tujuan penulisan, yaitu sebagai berikut :
1.      Mengetahui apa pengertian berbicara.
2.      Mengetahui apa saja jenis-jenis berbicara.
3.      Mengetahui apa saja metode dalam berbicara.
4.      Mengetahui bagaimana penilaian berbicara.














BAB II
PEMBAHASAN
2.1       Pengertian Berbicara
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 196) tertulis bahwa berbicara adalah “berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat (dengan perkataan, tulisan, dan sebagainya) atau berunding”.
Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Depdikbud, 1984:3/1985:7).
Pengertiannya secara khusus banyak dikemukakan oleh para pakar. Henry Guntur Tarigan (2008:16),  mengemukakan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sedangkan sebagai bentuk atau wujudnya berbicara disebut sebagai suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.
Sty Slamet (2007:12) menjelaskan bahwa berbicara adalah kegiatan mengekspresikan gagasan, perasaan, dan kehendak pembicara yang perlu diungkapkan kepada orang lain dalam bentuk ujaran. Sedangkan menurut Sabarti Ahdiah (1992:3) berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Selanjutnya Nurhatim (2009:1) berbicara adalah bentuk komunikasi verbal yang dilakukan manusia dalam rangka pengungkapan gagasan dan ide yang telah disusun dalam pikiran.
Menurut Tarigan (1983:15) memberikan batasan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atas kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sedangkan sebagai bentuk atau wujudnya berbicara tersebut sebagai suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.
Menurut Mulgrave (1954:3-4) mengemukakan pendapat bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran. Jadi pada hakikatnya berbicara merupakan ungkapan pikiran dan perasaan seseorang dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa.


2.2       Jenis-jenis Berbicara
Berikut ini adalah penjelasan mengenai jenis-jenis berbicara:
a.    Jenis Berbicara Berdasarkan Situasi Pembicaraan
Berdasarkan situasi pembicaraan, berbicara dibedakan atas berbicara formal dan berbicara infomal. Berbicara informal meliputi bertukar pengalama, percakapan, penyampaian berita, dan memberi petunjuk. Adapu berbicara formal meliputi ceramah, perencanaan dan penilaian, wawancara, debat, diskusi, dan bercerita dalam situasi formal.

b.    Jenis Berbicara Berdasarkan Tujuan Pembicara
Tujuan pembicara pada umumnya dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis, yaitu:
(1) berbicara untuk menghibur
(2) berbicara untuk menginformasikan
(3) berbicara untuk menstimuli
(4) berbicara untuk meyakinkan
(5) berbicara untuk menggerakkan                           

c.    Jenis Berbicara Berdasarkan Jumlah Pendengar
Berdasarkan jumlah pendengar, jenis berbicara ini dibedakan atas berbicara antarpribadi, berbicara dalam kelompok kecil,dan berbicara dalam kelompok besar.
1.     Berbicara antarpribadi terjadi bila seseorang berbicara dengan satu pendengar (empat mata). Suasana pembicaraan yang melatari sangat bergantung dua pribadi yang terlibat serta isi pembicaraan.
2.    Berbicara dalam kelompok kecil terjadi apabila ada sekelompok kecil (3-5 orang) dalm pembicaraan itu. Berbicara dalam kelompok kecil ini sangat bagus untuk pembelajaran bahasa atau untuk siswa yang malu berbicara. Kelompok kecil akan memungkinkan siswa yang pemalu menjadi mau berbicara.
3.    Adapun berbicara dalam kelompok besar terjadi apabila pembicara berhadapan dengan pendengar dalam jumlah yang besar. Misalnya, mengajar dengan jumlah siswa yang cenderung banyak. 

d.    Jenis Berbicara Berdasarkan Peristiwa Khusus yang Melatari Pembicaraan
Jenis berbicara ini dapat diklasifikasikan menjadi 6 (enam) macam, yaitu :
1.     pidato presentasi,
2.    penyambutan,
3.    perpisahan,
4.    jamuan,
5.    perkenalan, dan
6.    nominasi.
Contoh pidato presentasi adalah pidato yang dilakukan saat pembagian hadiah. Contoh pidato penyambutan adalah pidato yang berisi sambutan umum yang menjadi inti acara. Contoh pidato perpisahan adalah pidato yang berisi kata-kata perpisahan pada saat acara perpisahan atau pada saat penutupan suatu acara. Contoh pidato jamuan adalah pidato yang berisi ucapan selamat, doa kesehatan untuk tamu, dsb. Contoh pidato perkenalan adalah pidato yang berisi memperkenalkan diri kepada khalayak. Contoh pidato nominasi adalah pidato yang berisi pujian dan alasan mengapa sesuatu ini dinominasika (diunggulkan).




e. Jenis Berbicara Berdasarkan Metode Penyampaian Berbicara
Berdasarkan metode penyampaian, ada 4 (empat) jenis berbicara yaitu:
1.     metode mendadak (impromptu),
2.    metode tanpa persiapan (ekstemporan),
3.    metode membaca naskah, dan
4.    metode menghafal (Keraf, 1980:316, Dipodjono, 1982:38-39, Tarigan, 1983:24-25).

Penyajian dengan metode mendadak, terjadi bila ecara tiba-tiba seseorang diminta berbicara di depan khalayak (tidak ada persiapan sama sekali). Dalam hal ini sebaiknya pembicaraan dikaitkan dengan situasi dan kondisi yang melatari pertemuan pada saat itu.
Adapun yang dimaksud dengan metode tanpa persiapan adalah tanpa adanya persiapa naskah. Jadi, pembicara masih mempunyai waktu yang cukup untuk membuat persiapan-persiapan khusus yang berupa kerangka pembicaraan atau catatan-catatan penting tentang urutan uraian dan kata-kata khusus yang harus disampaikan. Apabila pembicara akan menyampaikan suatu pernyataan kebijakan atau keterangan secara tertib dalam pidato-pidato resmi, pidato kenegaraan, dsb. Metode membaca naskah yang paling banyak digunakan.
Adapun metode menghafal menunjukkan bahwa pembicara sudah mengadakan perencanaan, membuat naskah, dan menghafal naskah. Apabila pembicara hanya sekadar mengucapkan apa yang ia hafalkan tanpa menghayati dan menjiwai apa yang diucapkan serta tidak berusaha untuk menyesuaikan diri dengan istilah dan kondisi yang melatari pembicaraan itu, dapat dipastikan bahwa pembicaraan itu menjadi tidak menarik, membosankan, dan meletihkan pendengar. Sebaliknya, ada juga pembicara yang berhasil dengan metode ini. Hal ini terjadi karena pembicara tanggap terhadap situasi dan kondisi yang melatari pembicaraan.



2.3       Metode Berbicara
Berbicara tentang suatu cara yang digunakan dalam pelaksanaannya menggunakan metode, untuk memperlancar proses berbicara. Dalam kegiatan berbicara ini dikenalkan 4 metode berbica, keempat metode tersebut diantaranya :
1) Metode serta merta,
2) Metode menghafal,
3) Metode naskah, dan
 4) Metode Ekstemporan.

1) Metode serta merta
Metode ini biasanya digunakan oleh seseorang yang secara serta merta atau secara tiba-tiba dan mendadak diminta berbicara di depan orang banyak. Orang ini tampil sesuai dengan kebutuhan sesaat, tanpa persiapan yang cukup sebelumnya, karena kesempatan berbicara itu datang tanpa diduga. Kalaupun orang ini mempersiapkan sesuatu, hanya dalam waktu yang sangat singkat, sebab dia tahu akan tampil berbicara, harus sesaat sebelum berbicara. Hal ini menyebabkan seseorang tampil berbicara hanya berdasarkan pengetahuan, pengalaman, dan keberanian yang dimilikinya. Jika dia adalah orang yang sudah punya pengetahuan dan pengalaman tampil berbicara, maka dia tentu akan berhasil. Tatapi, jika dia orang yang baru sekali itu tampil berbicara di depan pendengar, tentulah dia akan menemukan banyak kesulitan.

2) Metode menghafal
Metode menghafal adalah satu cara yang digunakan pembicara untuk menyampaikan pikiran dan perasaannya di depan orang banyak dengan bantuan daya ingat yang kuat dan kekayaan materi yang dimiliki. Karena, sebelum pembicara tampil bicara biasanya ada hal-hal yang di persiapkan sebelumnya:
1)      Ada yang menulis naskah pidato kemudia dihafalkan.
2)      Ada yang mencari bahan-bahan yang ada kaitannya dengan topik yang akan dipidatokannya.

3)   Metode naskah
Metode ini jarang digunakan, kecuali pada saat-saat penting, misalnya di radio dan televisi. Biasanya sebelum tampil berbicara, pembicara memperhatikan naskah lengkap. Ketika tampil berbicara naskah itu dibacanya kata demi kata. Kalimat demi kalimat. Sehingga perhatian si pembicara tertuju pada naskah tersebut. Namun dia seyogyanya memandang pendengarnya sebanyak mungkin, dan kepada naskah sedikit mungkin. Permbicara harus mampu memahami dan menghayati makna yang dibacanya itu, dan memelihara hubungan yang erat dengan pendengar. Pembicara juga harus selalu ingat bahwa dia bukan sedang membaca, tetapi sedang berbicara, maka respons pendengar harus selalu diperhatikan.

4)   Metode ekstemporan
Metode ini jarang digunakan oleh pembicara yang ingin berbicara tanpa mempersiapkan naskah. Uraian yang akan disampaikan denga metode ini direncanakan dengan cermat. Setelah itu dibuat catatan penting yang sekaligus menjadi urutan sistematis dari uraian itu. Dalam metode ini, kadang-kadang disiapkan konsep naskah dengan bebas berbicara, serta bebas pada memilih kata-kata sendiri. Catatan tadi digunakan untuk mengingat urutan-urutan idenya. Metode ini lebih bersifat flesibel dan variatif dalam menggunakan kata-kata (diksi). Pembicara juga dapat merubah pembicaraannya sesuai dengan reaksi-reaksi yang timbulk pada pendengar.


2.4       Penilaian Berbicara
Kemampuan berbicara merupakan salah satu kegiatan di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang memerlukan penilaian tersendiri. Berikut ini terdapat beberapa hal mengenai kriteria penilaian dalam pengajaran kemampuan berbicara. Suhendar (dalam Isah Cahyani dan Hodijah, 2007: 64), mengemukakan bahwa dalam menilai kemampuan berbicara seseorang sekurang-kurangnya ada enam hal yang harus diperhatikan. Keenam hal tersebut adalah:
1.      Lafal
2.      Struktur bahasa
3.      Kosakata
4.      Kafasihan
5.      Isi pembicaraan
6.      Pemahaman
Sapani (dalam Isah Cahyani dan Hodijah, 2007: 64), menyatakan bahwa penilaian kemampuan berbicara mencakup tiga aspek. Aspek tersebut yakni:
1.      Bahasa lisan yang digunakan, meliputi: lafal, intonasi, stuktur bahasa, gaya bahasa.
2.      Isi pembicaraan, meliputi: hubungan isi topik, struktur isi, kuantitas isi, serta kualitas isi.
3.      Teknik dan penampilan, meliputi: gerak-gerik, mimik, hubungan dengan pendengar, volume suara, dan jalannya pembicaraan.
Dari kedua pendapat diatas, dapat dipahami bahwa pada prinsipnya penilaian kemampuan berbicara secara garis besar mencakup kedalam tiga aspek, yaitu: menyangkut bahasa yang dilisankan, isi pembicaraan, teknik dan penampilan.

Faktor-faktor yang dinilai dalam berbicara:
1.     Faktor kebahasaan  yang mencakup
a.     Pengucapan vokal
b.     Penempatan tekanan
c.     Pilihan kata / ungkapan atau diksi
d.    Variasi kata
e.     Sruktur kalimat dan
f.     Ragam kalimat                                                    



2.     Faktor  nom kebahasaan yang mencakup :
a.     Keberanian dan semangat
b.     Kelancaran
c.     Gerak-gerik dan mimik
d.     Penguasaan topik
e.      Penalaran atau pemahaman / pengungkapan materi wacana.

Menurut Mulgrave (Tarigan, 1986: 22) menyatakan bahwa analisis mengenai proses inteluktual yang diperlukan untuk mengembangkan untuk kemampuan berbicara menunjukan perlunya pengaturan bahan bagi penampilan lisan, perlunya penggunaan ekspresi yang jelas dan efektif bagi komunikasi yang khusus tersebut, dan perlunya berbicara suatu keterampilan yang penuh seksama dan perhatian.


















BAB III
PENUTUP
3.1              Simpulan
Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain.
Berbicara terbagi ke dalam berbagai jenis, yaitu jenis berbicara berdasarkan situasi pembicara, jenis berbicara berdasarkan tujuan pembicara, jenis berbicara berdasarkan jumlah pendengar, jenis berbicara berdasarkan peristiwa khusus, dan jenis berbicara berdasarkan metode penyampaian berbicara. 
Berbicara tentang suatu cara yang digunakan dalam pelaksanaannya menggunakan metode, untuk memperlancar proses berbicara. Dalam kegiatan berbicara dikenalkan 4 metode berbicara, keempat metode tersebut diantaranya :
1) Metode serta merta,
2) Metode menghafal,
3) Metode naskah, dan
 4) Metode Ekstemporan.

Penilaian kemampuan berbicara secara garis besar mencakup kedalam tiga aspek, yaitu: menyangkut bahasa yang dilisankan, isi pembicaraan, teknik dan penampilan.

3.2                       Saran
Semoga setelah mempelajari ini, kita bisa lebih aktif lagi untuk  berbicara di depan umum, bisa berbicara dengan baik dan benar, berbicara dengan seperlunya, dan tidak terlalu banyak berbicara yang tidak semestinya dibicarakan.



DAFTAR PUSTAKA

No comments:

Post a Comment

Naskah Drama "Balada Saridin"

Pemain : 1.       Saridin 2.       Aisyah 3.       Sari (teman Aisyah) 4.       Siti (teman Aisyah) 5.       Ayah Aisyah 6.  ...