Disusun oleh:
Kelompok 4
1.
Depi Widayanti
2.
Rani Ruswiyani
3.
Rudiyanto
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
atas kehadirat Allah Swt. yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehinga kami mendapatkan
petunjuk, kekuatan, dan kesabaran agar kami dapat menyelesaikan tugas makalah
ini dengan judul “Kerukunan
Antar Umat Beragama”
Adapun makalah ini merupakan syarat untuk menambah pengetahuan
tentang mata kuliah “Pendidikan Agama Islam” dan melengkapi tugas dalam
proses pembelajaran mata kuliah “Pendidikan Agama Islam”. Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
Oleh karna itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan
mendidik untuk perbaikan selanjutnya.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembacanya.
Terima kasih.
Indramayu,
Nopember 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kerukunan beragama di tengah keanekaragaman budaya merupakan
aset dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dalam perjalanan
sejarah bangsa, Pancasila telah teruji sebagai alternatif yang paling tepat
untuk mempersatukan masyarakat Indonesia yang sangat majemuk di bawah suatu
tatanan yang demokratis. Sayangnya wacana mengenai Pancasila seolah lenyap
seiring dengan berlangsungnya reformasi.
Berbagai macam kendala yang sering kita hadapi dalam
mensukseskan kerukunan antar umat beragama di Indonesia, dari luar maupun dalam
negeri kita sendiri. Namun dengan kendala tersebut warga Indonesia selalu
optimis, bahwa dengan banyaknya agama yang ada di Indonesia, maka banyak pula
solusi untuk menghadapi kendala-kendala tersebut. Dari berbagai pihak telah
sepakat untuk mencapai tujuan kerukunan antar umat beragama di Indonesia
seperti masyarakat dari berbagai golongan, pemerintah, dan
organisasi-organisasi agama yang banyak berperan aktif dalam masyarakat.
Keharmonisan dalam komunikasi antar sesama penganut agama
adalah tujuan dari kerukunan beragama, agar terciptakan masyarakat yang bebas
dari ancaman, kekerasan hingga konflik agama.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun
rumusan yang kita bahas dari masalah atau materi di atas yaitu sebagai berikut
:
1) Apa pengertian kerukunan umat beragama?
2)Apa pentingnya kerukunan umat beragama?
3) Apa saja konflik di dalam kerukunan umat beragama?
4) Apa saja contoh-contoh kerukunan
umat beragama ?
5) Bagaimana cara menjaga kerukunan umat beragama?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan daripada
penulisan makalah ini yaitu :
1) Dapat mengetahui pengertian kerukunan
umat beragama
2) Dapat mengetahui pentingnya kerukunan
umat beragama
3) Dapat mengetahui konflik di dalam
kerukunan umat beragama
4) Dapat mengetahui contoh-contoh kerukunan umat beragama
5) Dapat mengatahui cara menjaga kerukunan antar umat
beragama
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kerukunan Antar Umat Beragama
Kerukunan [dari kata ruku, bahasa Arab, artinya tiang atau tiang-tiang yang menopang
rumah, penopang yang memberi kedamaian dan kesejahteraan kepada
penghuninya], secara luas bermakna adanya suasana persaudaraan dan kebersamaan
antar semua orang walaupun mereka berbeda secara suku, agama, ras, dan
golongan. Kerukunan juga bisa bermakna suatu proses untuk menjadi rukun karena
sebelumnya ada ketidakrukunan, serta kemampuan dan kemauan untuk hidup berdampingan dan bersama
dengan damai serta tentram. Langkah-langkah untuk mencapai kerukunan seperti
itu memerlukan proses, waktu, serta dialog, saling terbuka, menerima dan
menghargai sesama, serta cinta-kasih.
Sedangkan kerukunan umat beragama yaitu hubungan
sesama umat beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling
menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan pengamalan ajaran agamanya dan
kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan bernegara. Umat beragama dan
pemerintah harus melakukan upaya bersama dalam memelihara kerukunan umat
beragama, di bidang pelayanan, pengaturan dan pemberdayaan. Sebagai contoh
yaitu dalam mendirikan rumah ibadah harus memperhatikan pertimbangan Ormas
keagamaan yang berbadan hukum dan telah terdaftar di pemerintah daerah.
Pemeliharaan kerukunan umat beragama baik di tingkat Daerah,
Provinsi, maupun Negara pusat merupakan kewajiban seluruh warga Negara beserta
instansi pemerintah lainnya. Lingkup ketentraman dan ketertiban termasuk
memfalisitasi terwujudnya kerukunan umat beragama, mengkoordinasi kegiatan instansi
vertikal, menumbuh kembangkan keharmonisan saling pengertian,
saling menghormati, saling percaya di antara umat beragama, bahkan menerbitkan rumah ibadah.
Kerukunan antar umat beragama dapat diwujudkan dengan:
1)
Sikap tenggang rasa, saling menghargai, toleransi antar umat
beragama
2)
Tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu
3)
Melaksanakan ibadah sesuai agamanya, dan
4)
Mematuhi peraturan keagamaan baik dalam Agamanya maupun
peraturan Negara
2.2 Kerukunan Antar Umat Beragama di Indonesia
Kerukunan merupakan kebutuhan bersama yang tidak dapat
dihindarkan di tengah perbedaan. Perbedaan yang ada bukan merupakan penghalang
untuk hidup rukun dan berdampingan dalam bingkai persaudaraan dan persatuan.
Kesadaran akan kerukunan hidup umat beragama yang harus bersifat Dinamis,
Humanis dan Demokratis, agar dapat ditransformasikan kepada masyarakat
dikalangan bawah sehingga, kerukunan tersebut tidak hanya dapat
dirasakan/dinikmati oleh kalangan-kalangan atas/orang kaya saja. Karena, Agama tidak bisa dengan dirinya
sendiri dan dianggap dapat memecahkan semua masalah. Agama hanya salah satu
faktor dari kehidupan manusia. Mungkin faktor yang paling penting dan mendasar
karena memberikan sebuah arti dan tujuan hidup. Tetapi sekarang kita mengetahui
bahwa untuk mengerti lebih dalam tentang agama perlu segi-segi lainnya, termasuk
ilmu pengetahuan dan juga filsafat. Yang paling mungkin adalah mendapatkan
pengertian yang mendasar dari agama-agama. Jadi, keterbukaan satu agama
terhadap agama lain sangat penting. Kalau kita masih mempunyai pandangan yang
fanatik, bahwa hanya agama kita sendiri saja yang paling benar, maka itu
menjadi penghalang yang paling berat dalam usaha memberikan sesuatu pandangan
yang optimis. Namun ketika kontak-kontak antar agama sering kali terjadi sejak tahun 1950-an, maka muncul
paradigma dan arah baru dalam pemikiran keagamaan. Orang tidak lagi bersikap
negatif terhadap agama lain. Bahkan mulai muncul pengakuan positif atas
kebenaran agama lain yang pada gilirannya mendorong terjadinya saling
pengertian. Di masa lampau, kita berusaha menutup diri dari tradisi agama lain
dan menganggap agama selain agama kita sebagai lawan yang sesat serta penuh
kecurigaan terhadap berbagai aktivitas agama lain, maka sekarang kita lebih
mengedepankan sikap keterbukaan dan saling menghargai satu sama lain.
2.3 Jenis – Jenis Kerukunan Antar Umat Beragama
- Kerukunan antar pemeluk agama yang sama, yaitu suatu bentuk kerukunan yang terjalin antar masyarakat penganut satu agama. Misalnya, kerukunan sesama orang Islam atau kerukunan sesama penganut Kristen. Kerukunan antar pemeluk agama yang sama juga harus dijaga agar tidak terjadi perpecahan, walaupun sebenarnya dalam hal ini sangat minim sekali terjadi konflik.
- Kerukunan antar umat beragama lain, yaitu suatu bentuk kerukunan yang terjalin antar masyarakat yang memeluk agama berbeda-beda. Misalnya, kerukunan antar umat Islam dan Kristen, antara pemeluk agama Kristen dan Budha, atau kerukunan yang dilakukan oleh semua agama. Kerukunan antar umat beragama lain ini cukup sulit untuk dijaga. Seringkali terjadi konflik antar pemeluk agama yang berbeda.
2.4 Manfaat dan Kendala Kerukunan Antar Umat Beragama
2.4.1
Manfaat
- Terciptanya suasana yang damai dalam bermasyarakat
- Toleransi antar umat Beragama meningkat
- Menciptakan rasa aman bagi agama–agama minoritas dalam melaksanakan ibadahnya masing-masing
- Meminimalisir konflik yang terjadi yang mengatasnamakan Agama
2.4.2 Kendala-Kendala Kerukunan Antar Umat
Beragama
1) Rendahnya Sikap Toleransi
Menurut Dr. Ali Masrur, M.Ag, salah
satu masalah dalam komunikasi antar agama sekarang ini, khususnya di Indonesia,
adalah munculnya sikap toleransi malas-malasan (lazy tolerance) sebagaimana diungkapkan P. Knitter. Sikap ini
muncul sebagai akibat dari pola perjumpaan tak langsung (indirect encounter)
antar agama, khususnya menyangkut persoalan teologi yang sensitif. Sehingga
kalangan umat beragama merasa enggan mendiskusikan masalah-masalah keimanan.
Tentu saja, dialog yang lebih mendalam tidak terjadi, karena baik pihak yang
berbeda keyakinan/agama sama-sama menjaga jarak satu sama lain. Masing-masing
agama mengakui kebenaran agama lain, tetapi kemudian membiarkan satu sama lain
bertindak dengan cara yang memuaskan masing-masing pihak. Yang terjadi hanyalah
perjumpaan tak langsung, bukan perjumpaan sesungguhnya. Sehingga dapat
menimbulkan sikap kecurigaan diantara beberapa pihak yang berbeda agama, maka
akan timbullah yang dinamakan konflik.
2) Kepentingan Politik
Faktor Politik, Faktor ini terkadang
menjadi faktor penting sebagai kendala dalam mencapai tujuan sebuah kerukunan antar umat beragama
khususnya di Indonesia, jika bukan yang paling penting di antara faktor-faktor
lainnya. Bisa saja sebuah kerukunan antar agama telah dibangun dengan bersusah
payah selama bertahun-tahun atau mungkin berpuluh-puluh tahun, dan dengan
demikian kita pun hampir memetik buahnya. Namun tiba-tiba saja muncul kekacauan
politik yang ikut memengaruhi hubungan antaragama dan bahkan memporak-porandakannya.
3) SikapFanatisme
Di kalangan Islam, pemahaman agama
secara eksklusif juga ada dan berkembang. Bahkan akhir-akhir ini, di Indonesia
telah tumbuh dan berkembang pemahaman keagamaan yang dapat dikategorikan
sebagai Islam radikal dan fundamentalis, yakni pemahaman keagamaan yang
menekankan praktik keagamaan tanpa melihat bagaimana sebuah ajaran agama
seharusnya diadaptasikan dengan situasi dan kondisi masyarakat. Mereka masih
berpandangan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan dapat
menjamin keselamatan menusia. Jika orang ingin selamat, ia harus memeluk Islam.
Segala perbuatan orang-orang non-Muslim, menurut perspektif aliran ini, tidak
dapat diterima di sisi Allah.
Pandangan-pandangan semacam ini tidak
mudah dikikis karena masing-masing sekte atau aliran dalam agama tertentu,
Islam misalnya, juga memiliki agen-agen dan para pemimpinnya sendiri-sendiri.
Islam tidak bergerak dari satu komando dan satu pemimpin. Ada banyak aliran dan
ada banyak pemimpin agama dalam Islam yang antara satu sama lain memiliki
pandangan yang berbeda-beda tentang agamanya dan terkadang bertentangan. Tentu
saja, dalam agama Kristen juga ada kelompok eksklusif seperti ini. Kelompok
Evangelis, misalnya, berpendapat bahwa tujuan utama gereja adalah mengajak
mereka yang percaya untuk meningkatkan keimanan dan mereka yang berada “di
luar” untuk masuk dan bergabung. Bagi kelompok ini, hanya mereka yang bergabung
dengan gereja yang akan dianugerahi salvation atau keselamatan abadi. Dengan
saling mengandalkan pandangan-pandangan setiap sekte dalam agama teersebut,
maka timbullah sikap fanatisme yang berlebihan.
2.5 Solusi dan Cara Menajaga Kerukunan Antar Umat Beragama
2.5.1 Solusi
1) Dialog Antar
Pemeluk Agama
Sejarah perjumpaan agama-agama yang menggunakan kerangka politik secara
tipikal hampir keseluruhannya dipenuhi pergumulan, konflik dan pertarungan. Penerapan sejarah sosial dalam
perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia akan sangat relevan, karena ia akan
dapat mengungkapkan sisi-sisi lain hubungan para penganut kedua agama ini di
luar bidang politik, yang sangat boleh jadi berlangsung dalam saling pengertian
dan kedamaian, yang pada gilirannya mewujudkan kehidupan bersama secara damai
(peaceful co-existence) di antara para pemeluk agama yang berbeda.
Melalui dialog-dialog antaragama dan
kemanusiaan baik pada tingkat domestik di Indonesia maupun pada tingkat
internasional, ini jelas memperkuat perjumpaan secara damai tersebut.
Melalui berbagai pertukaran semacam ini terjadi penguatan saling pengertian
dan, pada gilirannya, kehidupan berdampingan secara damai.
2) Bersikap Optimis
Walaupun berbagai hambatan menghadang jalan kita untuk
menuju sikap terbuka, saling pengertian dan saling menghargai antaragama, saya
kira kita tidak perlu bersikap pesimis. Sebaliknya, kita perlu dan seharusnya
mengembangkan optimisme dalam menghadapi dan menyongsong masa depan
dialog.Paling tidak ada tiga hal yang dapat membuat kita bersikap optimis.
Pertama, pada beberapa dekade terakhir ini
studi agama-agama, termasuk juga dialog antaragama, semakin merebak dan
berkembang di berbagai universitas, baik di dalam maupun di luar negeri.
Kedua, para pemimpin masing-masing agama semakin sadar akan
perlunya perspektif baru dalam melihat hubungan antar-agama. Mereka seringkali
mengadakan pertemuan, baik secara reguler maupun insidentil untuk menjalin
hubungan yang lebih erat dan memecahkan berbagai problem keagamaan yang tengah
dihadapi bangsa kita dewasa ini. Kesadaran semacam ini seharusnya tidak hanya
dimiliki oleh para pemimpin agama, tetapi juga oleh para penganut agama sampai
ke akar rumput sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara pemimpin agama dan
umat atau jemaatnya.
Ketiga, masyarakat kita sebenarnya semakin
dewasa dalam menanggapi isu-isu atau provokasi-provokasi. Mereka tidak lagi
mudah disulut dan diadu-domba serta dimanfaatkan, baik oleh pribadi maupun
kelompok demi target dan tujuan politik tertentu. Meskipun berkali-kali masjid
dan gereja diledakkan, tetapi semakin teruji bahwa masyarakat kita sudah bisa
membedakan mana wilayah agama dan mana wilayah politik. Ini merupakan ujian
bagi agama autentik (authentic religion) dan penganutnya.
Jika tiga hal ini
bisa dikembangkan dan kemudian diwariskan kepada generasi selanjutnya, maka
setidaknya kita para pemeluk agama masih mempunyai harapan untuk dapat
berkomunikasi dengan baik dan pada gilirannya bisa hidup berdampingan lebih
sebagai kawan dan mitra daripada sebagai lawan.
2.5.2 Cara Menjaga Kerukunan Antar Umat Beragama
- Menjunjung tinggi toleransi antar umat Beragama di Indonesia. Baik yang merupakan pemeluk Agama yang sama, maupun dengan yang berbeda Agama. Rasa toleransi bisa berbentuk dalam macam-macam hal. Misalnya seperti, pembangunan tempat ibadah oleh pemerintah, tidak saling mengejek dan mengganggu umat lain dalam interaksi sehari – harinya, atau memberi waktu pada umat lain untuk beribadah bila memang sudah waktunya mereka melakukan ibadah. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk menunjukkan sikap toleransi. Hal ini sangat penting demi menjaga tali kerukunan umat beragama di Indonesia, karena jika rasa toleransi antar umat beragama di Indonesia sudah tinggi, maka konflik – konflik yang mengatasnamakan Agama di Indonesia dengan sendirinya akan berkurang ataupun hilang sama sekali.
- Selalu siap membantu sesama dalam keadaan apapun dan tanpa melihat status orang tersebut. Jangan melakukan perlakuan diskriminasi terhadap suatu agama, terutama saat mereka membutuhkan bantuan. Misalnya, di suatu daerah di Indonesia mengalami bencana alam. Mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama Kristen. Bagi Anda yang memeluk agama lain, jangan lantas malas dan enggan untuk membantu saudara sebangsa yang sedang kesusahan hanya karena perbedaan agama. Justru dengan membantu mereka yang kesusahan, kita akan mempererat tali persaudaraan sebangsa dan setanah air kita, sehingga secara tidak langsung akan memperkokoh persatuan Indonesia.
- Hormatilah selalu orang lain tanpa memandang Agama apa yang mereka anut. Misalnya dengan selalu berbicara halus dan sopan kepada siapapun. Biasakan pula untuk menomor satukan sopan santun dalam beraktivitas sehari harinya, terlebih lagi menghormati orang lain tanpa memandang perbedaan yang ada. Hal ini tentu akan mempererat kerukunan umat beragama di Indonesia.
- Bila terjadi masalah yang membawa nama agama, tetap selesaikan dengan kepala dingin dan damai, tanpa harus saling tunjuk dan menyalahkan. Para pemuka agama, tokoh masyarakat, dan pemerintah sangat diperlukan peranannya dalam pencapaian solusi yang baik dan tidak merugikan pihak-pihak manapun, atau mungkin malah menguntungkan semua pihak. Hal ini diperlukan karena di Indonesia ini masyarakatnya sangat beraneka ragam.
2.6 Faktor-Faktor Penyebab dan Pola
Pembinaan Masalah Kerukunan Antar Umat Beragama
2.6.1 Faktor
Penyebab Masalah Kerukunan Umat Beragama
1)
Sikap prasangka stereotype etnik dan dijiwai oleh suasana
persaingan yang tajam
2)
Penyiaran agama yang ditujukan kepada kelompok yang sudah
menganut agama
3)
Pendirian rumah beribadah, pendirian rumah ibadah kelompok
minoritas di tengah kelompok mayoritas juga dapat mengganggu hubungan
antar umat beragama, keyakinan yang bersifat mutlak ini menimbulkan penolakan
yang bersifat mutlak pula terhadap kebenaran agama lain yang diyakini oleh
pemiliknya sebagai kebenaran mutlak.
2.6.2 Pola Pembinaan Kerukunan Hidup Beragama
1)
Manusia Indonesia satu bangsa, hidup dalam satu negara, satu
ideologi Pancasila. Ini sebagai titik tolak pembangunan.
2)
Berbeda suku, adat dan agama saling memperkokoh persatuan.
3)
Kerukunan menjamin stabilitas sosial sebagai syarat mutlak
pembangunan.
4)
Kerukunan dapat dikerahkan dan dimanfaatkan untuk kelancaran
pembangunan.
5)
Ketidakrukunan menimbulkan bentrok dan perang agama,
mengancam kelangsungan hidup bangsa dan negara.
6)
Kehidupan keagamaan dan kepercayaan makin dikembangkan
sehingga terbina hidup rukun di antara sesama umat beragama untuk memperkokoh
kesatuan dan persatuan bangsa dalam membangun masyarakat.
7)
Kebebasan beragama merupakan beban dan tanggungjawab untuk
memelihara ketentraman masyarakat.
2.7
Contoh Kerukunan Umat Beragama
Di Sekolah
- Di sekolah contohnya, anak beragama Islam dapat berteman dengan baik dengan anak beragama Kristen. Mereka bisa belajar bersama dan bermain bersama tanpa harus mengganggu ibadah masing-masing.
- Para guru juga tidak membedakan antara siswa muslim dengan non muslim dalam hal penilaian pelajaran mereka.
- Fasilitas yang diberikan juga sama sehingga semuanya merasa tidak ada perbedaan kecuali hanya dalam hal keimanan dan ibadah yang dijalankan.
- Siswa sekolah yang beragama non muslim bisa membantu siswa yang muslim misalnya saat mengerjakan tugas rumah, begitu juga sebaliknya.
Di Masyarakat
- Selain di sekolah, di lingkungan masyarakat juga dapat terlihat adanya kerukunan antar umat beragama. Misalnya saja sebuah rukun warga yang terdiri dari warga dengan agama yang berbeda-beda.
- Mereka tidak dibedakan dalam mendapatkan fasilitas sebagai warga negara.
- Mereka juga hidup bertetangga dengan baik.
- Saat diadakan kegiatan seperti kerja bakti maka semua warga baik yang beragama Islam, Kristen, Hindu, dan lainnya juga ikut bekerja sama membersihkan lingkungan tanpa saling mencurigai satu sama lain.
- Saat tetangga yang beragama Kristen atau Katholik merayakan natal maka lingkungan sekitarnya tidak mengganggu. Mereka bisa memberikan kue kepada warga agama lainnya dan yang menerima kue tersebut juga menerimanya dengan senang hati.
- Hal tersebut dapat diterapkan jika antara warga masyarakat yang berbeda agama tersebut saling menerima dan tidak ada rasa curiga serta merendahkan agama yang berbeda.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan dalam makalah ini, dapat disimpulkan bahwa
kerukunan umat bragama yaitu hubungan sesama umat beragama yang dilandasi
dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai
dalam kesetaraan pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan
masyarakat dan bernegara. berbagai macam bahasan mengenai kerukunan antar umat
beragama, yaitu : Kendala-kendala yang dihadapi dalam mencapai kerukunan umat
beragama di Indonesia ada beberapa sebab, antara lain; rendahnya sikap toleransi,
kepentingan politik dan sikap fanatisme. Adapun solusi untuk menghadapinya,
adalah dengan melakukandialog antar pemeluk agama dan menanamkan sikap optimis
terhadap tujuan untuk mencapai kerukunan antar umat beragama.
3.2 Saran
Sudah saatnya bukan perbedaan lagi yang kita cari atau yang
kita bicarakan, tapi persamaanlah yang seharusnya kita cari karena dari
persamaanlah hidup ini akan saling menghargai, menghormati dan selaras. Lewat
persamaan kita bisa jalin persaudaraan dan mempererat tali silahturahmi, dengan begitu akan tercipta kerukunan dengan
sendirinya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/…/Makalah-Kerukunan-Antar-Umat-Beragama-tembolok – Mirip
No comments:
Post a Comment