Persahabatan
di Kalung Liontin
Karya
Muzdalifah
Tok...tok..tok..
Terdengar suara ketukan pintu dari luar rumah. Saat aku buka, ternyata ibu yang
mengetuk pintu rumah, ibu pulang dari Austria, ibu memberi oleh-oleh kepadaku,
oleh-olehnya yaitu sebuah liontin yang sangat cantik dan sangat istimewa. Di dalam
liontin itu terdapat sebuah kompas kecil dengan jarum petunjuk. Tok tok tok.. Suara
ketukan pintu memanggilku lagi, aku kembali membuka pintudan di balik pintu ada
Gunawan,yaitu kakak ku yang baru pulang dari rumah temannya. Kakak tidak
mengetahui kalau ibu sudah pulang, kakak begitu terkejut melihat ibu berdiri di
depannya. Kakak pun memeluk ibu yang sudah lama tidak pulang ke rumah karena
bekerja di Austria. Tidak lama kemudian.. Terdengar bunyi ,Tok..tok...tok...tok..
Suara pintu yang kembali memanggilku membuatku sedikit kesal dan malas untuk
membukanya. Tapi aku penasaran dengan panggilan suara pintu yang ketiga ini.
Setelah aku buka ,di balik badan pintu berdiri Rani,dia adalah sahabat ku dari
kecil. Aku mempersilahkan dia masuk dan menyuruhnya duduk di kursi. Ibu masuk
ke kamar untuk beristirahat menghilangkan bebam lelah yang ibu dapatkan dari
perjalanan pulang. Sementara aku mengajak kakak ku dan Rani untuk duduk di kursi,
aku menunjukkan sebuah liontin kepada mereka. Lalu aku menceritakan kalau
liontin ini adalah sabuah pemberian dari ibu. Aku sangat menyukai liontin ini.
Setelah lama kami berbicara tentang liontin ini, Rani pun pamit pulang karena
matahari sudah menyembunyikan wajahnya di ujung barat.
Keesokan harinya , aku berangkat sekolah seperti
biasa,aku berangkat ke sekolah bersama kakak ku, aku dan kakak ku memang satu
sekolah,tapi hanya dibedakan tingkatan kelas, kakak ku kelas XII ,sedangkan aku
baru kelas X, jadi aku dan kakak ku terbiasa berangkat ke sekolah bersama. Pagi
itu aku terlihat berbeda karena aku memakai liontin pemberian dari ibuku, aku
memang sangat ingin memakainya karena aku sangat menyukai liontin itu.
Sesampainya di sekolah ada seseorang yang memandangiku tanpa aku sadari. ‘’Lihat
itu, Lisa memandangimu terus-menerus, mungkin dia suka dengan liontinmu’’. Kata
kakak ku sambil melirik ke arah Lisa. ‘’Eh, Ade. Apa kabar ? Kamu baik-baik
saja kan ? ‘’. Kata Lisa bertanya kepadaku. ‘’Hai , Lis. Kabar aku baik-baik
saja, ada apa ya? Tumben kamu perhatian sama aku ?’’ Kataku bertanya kepada Lisa.
‘’Tidak apa-apa ,cuma ingin tanya saja’’. Ucap Lisa sambil tersenyum kepadaku.
‘’Aku masuk kelas duluan ya De ? ‘’ . Kata kakak ku sambil bergegas
meninggalkan aku dan berjalan menuju kekelasnya. Sementara aku melanjutkan
langkah kakiku menuju ke kelasku. Disepanjang langkah menuju ke kelas, aku
merasa heran ,’’Kenapa semua mata tertuju kepadaku ? Apa ada yang aneh dengan
ku hari ini ?, Apa mungkin karena liontin ini ? ‘’ . Ucapku dalam hati.
Sebelum masuk ke kelas, seperti biasa aku menyempatkan
diri untuk duduk sejenak di teras depan kelas. ‘’De, kalungmu bagus sekali,
dapat dari mana ?’’. Lisa bertanya dengan rasa penasarannya. ‘’Kalung ini
pemberian dari ibu ku saat pulang dari Austria, aku sangat menyukai kalung
ini,kalung ini sangat istimewa untukku, karena itu aku memakai kalung ini ‘’.
Jawabku kepada Lisa . ‘’Wah ! Beruntung sekali kamu bisa memakai kaling sebagus
ini , ibu kamu pintar sekali memberikan kalung ini kepadamu,kalung ini memang
cocok buatmu’’. Kata Lisa. Tidak lama aku dan Lisa berbicara, bel pun sudah
memanggil siswa untuk memasuki kelas , aku dan Lisa bergegas memasuki kelas.
Aku sangat bersemangat untuk belajar,kebetulan hari ini ada pelajaran kimia,
pelajaran kimia memang sangat aku sukai.
Setelah beberapa jam aku dan teman-temanku belajar,
akhirnya bel istirahat berbunyi dan seakan-akan memanggil aku dan siswa yang
lainnya untuk pergi menuju kantin. Aku menuju ke kelasnya Rani untuk
mengajaknya ke kantin .Aku dan Rani memang beda kelas,tapi kelas aku dan Rani
masih berdampingan. Terlihat Rani keluar dari kelasnya dan menghamipiriku. ‘’
Hai, De, setia sekali kamu menungguku,ayo kita ke kantin.’’. Kata Rani . ‘’Hai
juga Ran, sudah pasti dong, aku kan orangnya setia. Hehehe’’. Kataku sambil
tertawa kecil. ‘’Ah bisa saja kamu, katanya kamu itu orangnya setia,tapi mana
buktinya ? Sampai saat ini kamu belum juga punya pacar,hehehe’’. Kata Rani
mengejekku. ‘’Helleh ! Mungkin belum saatnya saja aku punya pucar,lagian tujuan
aku ke sekolah kan untuk mencari ilmu, bukan untuk mencari pacar,hehe’’.
Balasku membela diri. ‘’Mulai nih keluar lagi kata-kata bijaknya’’. Kata Rani
kembali mengejekku. ‘’Iya dong. Oh iya Ran, tadi Lisa kelihatan aneh deh ‘’.
Kataku .’’Aneh kenapa ? Memangya ada apa dengan Lisa ?’’. Tanya Rani kepadaku.
‘’Begini,setelah aku pakai liontin ini,tidak seperti biasanya, dia tiba-tiba
ramah kepadaku,padahal selama ini dia cuek saja sama aku,tapi tadi dia
perhatian sama aku,kenapa ya ?’’. Jelasku kepada Rani. ‘’Mungkin dia menyukai
liontinmu De,liontinmu itu memang cantik,sehingga banyak yang menyukai
liontinmu De’’. Kata Rani menjelaskan. Aku hanya bisa tersenyum mendengar
kata-kata dari Rani yang suka memujiku. Setelah lama aku dan Rani berbicara,
tanpa aku sadari bel pun kembali memanggil aku dan siswa yang lainnya untuk
segera memasuki kelas untuk mengikuti pelajaran yang selanjutnya. Aku dan Rani
bergegas untuk memasuki kelas masing-masing.
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 14.00. ‘’Seluruh pelajaran hari ini telah
selesai,sampai jumpa besok pagi dengan semangat belajar baru’’. Bunyi bel sudah
mengusir aku dan siswa lainnya untuk pulang ke rumah masing-masing. Kata-kata
itu memang selalu ditunggu-tunggu oleh siswa yang merasa sudah bosan berada di sekolah. Tapi berbeda dengan aku,aku tidak langsung
pulang ke rumah. Aku mengikuti ekstra sunnah bola basket,hari ini ada latihan
bola basket. Siswa yang lain bergegas keluar dari kelas,begitupun dengan aku.
Aku langsung menuju ke kelasnya Rani. Biasanya aku pulang bareng kakak ku,tapi
hari ini kakak ku pulang duluan,karena kakak ku ada pekerjaan rumah yang harus
dia kerjakan. Terlihat Rani berdiri di depan muka kelasnya,aku langsung
menghampirinya. ‘’Hai, Ran’’. Sapa ku kepada Rani. ‘’Hai, Ade. Ada apa ? Tumben
kamu tidak pulang bareng kakak kamu .’’. Tanya Rani kepadaku. ‘’Kakakku ada
pekerjaan rumah,jadi dia pulang duluan,sedangkan aku mau ikut latihan bola
basket dulu. Dan aku mau nitip liontin ini ke kamu. Aku takut liontin ini jatuh
ketika aku latihan,kalau kamu mau pulang duluan silahkan,tapi aku nitip liontin
ini ke kamu ya?’’. Jelasku kepada Rani. ‘’Oh,jadi begitu ceritanya,hehe.
Baiklah ,sini liontinnya aku jaga agar tidak hilang. Aku pulangnya bareng kamu
saja lah, sekaligus aku mau kasih semangat ke kamu agar kamu semangat mengikuti
latihannya,hehehe’’. Kata Rani sambil tertawa kecil. Aku bergegas menuju ke
lapangan untuk mengikuti latihan ,sementara Rani hanya duduk di teras depan
kelas yang dekat dengan lapangan sambil memberikan semangat untuk ku. Rani
memang sahabat yang baik dan selalu humoris. Aku beruntung mempunyai sahabat
seperti Rani. Setelah selesai latihan,aku mengajak Rani pulang ke
rumah,sementara dia mengajakku untuk pergi ke kantin terlebih dahulu,dia
mengajakku membeli minum karena dia haus dari tadi teriak-teriak memanggil
namaku untuk memberikan semangat. Aku pun menuruti permintaannya untuk pergi ke
kantin,kebetulan aku pun haus karena terlalu semangat mengikuti latihan. Aku dan
Rani menuju ke kantin. ‘’Oh iya Ran,mana liontinnya ? Sini mau aku pakai lagi
liontinnya.’’ Tanyaku kepada Rani. ‘’Astaghfirullahal’adziim ! Aku
lupa,liontinnya aku tinggal di teras depan kelas,tadi aku lupa membawanya.
Maafkan aku.’’ Jawab Rani dengan perasaan bersalah. ‘’Ya ampun Rani, kamu ini
bagaimana sih ?. Sudah aku beri amanat tapi kamu malah mengabaikan amanat itu.
Ya sudah ayo kita cari liontinnya, mudah-mudahan liontinnya masih ada ‘’.
Ucapku dengan perasaan kesal. Aku dan Rani bergegas mencari liontinnya dan
berharap liontinnya masih ada di tempat tadi. ‘’Dimana kamu meletakkan
liontinnya Ran ?’’. tanya ku kepada Rani dengan nada sedikit tinggi. ‘’Tadi aku
letakkan disini De, beneran deh, tapi ko sekarang sudah tidak ada ya?. Maafkan
aku ya De sudah menghilangkan liontin istimewa kamu’’. Jawab Rani dengan wajah
lesu. ‘’Yaaaaah Rani, kamu itu bagaimana sih ? Itu kan liontin kesayangan
aku,kenapa kamu tidak bisa menjaganya, ya sudah ayo kita pulang, hari sudah
sore.’’. Kata aku dengan persaan kecewa.
Sesampainya dirumah aku langsung masuk kamar. Aku masih
melamun dan masih kecewa sama Rani. Terdengar suara HP memanggil dan
menghilangkan lamunanku,dilayar HP terlihat nama Rani yang meneleponku. Tapi
aku tidak mau menjawab telepon dari Rani,aku masih kecewa sama Rani. Berulang
kali Rani meneleponku dan mengirim pesan untuk meminta maaf sama aku. Tapi aku
tidak menghiraukannya, aku tidak menjawab teleponnya dan aku pun tidak membalas
pesan singkatnya. Rani masih terus menelepon dan mengirim pesan kepadaku. Aku mulai
kesal dengan suara HP-ku yang dari tadi berisik mengganggu,akhirnya aku
mengambil HP-ku dan menonaktifkannya. Kini sudah tidak ada lagi suara berisik
yang mengusik telingaku. Aku kembali melamun dan menyesali kehilangan liontin
kesayanganku. Terdengar suara kaki melangkah mendekatiku. Sosok bidadari dengan
wajah cantik seperti bulan pada malam hari menghampiriku dan memelukku. Bidadari itu adalah ibuku. ‘’Kamu kenapa nak
? Ada masalah apa ? Coba cerita sama ibu, mungkin saja ibu bisa membantu kamu
.’’. Tanya ibu dengan suara lembutnya . ‘’Begini bu, liontin pemberian dari ibu
hilang. Tadi pas aku latihan basket aku titipkan liontin itu kepada Rani, aku
percaya kalau dia bisa menjaga amanat dari aku, tapi ternyata dia tidak bisa
menjaga amanat itu bu,dia malah menghilangkan liontin kesanyanganku. Aku kesal
bu sama Rani, aku kecewa bu sama Rani. ‘’. Jawab aku sambil mengalirkan air
mata. ‘’Hust !! Kamu tidak boleh bicara seperti itu. Semua orang itu tidak
luput dari yang namanya kesalahan,kita itu bukan malaikat yang selalu
benar,kamu tidak boleh menyalahkan orang lain,apalagi Rani, Rani kan sahabat
kamu sendiri, dia sayang sama kamu. ‘’. Jelas ibu memberiku ketenangan. ‘’Tapi
bu, liontin itu pemberian ibu yang sudah ibu bawa dari Austria, aku ingin
menjaga liontin itu bu, aku sangat menyukainya, liontin itu istimewa bu buat
aku.’’. Jelasku masih dengan perasaan kesal. ‘’De, mungkin liontin itu sudah
ditemukan sama orang lain, kalau seandainya liontin itu memang rejeki kamu,
InsyaAllah liontin itu akan kembali lagi kepada kamu. Sudah sekarang kamu tenangkan
dulu pikiran kamu,lalu kamu mandi dan sholat,kamu belum sholat ashar kan ?’’. Kata
ibu sambil menasehatiku. ‘’Iya bu, maafkan aku tidak bisa menjaga liontin itu
dengan baik.’’ Jawab ku dengan wajah lesu. Lalu aku bergegas menuju ke kamar
mandi.
Pagi ini mentari sudah menyapa alam dengan senyuman
hangatnya. Seperti biasa aku berangkat sekolah dengan kakak ku. Aku masih dalam
keadaan kecewa sama Rani. Aku masih memasang wajah lesu tanpa senyuman
sedikitpun. Hari ini tidak ada yang spesial dari ku. Hari ini aku terasa malas
untuk belajar. Bel istirahat sudah
memanggil aku dan siswa yang lain. Aku bergegas menuju ke kantin,aku ke kantin
sendirian dengan memasang wajah kusut. Aku duduk sambil meminum segelas teh
dingin yang sudah aku pesan. Terdengar suara langkah kaki perlahan mendekatiku
dan langsung duduk di sampingku. Ternyata dia adalah Rani. Dia meminta maaf
kepadaku. Aku sudah berusaha untuk mengikhlaskan liontin itu hilang dan
berusaha untuk memaafkan Rani. Tapi aku belum bisa. Aku masih kecewa sama Rani.
Tiba-tiba Lisa datang . ‘’Tadi sore aku menemukan sebuah liontin,terus aku
ambil dan aku buang ke sumur liontin jelek itu. Hehehe. Cuma bercanda ko. Ini
liontinnya. Hati-hati jangan sampai ketinggalan lagi.’’. Kata Lisa dengan
humorisnya. Aku kembali tersenyum. Ternyata liontin kesayanganku tidak jadi
hilang. Aku sudah memaafkan Rani. Aku tersenyum bahagia karena liontin aku
tidak jadi hilang. Aku mengajak Lisa untuk bergabung dan menjadi sahabat aku
dan Rani. Berkat liontin itu akhirnya aku dan Rani mempunyai sahabat baru,yaitu
Lisa. ‘’Mungkin liontin ini adalah liontin yang melambangkan tentang
persahabatan sejati’’. Kataku dalam hati. Aku ,Rani dan Lisa kini bersahabat .
No comments:
Post a Comment