Sastra Dan
Proses Kreatifnya
Di susun oleh:
Rali Padli
Eti Ernawati
Rusmiyati
Semester 2
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA
DAN SASTRA INDONESIA
PERGURUAN TINGGI KEGURUAN
STKIP NAHDATUL ULAMA
INDRAMAYU
(SK DIRJEND DIKTI NO.439/E/O/2012)
INDRAMAYU 2017
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum
warahmatullahiwabarakatuh,
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, hingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Sastra dan proses kreatifnya”.
Makalah
ini disusun dengan tujuan untuk membantu mahasiswa dalam mempelajari mata
kuliah teori sastra
Kami
menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum sempurna, baik dari segi isi,
metode. Oleh sebab itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan dalam makalah ini.
Wssalamualaikum
warahmatullahiwabarakatuh
Indramayu,18
Februari 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Penulisan
Karya sastra
merupakan sebuah hasil kreatifitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan
perasaan yang dimiliki. Karya sastra merupakan hasilimajinasi manusia yang
mengambil keadaan sekitar sebagai sumber inspirasinya. Menurut Ratna
(2005:312), hakikat karya sastra adalah rekaan atau yang lebih sering disebut
imajinasi. Imajinasi dalam karya sastra adalah imajinasi yang berdasarkan
kenyataan. Imajinasi tersebut juga sering diimajinasikan oleh orang lain.
Meskipun
pada hakikatnya karya sastra adalah rekaan, karya sastra digambarkan atas dasar
kenyataan. Karya sastra pada umumnya berisi permasalahan yang berhubungandengan
kehidupan manusia. Permasalahan itu bisa terjadi pada diri sendiri maupun orang
lain. Seorang pengarang sering mengangkat fenomena yang terjadi di masyarakat
dengan harapan agar pembaca dapat mengambil hikmah dari fenomena tersebut.
1.2
Rumusan
Masalah Penulisan
1.2.1 apakan yang
menjadi alasan dan dorongan seorang pengarang?
1.2.2 apakah kegiatan
sebelum pengaarang menulis?
1.2.3 apakah kegiatan
saat menulis?
1.2.4 apakah kegiatan
setelah menulis?
1.2.5 apakah modal
untuk menjadi pengarang?
1.3
Tujuan
Penulisan
1.3.1 mengetahui lasan
dan dorongan menjadi seorang mengarang
1.3.2 mengetahui kegiatan
sebelum penulisan
1.3.3 mengetahui
kegitan saat menulis
1.3.4 mengetahui
kegiatan setelah menulis
1.3.5 mengetahui modal
utama menjadi pengaranng
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Alasan
Dan Dorongan Menjadi Pengarang
Berikut 30 alasan yang umumnya
dikemukakan:
1
Mengekspresikan diri.
2
Uang.
3
Mengembangkan bakat.
4
Membantu pembaca untuk berkembang.
5
Menyebarkan ilmu, pengetahuan, atau
kebijaksanaan.
6
Memperoleh kepuasan.
7
Menggerakkan orang lain.
8
Mengkomunikasikan ide-ide, dorongan
emosional, pengalaman, obsesi dan kepedulian kepada orang lain.
9
Agar terhubungkan dengan orang lain.
10
Untuk memahami diri sendiri dengan lebih baik.
11
Menguji ide-ide.
12
Mengeksplorasi tema atau subyek
tertentu.
13
Menguji diri sendiri.
14
Bersenang-senang.
15
Memberikan kepuasan dan hiburan bagi
orang lain.
16
Katarsis bagi gejolak perasaan.
17
Agar tetap waras.
18
Untuk membujuk orang lain agar
sepakat dengan pemikiran Anda.
19
Membangun reputasi, otoritas atau
keahlian dalam bidang tertentu.
20
Membangun karir atau reputasi
sebagai penulis.
21
Pengisi waktu yang menyenangkan.
22
Menciptakan karya seni yang bagus dan
mengagumkan.
23
Menciptakan cerita yang selalu ingin Anda
baca.
24
Agar meninggalkan jejak di dunia.
25
Untuk mempengaruhi pikiran orang lain
berkenaan dengan isu atau topik tertentu.
26
Agar dikagumi, mendapatkan pengakuan dan rasa
hormat.
27
Untuk melarikan diri dari kehidupan
sehari-hari dan membantu orang lain melakukan hal yang sama.
28
Mengungkapkan kebenaran.
29
Untuk menciptakan sesuatu yang memiliki arti
dan dipersembahkan untuk orang-orang terdekat.
30
Untuk membuktikan kepada diri sendiri dan
orang lain bahwa Anda memiliki kemampuan untuk menjadi penulis.
Menurut
Koentjaraningrat (1986: 109-110) ada tujuh macam dorongan naluri. Ketujuh
dorongan itu adalah:(1) untuk mempertahankan hidup, (2) seksual, (3) untuk
mencari makan, (4) untuk bergaul atau berinteraksi dengan sesama manusia, (5)
untuk meniru tingkah laku sesamanya, (6) untuk berbakti, dan (7) nilai
keindahan.
2.2
Kegiatan
Sebelum Menulis
1. Menentukan
atau memilih tema atau topik karangan.
Langkah
paling awal dalam membuat suatu karangan adalah menentukan tema atau topik
karangan. Tema diartikan pokok pikiran, sedangkan topik adalah pokok
pembicaraan. Apabila dilihat dari sudut sebuah karangan yang telah selesai tema
adalah suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya.
Dalam kenyataannya untuk menulis suautu karangan, penulis harus memilih suatu
topik atau pokok pembicaraan. Dengan demikian, pada waktu menyusun sebuah tema
untuk untuk sebuah karangan ada dua unsur yang paling dasar yaitu topik atau
pokok pembicaraan dan tujuan yang hendak dicapai melalui topik tersebut.
Bagi
pengarang pemula, penentuan topik tulisan merupakan sesuatu yang agak sulit
dilakukan. Dalam menetapkan topik penulis harus menguasai betul kira-kira
permasalahan apa yang akan ditulis. Jadi, agar topik benar-benar terwujud
pilihlah topik yang benar-benar menarik perhatian.
Hal ini sesuai dengan pendapat Gorys
Keraf (1994: 111) bahwa;
“Sebuah topik pertama-tama haruslah
menarik perhatian penulis sendir. Topik yang menarik perhatian penulis akan
memungkinkan pengarang berusaha terus menerus mencari data-data untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya, penulis akan didorong terus-menerus agar
dapat menyelesaikan tulisan itu dengan sebaik-baiknya.”
2. Menetapkan
tujuan
Setiap kegiatan yang dilakukan tentu
memiliki tujuan. Demikian halnya dengan mengarang atau menulis. Menetapkan
tujuan tulisan adalah penting sebelum menulis. Karena tujuan sangat berpengaruh
dalam menetapkan bentuk, panjang, sifat dan cara penyajian tulisan. Tujuan
tulisan harus jelas suatu tulisan yang tidak dilandasi dengan tujuan yang jelas
dan mungkin hanya mewujudkan tulisan yang buruk atau tidak dapat dipahami oleh
pembaca. Jadi penetapan tujuan itu sangat membantu penulis dalam mengembangkan
tulisannya dan dapat memberikan arah kepada penulis. Dengan menetapkan tujuan
yang jelas akan membantu penulis memperoleh gambaran tentang persoalan yang
akan ditulisnya dan membangkitkan semangat penulis untuk merangkaikan kata-kata
yang lebih jelas dan terarah.
3.
Mengumpulkan informasi atau bahan
Untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, perlu mencari bahan berupa
keterangan-keterangan yang berhubungan dengan topik tersebut. Kegiatan
mengumpulkan bahan dapat dilakukan dengan cara observasi atau mengadakan
pengamatan terhadap satu proses atau keinginan sesuatu yang diperlukan dan akan
dijadikan sumber penulisan.
4.
Membuat kerangka tulisan
Kerangka
tulisan adalah garis besar cerita yang akan dituangkan pada sebuah tulisan.
Sebelum menulis, seorang penulis perlu menetapkan kerangka tulisan. Kerangka
tulisan merupakan pedoman atau acuan penulis tentang hal-hal apa saja yang akan
ditulis, sehingga dengan menggunakan kerangka tulisan alur cerita yang akan
ditulis semakin jelas dan terarah. Jarang seseorang dalam menuangkan isi
pikirannya sekaligus secara teratur terperinci dan sempurna tanpa sebuah
kerangka tulisan. Hal ini sesuai dengan pendapat Gorys Keraf (1994:132) bahwa;
“ Kerangka karangan adalah rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari
suatu karangan yang akan digarap.”
5.
Mengembangkan kerangka
karangan
Setelah
kerangka karangan disusun, maka tahap selanjutnya adalah mengembangkannya
menjadi sebuah tulisan yang utuh. Pengembangan kerangka karangan dilakukan satu
persatu. Dalam penulisan atau pengembangan kerangka karangan ada beberapa unsur
yang harus diperhatikan dan unsur-unsur tersebut merupakan penilaian baik
tidaknya hasil karangan yang dibuat. Unsur-unsur tersebut adalah isi gagasan
yang dikemukakan, organisasi isi (urutan peristiwa), tata bahasa, pilihan
struktur dan kosakata serta penggunaan ejaan yang tepat.
Di dalam
penuangan isi gagasan yang dikemukakan pada sebuah tulisan, penulisan sangat
dituntut untuk memiliki wawasan luas tentang apa yang ditulisnya sehingga isi
tulisan benar-benar hidup. Namun demikian dalam penceritaannya, penulis harus
mampu mengorganisasi isi sedemikian rupa sehingga isi cerita tidak tumpang
tindih atau tidak dibicarakan berulang-ulang. Agar isi karangan mudah dipahami
pembaca, gunakanlah tata bahasa yang baik, struktur kata dan kosakata yang
mudah dipahami pembaca. Hal yang lebih penting lagi adalah penggunaan kalimat
yang efektif. Kalimat efektif berarti kalimat tersebut sederhana namun memiliki
makna yang luas. Lebih baik menggunakan kalimat yang pendek dan mudah dipahami
daripada kalimat yang panjang tetapi membingungkan pembaca. Agar isi tulisan
mudah dipahami pembaca, penggunaan ejaan juga harus perlu diperhatikan. Gunakan
tanda baca pada tempatnya, sebab penggunaan ejaan secara serampangan akan
berdampak negatif terhadap isi karangan. Bahkan penggunaan ejaan secara tidak
tepat akan menyulitkan pembaca untuk memahami isi tulisan. Untuk menyusun
kerangka karangan, diperlukan bahan-bahan yang dapat digali dari pengalaman,
imajinasi buku-buku, majalah, Koran, wawancara, dan lain-lain. Setelah bahan
terkumpul, pokok pikiran tersebut kita susun dengan baik dan tidak boleh
sembarangan. Mana cerita yang harus diletakkan pada bagian awal dan mana pula
yang harus diletakkan pada bagian akhir.
2.2.1 Penentuan Pikiran Utama
Salah satu
ciri utama tulisan yang baik adalah kesatuan gagasan antarparagrafnya. Sebuah
tulisan (karangan) akan menjadi jelas jika mempunyai kesatuan, yaitu semua
detail yang berupa contoh, alasan ataupun fakta yang digunakan harus tidak menyimpang
dari pikiran utama. Menurut Mukhsin Ahmadi (1991 : 13) menyatakan bahwa:
Pikiran
utama adalah pengenadali suatu karangan sehingga dengan pikiran utama
dimaksudkan isi karangan tidak akan menyimpang. Karangan tersebut ditulis dalam
bentuk paragraf dan tiap paragraf mempunyai pikiran utama. Pikiran utama yang
paling baik diletakkan pada kalimat pertama pada paragraf.
2.2.2 Pembentukan Paragraf
“Paragraf
merupakan suatu pikiran atau perasaan yang tersusun teratur berupa
kalimat-kalimat berfungsi sebagai bagian dari suatu satuan yang lebih besar”
(Mukhsin Ahmad, 1991 : 1). Agar sebuah karangan mudah ditangkap pembaca dengan
jelas, maka perlulah disusun suatu paragraf. Paragraf biasa tersusun dari
beberapa buah kalimat yang saling berhubungan sehingga merupakan satu kesatuan
yang utuh untuk menyampaikan suatu maksud.
Berdasarkan
pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa paragraf adalah satu kesatuan
pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari pada kalimat.
Paragraf merupakan kumpulan kalimat yang berkaitan dalam suatu rangkaian untuk
membentuk sebuah gagasan. Berkaitan dengan paragraf Akhadiah, (Agus
Suryamiharja, 1996 : 46), menjelaskan bahwa “Dalam paragraf terkandung satu
unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat utama atau kalimat topik,
kalimat penjelas sampai kalimat penutup”.
Fungsi dari
paragraf dalam karangan adalah “1) Sebagai penampung dari sebagian kecil jalan
pikiran atau ide keseluruhan karangan, 2) Memudahkan pemahaman jalan pikiran
atau ide pokok karangan. (Tarigan, 1996:48). Menurut Suriamuharja (1996 : 48)
“Paragraf baik dan efektif harus memenuhi tiga parsyaratan, yaitu (1) Kohesi
(Kesatuan ) ; (2) Koherensi (Kepaduan) ; dan (3) Pengembangan / Kelengkapan
paragraf”
2.3
Kegiatan
Pada Saat Menulis
Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam kegiatan menulis:
1. Kohesi (Kesatuan)
Kohesi/kesatuan dalam paragraf
adalah semua kalimat yang membina paragraf secara bersama-sama menyatakan satu
hal, satu tema tertentu”.
2.
Koherensi
(Kepaduan)
Koherensi / keterpaduan dalam
paragraf adalah kekompakan hubungan antar sebuah kalimat denngan kalimat yang
lain yang membentuk paragraf itu”.
3.
Pengembangan
/ Kelengkapan paragraf
Pengembangan paragraf adalah
penyusunan atau perincian dari gagasan-gagasan yang membina paragraf itu”,
Suatu paragraf dikatakan berkembang atau lengkap jika kalimat topik atau
kalimat utama dikembangkan atau dijelaskan dengan cara menjabarkannya dalam
bentuk-bentuk kongkrit, dapat dengan cara pemaparan dan pemberian contoh, penganalisaan
dan nilai-nilai.
4.
Penulisan Kalimat
Kalimat
dalam karangan harus jelas dan mudah dipahami, karena kalimat tertulis dalam
beberapa hal tidak sama dengan kalimat tutur. Kalimat yang jelas dan terang
dalam bahasa percakapan (tutur), tidak selamanya jelas dan terang jika
dituliskan. Sebab intonasi dalam bahasa tutur sulit untuk diterjemahkan dalam
bahasa tulis.
Setiap
kalimat pada satu karangan pada dasarnya disusun oleh unsur-unsur yang
membentuknya. Unsur-unsur kalimat itu tidak lain adalah kata-kata. Kata-kata
itulah yang membentuk kalimat. Bagian-bagian kalimat sering disebut konstituen.
Bagian-bagian kalimat tersebut antara lain sebagai berikut :
a.
Subjek
Subjek kalimat sangat menetukan
kejelasan makna sebuah kalimat. “Jabatan atau fungsi subjek dalam kalimat
biasanya dapat diketahui dengan jalan mengajukan pertanyaan apa, atau siapa
yang dibicarakan dalam karangan” (Yohanes, 1991 : 6).
b.
Predikat
Predikat kalimat kebanyakan muncul
secara eksplisit. Predikat juga sangat menentukan kejelasan makna sebuah
kalimat. “Ciri-ciri predikat terletak dibelakang subjek serta berbentuk verba
atau kata kerja” (Yohanes, 1991 : 6).
c.
Objek
Kehadiran objek dalam kalimat
tergantung pada jenis predikat kalimat serta ciri khas objek itu sendiri.
“Objek pada umumnya berbentuk nomina atau kata benda, atau di belakang kata
tugas “oleh” dalam kalimat pasif” (Yohanes, 1991 : 7).
d.
Keterangan
Tempat jabatan keterangan dalam
kalimat biasanya bebas dan cakupan semantik keterangan lebih kuat yaitu
membatasi unsur kalimat atau seluruh kalimat. Bagian keterangan dalam kalimat
Bahasa Indonesia menyatakan banyak makna, namun yang sering ditemukan dalam
pemakaian bahasa sehari-hari adalah keterangan waktu, keterangan tempat,
keterangan tujuan, keterangan instrumental. (Yohanes, 1991 : 7).
e.
Penggunaan Tanda Baca
Karangan selalu berupa bahasa yang
tertulis. Dalam beberapa hal bahasa tertulis tidak sama dengan bahasa lisan,
banyak alat-alat bahasa seperti lagu, jeda, tinggi rendah suara, sukar
digambarkan dalam bahsa tulis. Untuk melengkapi kekurangan itu, maka dibuatlah
tanda baca. Menurut Poerwardarminta (1967 : 14), “Tanda baca dapat membantu
menjelaskan maksud atau makna kalimat”. Dengan tanda baca penulis dapat
menyampaikan maksudnya dengan lebih jelas. Sedang pembaca pun dapat pula
menangkap maksud kalimat dengan lebih mudah. Oleh karena itu, makna “tanda baca
tidak boleh diabaikan dalam tulis-menulis. Macam-macam tanda baca antara lain
sebagai beikut :
1)
Titik
Tanda titik dipakai sebagai tanda
bahwa kalimat telah selesai. Pokok tugasnya adalah sebagai pengunci kalimat.
2)
Koma
Tanda koma paling sering dipakai
dalam tulis menulis. Pokok tugasnya adalah untuk menyatakan jeda sejenak,
menyekat hubungan-hubungan yang perlu dijelaskan. Pada umumnya koma dipakai
untuk menyekat kata atau frase sejenis dan setara.
3)
Titik Dua
Titik dua digunakan untuk menegaskan
keterangan atau penjelasan sebagai tambahan sesuatu yang telah tersebut dalam
kalimat terdahulu. Titik dua juga dapat digunakan untuk menyatakan perincian
berbagai hal, benda yang disebutkan berturut-turut, serta untuk menyatakan
kutipan perkataan seseorang.
4)
Tanda Seru dan Tanda Tanya
Tanda seru pada pokoknya untuk
mengintesifkan penuturan. Biasa dipakai untuk menyatakan perasaan yang kuat
seperti perintah, melarang, heran, menarik perhatian, tak percaya, dan
sebagainya. Sedangkan tanda tanya sudah tentu dipakai untuk menyatakan
pertanyaan, baik pertanyaan yang sesungguhnya maupun yang bersifat
menyangsikan.
2.4
Kegiatan
Setelah Menulis
kegiatan
yang dilakukan sastrawan setelah menulis karya sasra bisa berupa keiatan
melakukan revisi, melakukan perenungaan, dan akan meulis karya yang baru lagi
atau memutuskan berhenti menulis.
1. Revisi
Revisi
adalah kegiatan yang dilakukan sastrawan setelah menulis karya sastra, revisi
di sini bisa dalam bentuk mengetik ulang tulisan yang berupa tulisan tangan,
revisi juga bisa dalam bentuk mengubah tulisan yang sudah jadi.
2. Renungan
Renungan
adalah memerikas kembali karyanya melihat kembali bagaimana proses pnulisannya,
melihat hubungan karyanya dengan karya sastra dan bacaan lain, serta melihat
hubungan karyanya dengan pengalaman-pengalamannya.
3. Akan
menulis lagi ataukah berhenti menulis
Seorang
sastrawan bisa mengambil keputusan: apakah ia akan menulis karya satra lagi
ataukah ia berhenti menulis.
2.5
Modal
Menjadi Sastrawan
apakah
yang menjadi modal kita ingin menulis? Secara umum, syafi’ie (1988: 70-90)
mengemukakan kemampuan-kemampuan yang harus di miliki oleh seorang penulis.
Kemampuan yang harus dimiliki seorang penulis adalah bakat (meskipun tidak
mutlak), bekerja keras, keberanian, keyakinan tentang apa yang ditulis adalah
benar dan perlu, dapat memandang sesuatu secara proporsional, dapat berfikir
logis, bertanggung jawab,terhadap apa yang dikemukakan, dapat mengkritik diri
sendiri, peka terhadap apa yang terjadi dalam masyarakat. Selain itu, seorang
penulis juga memerlukan kemampuan menemukan masalah yang akan ditulis, kepekaan
terhadap kondisi oembaca, menyusun perencanaan penulisan, menggunakan bahasa
Indoneia, memulai menulis, dan memeriksa naskah karangan sendiri.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
3.1.1
Menurut Koentjaraningrat (1986: 109-110) ada tujuh macam dorongan naluri.
Ketujuh dorongan itu adalah:(1) untuk mempertahankan hidup, (2) seksual, (3)
untuk mencari makan, (4) untuk bergaul atau berinteraksi dengan sesama manusia,
(5) untuk meniru tingkah laku sesamanya, (6) untuk berbakti, dan (7) nilai
keindahan.
3.1.2
kegiatan
sebelum menulis
1)
Menentukan atau memilih tema atau
topik karangan.
2) Menetapkan
tujuan
3) Mengumpulkan
informasi atau bahan
4) Membuat
kerangka tulisan
5) Mengembangkan
kerangka karangan
3.1.3
hal
yang harus diperhatikan saat menulis
1) kohesi
2) koherensi
3) pengembangan
4) penulisan
kaliamat
3.1.4
kegiatan
setelah menulis
1) revisi
2) renungan
3) akan
memutusan menulis lagi ataukah berhenti menulis
3.1.5
modal
menjadi sastrawan
Kemampuan yang harus
dimiliki seorang penulis adalah bakat (meskipun tidak mutlak), bekerja keras, keberanian,
keyakinan tentang apa yang ditulis adalah benar dan perlu, dapat memandang
sesuatu secara proporsional, dapat berfikir logis, bertanggung jawab,terhadap
apa yang dikemukakan, dapat mengkritik diri sendiri, peka terhadap apa yang
terjadi dalam masyarakat. Selain itu, seorang penulis juga memerlukan kemampuan
menemukan masalah yang akan ditulis.
sumber :
No comments:
Post a Comment