“Evaluasi
Metode Pembelajaran Membaca yang Menyenangkan Bagi Peserta Didik”
Oleh :
1.
Abdul Majid
2.
Ade Fahmi Alamsyah
3.
Ibnu Mubarok
4.
Rali Padli
5.
Risky Pujiono
6.
Romanto
7.
Rudiyanto
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
NAHDLATUL
ULAMA INDRAMAYU
(STKIP
NU INDRAMAYU)
SK
DIRJEND DIKTI NO. 439/E/O/2012
Tahun
2017
“Evaluasi Metode Pembelajaran Membaca yang Menyenangkan
Bagi
Peserta Didik”
Pembelajaran
pada hakikatnya merupakan penyediaan sistem lingkungan
yang mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri siswa dengan
mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan potensi yang ada pada diri siswa
tersebut. Dengan demikian, guru diibaratkan sebagai sutradara seyogyanya
merencanakan dengan matang skenario dalam RPP agar siswa beraktivitas tinggi
melalui penalaran, mencoba, eksplorasi, konjektur, hipotesis, generalisasi,
inkuiri, komunikasi, kolaborasi, dan pemecahan masalah. Pada proses
pembelajaran hindari perilaku siswa hanaya bertindak sebagai penonton dan bersikap menerima. Agar siswa bisa berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran sehingga menciptakan suasana kondusif, nyaman, dan menyenangkan.
Pembelajaran adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja
dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam
kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu,
pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. (Corey, 1986:195)
Belajar bahasa
pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi, baik
lisan maupun tulis (Depdikbud, 1995). Hal ini relevan dengan kurikulum 2004
bahwa kompetensi belajar bahasa diarahkan ke dalam empat subaspek, yaitu
membaca, berbicara, menyimak, dan mendengarkan. Sedangkan tujuan pembelajaran bahasa, menurut Basiran (1999) adalah
keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi. Kemampuan yang
dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan
mengekspresikan diri dengan berbahasa. Kesemuanya itu dikelompokkan menjadi
kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan. Selain itu ada juga 4 keterampilan berbahasa, yaitu mendengar, berbicara,
membaca dan menulis.
Hodgson
(Tarigan, 1994 : 7) mengatakan bahwa membaca adalah merupakan suatu proses yang
dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak
disampaikan penulis melalui bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar
kelompok kata yang merupakan satu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan
sekilas dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Jika
hal ini tidak terpenuhi, maka kesan yang tersurat dan tersirat akan tertangkap
atau dipahami dan proses membaca ini tidak akan terlaksana dengan baik.
Secara umum, terdapat dua faktor
yang mempengaruhi tinggi rendahnya minat baca siswa yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri
siswa, seperti pembawaan, kebiasaan dan ekspresi diri. Sementara faktor
eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa atau faktor
lingkungan, baik dari lingkungan keluarga, tentangga maupun lingkungan sekolah.
Faktor eksternal ini mempengaruhi adanya motivasi, kemauan, dan kecenderungan
untuk selalu membaca.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui sejauh
mana siswa mampu menguasai pembelajaran membaca di sekolah mereka. Apakah
mereka tertarik dengan metode pembelajaran membaca di sekolahnya ? Apakah
mereka merasa bosan dengan metode pembelajaran membaca yang dianggap
membosankan ?
Dari hasil penelitian melalui
kegiatan wawancara terhadap 10 siswa SMA/SMK kelas 11, ternyata mayoritas dari
sejumlah siswa tidak menyukai metode pembelajaran membaca di sekolah mereka,
bahkan ada sebagian dari mereka yang tidak suka membaca. Hal ini dikarenakan
metode pembelajaran di sekolah mereka terlalu monoton. Guru hanya masuk ke
kelas, kemudian menyuruh siswa membaca buku bacaan, setelah itu guru langsung
memberikan tugas merangkum isi bacaan. Memang ada beberapa guru yang
benar-benar memberikan penjelasan, tapi penjelasan itu terkesan seperti
ceramah, sehingga peserta didik tidak bisa berekspresi dan tidak bisa berinteraksi dengan gurunya. Selain itu, ada juga beberapa
siswa yang menilai pembelajaran membaca itu sangat membosankan jika hanya di
dalam kelas, mereka menginginkan sesekali metode pembelajaran dilakukan di luar
kelas agar siswa bisa lebih mudah untuk berinteraksi dengan lingkungan dan alam
sekitarnya.
Proses pembelajaran di
sekolah masih terkesan membosankan. Pada proses pembelajaran di sekolah,
terutama pembelajaran membaca, tidak harus dilakukan di dalam kelas. Guru juga
bisa melakukan metode terbuka di luar kelas agar siswa berinteraksi dengan alam
kemudian kita menyuruh siswa untuk menuangkan ide dan gagasan yang mereka dapat
dari lingkungan untuk dituangkan atau diekspresikan ke dalam bentuk tulisan.
Metode ceramah pada saat proses pembelajaran juga seharusnya sudah dikurangi
oleh guru. Berikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan gurunya.
No comments:
Post a Comment