DisusunOleh :
Sintiyah
Siti Fatonah
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah Swt. sebab karena rahmat dan nikmat-Nyalah kami dapat
menyelesaikan sebuah tugas makalah yang berjudul “Unsur-unsur Pembangun Sastra (Drama)”
Makalah
ini kami buat untuk menyelesaikan tugas awal semester dari dosen yang
bersangkutan agar memenuhi tugas yang telah ditetapkan, dan juga agar setiap
mahasiswa dapat terlatih dalam pembuatan makalah.
Adapun
sumber-sumber dalam pembuatan makalah ini, didapatkan melalui media internet. Kami
sebagai penyusun makalah ini, sangat berterima kasih kepada penyedia sumber
walau tidak dapat secara langsung untuk mengucapkannya.
Kami menyadari
bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan, begitu pun dengan kami yang masih
seorang mahasiswa. Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih banyak sekali
kekurangan-kekurangan yang ditemukan, oleh karena itu kami mengucapkan mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Kami mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Penulisan
Sastra merupakan cabang seni yang
mengalami proses pertumbuhan sejalan dengan perputaran waktu dan perkembangan pikiran
masyarakat. Demikian pula Sastra Indonesia terus berkembang sesuai dengan
tuntutan zaman, karena sastra adalah produk (sastrawan) yang lahir dengan
fenomena-fenomena yang ada dalam kehidupan masyarakat.
Salah satu jenis karya sastra adalah
drama. Drama merupakan karya sastra rekaan hasil perenungan seorang pengarang
atas suatu keadaan atau peristiwa yang diamati, dihayati, atau dialaminya. Cetusan
ide atau hasil perenungan tersebut dikemas dalam bahasa yang padat dan
indah. Sebagai salah satu karya sastra, drama mempunyai dunia sendiri,
yang dibangun oleh unsur-unsur yang memiliki perpaduan seperti tema, alur atau
plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, amanat, dan gaya bahasa, yang
selanjutnya disebut dengan unsur intrinsik. Karya sastra (drama)
selain menghibur dengan cara menyajikan keindahan, juga memberikan suatu yang
bermakna bagi kehidupan.
1.2
Rumusan Masalah
Penulisan
Adapun rumusan masalah yang akan kita bahas dari permasalahan di
atas adalah sebagai berikut :
1.
Apa pengertian drama?
2.
Apa saja ciri-ciri drama ?
3.
Apa saja unsur-unsur drama ?
4.
Apa saja jenis-jenis drama ?
5. Apa
saja hal-hal yang harus diperhatikan dalam sebuah drama ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini yaitu :
1.
Dapat mengetahui
pengertian drama
2.
Dapat mengetahui ciri-ciri
drama
3.
Dapat mengetahui
unsur-unsur drama
4.
Dapat mengetahui
jenis-jenis drama
5.
Dapat mengetahui hal-hal
yang harus diperhatikan dalam sebuah drama
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Drama
Istilah drama berasal dari bahasa Yunani “droomai” yang
berarti berbuat. Pengertian drama adalah pertunjukan
cerita atau lakon kehidupan manusia yang dipentaskan. Drama ialah aksi mimetic
(peniruan), yaitu aksi yang meniru atau mewakilkan perlakuan manusia. Menurut
Aristotle, drama ialah peniruan kehidupan, sebuah cermin budaya, dan suatu
bayangan kebenaran.
Dalam buku The American College Dictionary, drama didefinisikan sebagai karangan prosa dan puisi yang menyajikan dialog, pantomin atau cereka yang mengandungi konflik untuk dipentaskan. Drama sebagai komposisi prosa boleh disesuaikan untuk disaksikan di atas pentas yang ceritanya disampaikan melalui dialog dan aksi, dan dipersembahkan dengan bantuan gerak, kostum dan latar hiasan seperti kehidupan yang sebenarnya. Bagi Aristotle, plot merupakan penggerak utama sebuah drama dan drama harus dibina dari tiga kesatuan, yaitu aksi, tempat, dan masa. Elemen-elemen inilah yang menyebabkan drama menjadi sebagian dari cabang sastra. Selain elemen sastra, drama juga merangkumi elemen-elemen seni yang lain seperti lakon, seni musik, seni busana dan seni tari.
Dalam buku The American College Dictionary, drama didefinisikan sebagai karangan prosa dan puisi yang menyajikan dialog, pantomin atau cereka yang mengandungi konflik untuk dipentaskan. Drama sebagai komposisi prosa boleh disesuaikan untuk disaksikan di atas pentas yang ceritanya disampaikan melalui dialog dan aksi, dan dipersembahkan dengan bantuan gerak, kostum dan latar hiasan seperti kehidupan yang sebenarnya. Bagi Aristotle, plot merupakan penggerak utama sebuah drama dan drama harus dibina dari tiga kesatuan, yaitu aksi, tempat, dan masa. Elemen-elemen inilah yang menyebabkan drama menjadi sebagian dari cabang sastra. Selain elemen sastra, drama juga merangkumi elemen-elemen seni yang lain seperti lakon, seni musik, seni busana dan seni tari.
2.2 Ciri-ciri Drama
Pada umumnya, drama mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Drama merupakan prosa modern yang dihasilkan sebagai naskah
untuk dibaca dan dipentaskan.
2. Naskah drama boleh berbentuk prosa atau puisi
4.
Pemikiran dan gagasan
pengarang disampaikan melalui dialog watak-wataknya.
5.
Konflik ialah unsur penting
dalam drama. Konflik digerakkan oleh watak-watak dalam plot, elemen penting
dalam sebuah skrip drama.
6.
Sebuah skrip yang tidak
didasari oleh konflik tidak dianggap sebuah drama yang baik.
7.
Gaya bahasa dalam sebuah
drama juga penting kerana ia menunjukkan latar masa dan masyarakat yang
diwakilinya, sekaligus drama ini mencerminkan sosiobudaya masyarakat yang
digambarkan oleh pengarang.
2.3 Unsur-unsur Drama
Unsur dalam drama dapat diklasifikasikan menjadi dua
unsur yaitu unsur intrinsik (unsur dalam) dan unsur ektrinsik (unsur
luar). Unsur intrinsik atau disebut juga unsur dalam adalah unsur yang
tidak tampak.
2.3.1 Unsur
Instrinsik
Unsur intrinsik (unsur dalam) diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Tokoh
Tokoh adalah individu atau seseorang yang menjadi
pelaku cerita. Pelaku cerita atau pemain drama disebut aktor (pria) dan aktris
(wanita). Tokoh dalam cerita fiksi atau drama berkaitan dengan nama, usia,
jenis kelamin, tipe fisik, jabatan, dan keadaan kejiwaan.
Tokoh dalam drama diklasifikasikan menjadi:
a. Berdasarkan sifatnya, tokoh diklasifikasikan
sebagai berikut:
1.
Tokoh protagonist yaitu
tokoh utama yang mendukung cerita.
2.
Tokoh antagonis yaitu tokoh
penentang cerita. Biasanya ada seorang tokoh utama yang menetang cerita.
3.
Tokoh tritagonis yaitu
tokoh pembantu, baik untuk tokoh protagonis maupun tokoh antagonis.
b. Berdasarkan peranannya, tokoh diklasifikasikan sebagai berikut:
1.
Tokoh sentral yaitu tokoh
yang paling menentukan dalam drama. Tokoh sentral merupakan penyebab terjadinya
konflik. Tokoh sentral meliputi tokoh protagonis dan tokoh antagonis.
2.
Tokoh utama yaitu tokoh
pendukung atau penentang tokoh sentral. Dapat juga
sebagai perantara tokoh sentral atau dalam hal ini adalah tokoh tritagonis
3.
Tokoh pembantu tokoh-tokoh
yang memegang peran pelengkap atau tambahan dalam mata rangkai cerita.
Kehadiran tokoh pembantu ini menurut kebutuhan cerita saja. Jadi tidak semua
drama menampilkan kehadiran tokoh pembantu
Contoh:
Dalam cerita Romeo dan Juliet tokoh protagonis yang sekaligus juga tokoh sentral adalah Romeo dan Juliet. Tokoh utama sekaligus juga tokoh tritagonis adalah pendeta Lorenso dan wakil keluarga Capulet. Tokoh-tokoh lain, seperti tentara pangeran, inang, wakil-wakil Montage, dan wakil-wakil Capulet yang lain adalah tokoh-tokoh pembantu.
Dalam cerita Romeo dan Juliet tokoh protagonis yang sekaligus juga tokoh sentral adalah Romeo dan Juliet. Tokoh utama sekaligus juga tokoh tritagonis adalah pendeta Lorenso dan wakil keluarga Capulet. Tokoh-tokoh lain, seperti tentara pangeran, inang, wakil-wakil Montage, dan wakil-wakil Capulet yang lain adalah tokoh-tokoh pembantu.
2. Perwatakan atau Penokohan
Perwatakan
disebut juga penokohan. Perwatakan atau Penokohan adalah penggambaran efek
batin seseorang tokoh yang disajikan dalam cerita. Penggambaran itu berdasarkan
keadaan fisik biasanya dilukiskan paling awal, baru kemudian sosialnya.
Pelukisan watak tokoh dapat dilihat langsung pada dialog yang mewujudkan watak
dan perkembangan lakon.
3. Setting
Setting
diciptakan penulis/pengarang untuk memperjelas satuan peristiwa dalam cerita
agar menjadi logis atau konkretisasi sebuah tempat agar penonton dan pembaca mempunyai pembayangan yang tepat
terhadap berlangsungnya suatu peristiwa. Selain itu, setting juga diciptakan
untuk menggerakkan emosi atau kejiwaan pembaca atau penonton. Secara emotif
penonton atau pembaca diharapkan mempunyai daya khayal yang lebih dalam sesuai
dengan kedalaman-kedalaman pengalaman berpikirnya. Misalnya pelaku yang berada
di antara deretan pedagang-pedagang kaki lima, bukan di sebuah plaza atau
supermarket, pembaca atau penonton akan menagkap kesan kesedihan, bahkan
kemiskinan. Setting atau tempat kejadian cerita sering disebut juga latar
cerita.
4. Tema
Tema
merupakan gagasan pokok atau ide yang mendasari pembuatan sebuah drama. Tema
dalam drama dikembangkan melalui alur, tokoh-tokoh dan perwatakan yang
memungkinkan adanya konflik, dan ditulis dalam bentuk dialog. Tema yang bisa
diangkat dalam drama adalah masalah percintaan, kritik sosial, kemiskinan,
kesenjangan sosial, penindasan, ketuhanan, keluarga yang retak, patriotisme,
dan renungan hidup.
5. Alur atau plot
Alur atau
plot adalah jalan cerita. Dalam alur sebuah naskah drama bukan permasalahan
maju-mundurnya sebuah cerita seperti yang dimaksudkan dalam karangan prosa,
tetapi alur yang membimbing cerita dari awal hingga tuntas. Dimulai dengan
pemaparan (perkenalan awal tokoh dan penokohan), adanya masalah (konflik),
konflikasi (masalah baru), krisis (pertentangan mencapai titik puncak-klimak
s.d. antiklimaks), resolusi (pemecahan masalah), dan ditutup dengan ending
(keputusan). Ada pula yang menggambarkan alur dalam sebuah naskah drama itu
pemaparan-masalah-pemecahan masalah atau resolusi-keputusan.
6. Amanat atau pesan pengarang
Seorang
pengarang drama baik sadar atau tidak sadar pasti menyampaikan amanat dalam
karyanya. Amanat adalah pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca atau
penonton melalui karyanya. Amanat yang hendak disampaikan pengarang melalui
drama harus ditentukan atau dicari sendiri oleh pembaca atau penonton. Setiap
pembaca atau penonton dapat berbeda-beda dalam menafsirkan amanat drama. Amanat
bersifat kias subjektif dan umum, sedangkan tema bersifat lugas, objektif, dan
khusus. Amanat sebuah drama akan lebih mudah ditafsirkan, jika drama itu dipentaskan.
Amanat biasanya memberikan manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Amanat drama
selalu berhubungan dengan tema drama.
2.3.2 Unsur ekstrinsik
Merupakan unsur yang datang dari luar namun mempengaruhi sebuah cerita yang disajikan. Artinya, unsur-unsur ekstrinsik tidak terlibat pada jalannya cerita, namun keberadaan unsur ini sangat mempengaruhi perkembangan sebuah cerita. Oleh karena itu, dapat dijumpai kasus sebuah drama yang terbengkalai dikarenakan oleh faktor ini. Yang termasuk unsur ekstrinsik sebuah drama yaitu:
1.
Faktor ekonomi
2.
Faktor politik
3.
Faktor sosial- budaya
4.
Faktor pendidikan
5.
Faktor kesehatan
6.
Faktor psikologis pemain
dan kru
7.
Kebijakan pemerintah
2.4 Jenis-jenis Drama
Jenis-jenis drama dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1.
Berdasarkan isi ceritanya.
a. Drama tragedi (drama duka)
Tragedi atau drama duka adalah drama yang melukiskan
kisah sedih yang besar dan agung. Tokoh-tokohnya terlibat dalam bencana atau
masalah yang besar. Drama tragedy menceritakan pertentangan antara tokoh
protagonist dengan kekuatan dari luar atau tokoh lainnya. Pertentangan ini
berakhir dengan keputusan, kehancuran, atau kematian tokoh protagonis.
Contoh:
Drama Romeo dan Juliet, film Ttitanic.
Drama Romeo dan Juliet, film Ttitanic.
b. Melodrama
Melodrama adalah drama yang sangat menyentuh perasaan
(sentimental), mendebarkan hati, dan mengharukan. Ceritanya dilebih-lebihkan
sehingga kurang meyakinkan penonton. Tokoh-tokoh dalam melodrama adalah
tokoh-tokoh yang hitam putih dan bersifat tetap (stereotip). Seorang
tokoh jahat adalah seluruh wataknya jahat, tidak ada sisi baik sedikitpun. Sebaliknya,
tokoh hero atau tokoh protagonist adalah tokoh pujaan yang luput dari
kekurangan, kesalahan, dan tindak kejahatan. Tokoh hero ini pada akhirnya akan
memenagkan peperangan, masalah, atau persaingan yang ada. Tokoh-tokoh dalam
melodrama dilukiskan pasrah atau menerima nasibnya terhadap apa yang terjadi.
Biasanya sinentron dan film Indonesia merupakan melodrama.
Contoh:
Film Ada Apa Dengan Cinta, sinetron Cinta Fitri.
c. Komedi (drama ria)
Komedi adalah drama ringan yang sifatnya menghibur dan
di dalamnya terdapat dialog kocak yang bersifat menyindir dan biasanya berakhir
dengan kebahagiaan. Drama komedi menampilkan tokoh tolol, konyol, atau tokoh
bijaksana tapi lucu. Penilaian penonton terhadap drama komedi dapat berbeda.
Ada yang dapat tertawa saat menonton drama komedi, ada juga yang tidak.
Perbedaan penilaian ini disebabkan oleh perbedaan budaya dan pengalaman.
Penonton yang pernah mengalami peristiwa yang diceritakan dalam drama komedi
akan tertawa jika melihat drama tersebut.
Contoh:
Film Mister Bean, sinetron Bajaj Bajuri
d. Dagelan
Dagelan adalah drama kocak dan ringan. Isi cerita
dagelan biasanya kasar, lentur, dan vulgar. Dalam dagelan tidak terdapat
kesetiaan terhadap alur cerita. Irama permainan dapat melantur dan ketetapan
waktu tidak dipatuhi. Tokoh-tokoh dalam dagelan mempunyai watak yang
berubah-ubah dari awal sampai akhir. Tokoh yang serius dapat berubah secara
tiba-tiba menjadi kocak. Dagelan disebut juga banyolan, sering disebut tontonan
konyol atau tontonan murahan.
Contoh:
Teater Srimulat, Ketoprak Humor, Opera Van Java, dan Opera Anak
Teater Srimulat, Ketoprak Humor, Opera Van Java, dan Opera Anak
2.
Berdasarkan cara penyajianya
a. Closed Drama (drama untuk dibaca)
Closed drama adalah drama yang dibuat hanya untuk
dibaca dan hanya indah untuk dibaca. Closed drama mempunyai dialog-dialog yang
panjang dan menggunakan bahasa yang indah. Dialog-dialog yang digunakan tidak
mencerminkan percakapan sehari-hari sehingga sulit dipentaskan.
b. Drama treatikal (Drama yang dipentaskan)
Drama treatikal adalah drama yang dapat dipentaskan.
Drama treatikal dipentaskan di atas pentas atau panggung.
c. Drama radio
Drama radio adalah drama yang ditayangkan atau
dipentaskan melalui radio. Drama radio mementingkan dialog yang diucapkan
melalui media radio. Drama radio biasanya direkam melalui kaset. Misalnya,
selingan music, sound effect, dan jenis suara. Adegan dan babak dalam drama
radio dapat diganti sebanyak mungkin karena tidak perlu menyiapkan pergantian
dekor. Misalnya sahur sepuh.
d. Drama televisi
Drama televisi adalah drama yang ditayangkan atau
dipentaskan melalui media televisi. Drama televisi berbentuk scenario. Drama
televisi ditampilkan dalam bentuk film, sinetron, atau telenovela.
3.
Berdasarkan bentuknya
a. Sandiwara
Sandiwara berasal dari dua kata bahasa Jawa, yaitu sandi
yang berarti rahasia dan warah yang berarti ajaran. Sandiwara berarti
suatu pengajaran yang diberikan secara rahasia dalam bentuk tontonan.
b. Teater rakyat
Teater rakyat adalah segala jenis tontonan yang
dipertunjukan di depan orang banyak dan bersifat kerakyatan. Seperti Ketoprak
dari Jawa, Ludruk dari Jawa Timur, Arja dari Bali, Lenong dari Jakarta, dan
sebagainya.
c. Opera
Opera adalah drama yang berisikan nyanyian dan musik
pada saat pementasanya. Nyanyian digunakan sebagai dialog. Opera sering disebut
drama musikal.
d. Sendratari
Sendratari adalah seni drama tari atau drama tanpa
dialog dari pemainanya. Suasana dan adegan dinyatakan dengan gerak yang
berunsur tari. Sendratari sebagian besar diangkat dari cerita-cerita klasik,
seperti Ramayana dan Mahabarata.
e. Pantomim
Pantomim adalah pertunjukan drama tanpa kata-kata yang
hanya dimainkan dengan gerak dan ekspresi wajah biasanya diiringi musik.
f. Operet atau Operette
Operet adalah opera yang ceritanya lebih pendek.
g. Tableau
Tableau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi
oleh gerak-gerik anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya. Atau drama tanpa
kata-kata, dan pelaku hanya mengandalkan gerak patah-patah.
h. Passie
Passie adalah drama yang mengandung unsur agama atau
religius.
i. Wayang
Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka
wayang.
j. Minikat
Drama dengan cakapan singkat yang mengandalkan gerak
treatikal.
4.
Menurut masanya drama dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu drama baru dan
drama lama.
a. Drama Baru (Modern)
Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk
memberikan pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia
sehari-hari.
b. Drama Lama (Klasik)
Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya
menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istana atau kerajaan, kehidupan
dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain sebagainya.
2.5 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam
Pementasan Drama
Di dalam pementasan drama ini ada beberapa
istilah-istilah yang perlu diketahui, yaitu:
1. Prolog yaitu kata–kata pembukaan dalam suatu pementasan drama
2. Epilog yaitu kata-kata penutup dalam suatu pementasan drama yang
berisikan pesan, kesimpulan, dan amanat.
3. Monolog yaitu berbicara sendiri dalam suatu pementasan drama.
4. Dialog yaitu bagian dari naskah drama atau percakapan para
pemain.
Selain
itu, hal-hal lain yang perlu diperhatikan adalah:
a.
Tata panggung
Sesuaikah tata panggung dengan tema tersebut? Misalnya
tema tentang keadaan perang, tentu saja tata panggung harus bisa menggambarkan
hal itu.
b.
Pemeran
Pemeran sangat memengaruhi berhasil tidaknya suatu
pertunjukan drama. Pemeran harus mampu menampilkan watak dari tokoh yang
diperankannya.
c.
Kostum
Kostum akan mendukung pementasan tersebut. Pemilihan
kostum harus sesuai karakter tokoh yang diperankannya.
d.
Suara
Suara sangat memengaruhi kelancaran suatu pementasan.
Suara dapat berupa vokal si pemain ataupun musik yang mengiri pementasan itu.
Penggunaan pengeras suara sangat diperlukan jika pemain tidak dapat bersuara
secara lantang dan jelas.
PENUTUP
3.1 Simpulan
1.
Pengertian drama adalah pertunjukan cerita atau lakon kehidupan
manusia yang dipentaskan
2.
Salah satu ciri drama ialah drama terdiri dari
dialog yang disusun oleh pengarang dengan watak yang
diwujudkan/diperankan.
3.
Unsur dalam drama dapat diklasifikasikan
menjadi dua unsur yaitu unsur intrinsik (unsur dalam) dan unsur ektrinsik
(unsur luar). Unsur intrinsik atau disebut juga unsur dalam adalah
unsur yang tidak tampak.
4.
Jenis drama
1)
Berdasarkan isi ceritanya : Drama tragedy
(drama duka), Melodrama, Komedi (drama ria), Dagelan
2)
Berdasarkan cara penyajianya : Closed Drama
(drama untuk dibaca), Drama treatikal (Drama yang dipentaskan), Drama radio,
Drama televisi
3)
Berdasarkan bentuknya : Sandiwara, Teater
rakyat, Opera, Sendratari, Pantomim, Operet atau Operette, Tableau, Passie,
Wayang, Minikat
4)
Menurut masanya drama dapat dibedakan dalam dua
jenis, yaitu drama baru dan drama lama.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pementasan sebuah drama yaitu: Prolog, Epilog, Monolog, Dialog, Tata panggung,
Pemeran, Kostum, dan Suara.
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembacanya, dan semoga ke depannya kami sebagai penulis akan lebih baik lagi
dalam penulisan materi dan penyampaian materi, agar apa yang kami sampaikan
mudah dipahami oleh peserta diskusi.
Terimakasih atas ilmunya
ReplyDeleteTeriam aksih atas bantuannya semoga saya akan lebih baik lagi dalam mengerjakan tugas-tugas saya
ReplyDelete