Disusun
oleh KELOMPOK 1 :
Fikriyatul
Ilmiyati
Dewi
Dwiyanti
Depi
Widayanti
Osalasin
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji
syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah Swt karena berkat rahmat, karunia serta
taufik dan hidayah-Nya,
penyusun
dapat menyelesaikan makalah Fonologi. Makalah ini dibuat dalamrangka memenuhi tugas mata
kuliah Fonologidengan judul
”Fonemik”.
Penyusunan makalah ini, penyusun mendapat masukan dan
bimbingan dari berbagai pihak sehingga makalah ini bisa selesai. Pada kesempatan ini penyusun
mengucapkanterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Penyusun
mengharapkan
kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi lebih
baik laginya makalah ini.
Akhir kata, penyusun berharap
agar makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.
Indramayu, 11 Oktober 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan
Fonemik adalah bidang linguistik
yang mempelajari bunyi bahasa tanpa dengan memperhatikan apakah bunyi tesebut
mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Sebagai mana diketahui bahwa
fonemik sacara fungsional dipertentangkan dengan fonetik, karena fonemik
mengkhususkan perhatianya pada makna yang ditimbulkan oleh sebuah bunyi bahasa
ketika dituturkan sedangkan fonetik hanya memfokuskan bagaimana bunyi bahasa
dapat dituturkan secara benar baik dari segi cara maupun dari segi tempat
artikulasinya.
Dibidang
fonemik kita akan mempelajari tentang perbedaan makna yang ditimbulkan oleh
perbedaan cara penuturan dalam suatu bunyi bahasa. Hal ini sangat penting
karena dalam pembelajaran bahasa khususnya bahasa Indonesia kita akan
dihadapkan pada berbagai masalah bunyi-bunyi bahasa yang secara sepintas sama
akan tetapi sangat berbeda dari segi makna yang ditimbulkannya.
1.2 Rumusan Masalah Penulisan
1.
Apa pengertian fonem dan alofon ?
2.
Apa saja fonem bahasa indonesia ?
3.
Bagaimana Fonem fonem bahasa
indonesia harus direalisasikan ?
4.
Apa yang dimaksud dengan gugus fonem
dan deret fonem ?
5.
Apa yang dimaksud dengan distribusi
fonem bahasa indonesia ?
6.
Penyebab apa saja yang mempengaruhi perubahan bunyi atau fonem ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.
Menjelaskan pengertian fonem dan
alofon.
2.
Mengetahui apa saja fonem bahasa
indonesia.
3.
Mengetahui cara merealisasikan
fonem-fonem bahasa indonesia.
4.
Mengetahui pengertian dari gugus
fonem dan deret fonem.
5.
Mengetahui arti dari distribusi
fonem bahasa indonesia.
6.
Mengetahui penyebab perubahan bunyi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 FONEM
Kajian
fonetik adalah bunyi bahasa atau fon, sedangkan objek kajian fonemik adalah
fonem. Memang banyak versi mengenai definisi atau konsep fonem. namun, intinya
adalah suatu kesatuan bunyi terkecil yang dapat membedakan makna kata. Kalau
kita ingin mengetahui sebuah bunyi adalah fonem atau bukan, kita harus mencari
yang disebut pasangan minimal atau minimal pair, yaitu dua buah bentuk yang
bunyinya mirip dan hanya sedikit berbeda. Misalnya, pasangan kata paku dan
baku. Kedua kata ini mirip sekali, masing-masing terdiri dari empat buah bunyi.
Kata paku terdiri dari [p], [a], [k], dan [u]. Sedangkan kata baku terdiri dari
bunyi [b], [a], [k], [u]. Jadi, pada pasangan paku dan baku terdapat tiga buah
bunyi yang sama, yaitu bunyi kedua, ketiga, dan keempat. Yang berbeda hanya
bunyi yang pertama, yaitu bunyi [p], [a], [k], [u].
2.1.2 ALOFON
Alofon adalah pembedaan realisasi pelafazanfonem karena posisi yang berbeda
dalam kata.
Misalkan fonem /b/ dalam bahasa Indonesia dilafalkan
pada posisi awal ("besar") dan tengah ("kabel") berbeda
dengan fonem ini pada posisi akhir ("jawab").
Kalau
kita melihat kembali pembicaraan mengenai vokal maka kita melihat bahwa bunyi
vokal depan tinggi ada dua, yaitu: vokal depan tinggi atas [i] dan vokal depan
tinggi bawah [I]. begitu juga vokal belakang tinggi ada dua, yaitu: vokal
belakang tinggi atas [u]dan vokal belakang tinggi bawah [U]. demikianjuga vokal
belakang sedang ada dua, yaitu vokal belakang sedang atas [o] dan vokal
belakang sedang bawah [כ].
Persoalan
kita sekarang apakah
bunyi vokal [i] dan vokal [I] dua buah fonem atau sebuah fonem. Atau kita menggunakan cara
dengan mencari pasangan minimal untuk kedua bunyi vokal itu dalam bahasa
Indonesisa ternyata sampai saat ini tidak ada. Yang menjadi kenyataan adalah
bahwa kedua vokal itu, [i] dan [I] memiliki distribusi yang berbeda.Vokal [i]
menempati posisi pada silabels (suku kata) terbuka, silabel yang tidak memiliki
koda, sedangkan vokal [I] menempati silabel yang mempunyai koda. Simak:
Vokal
[i] pada kata [ini]; [titi]; dan [isi]
Vokal
[I] pada kata [b∂nIh]; [batik]; dan [tasIk]
Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa:
a.
Vokal
[i] dan [I] bukanlah merupakan dua fonem, melainkan cuma anggota darisebuah
fonem yang sama yaitu fonem /i/
b.
Vokal [i] dan vokal [I] distribusinya tidak
sama: vokal [i] berdistribusi pada silabel terbuka atau silabel tidak berkoda;
sedangkan vokal [I] berdistribusi pada silabel tertutup atau silabel berkoda.
c.
Vokal
[i] dan vokal [I] memiliki distribusi komplementer, berdistribusi yang saling
melengkapi.
Analog dengan kasus vokal
[i] dan vokal [I], maka dapat dikatakan vokal [u] dan vokal [U] juga merupakan
anggota dari satu fonem yang sama, yaitu fonem /u/, yang juga berdistribusi
secara komplementer. Vokal [u] untuk silabel terbuka (tak berkoda), dan vokal
[U] untuk silabel tertutup (berkoda). Seperti yang tertera dibawah ini, yaitu
sebagai berikut:
Vokal [u] pada kata
[buku]; [ibu]; dan [itu]
Vokal [U] pada kata [akUr];
[libUr]; dan [atUr]
Hal yang sama terjadi juga pada kasus vokal
[o] dan vokal [כ]. Dimana vokal [o] untuk silabel terbuka, seperti pada kata
[took] dan [bodo], sedangkan vokal [כ] untuk silabel tertutup seperti [tכkכh] dan [bכdכh].
Vokal-vokal yang menjadi anggota dari
sebuah fonem, seperti [u] dan [U] untuk fonem /u/ disebut dengan istilah alofon.Dengan
demikian kalau dibalik, bisa dikatakan alofon adalah anggota dari sebuah
fonem atau varian dari sebuah fonem.
Dari pembicaraan tentang fonem dan alofon diatas, dapat dikatakan bahwa fonem
merupakan konsep abstrak karena kehadirannya dalam ujaran dia diwakili oleh
alofon yang sifatnya konkrit, dapat diamati (didengar) secara empiris. Jadi,
misalnya fonem /i/ pada kata diwakili oleh alofon [i], karena lafal kata itu
adalah [tani], sedangkan pada kata diwakili oleh alofon [I], karena lafalnya
adalah [tarIk]. Contoh fonem /k/ pada kata diwakili oleh alofon [k] karena
lafalnya adalah [baku], sedangkan pada kata diwakili oleh alofon [?] karena
lafalnya [bapa?]
Perkataan
lain, fonem /i/ direalisasikan oleh alofon [i] dan alofon [I], fonem /u/
direalisasikan oleh alofon [u] dan alofon [U], sedangakan fonem /o/
direalisasikan oleh alofon [o] dan alofon [כ].
2.2 FONEM BAHASA
INDONESIA
a.
Fonem
Vokal
Nama-nama fonem vokal yang ada dalam bahasa
Indonesia yaitu sebagai berikut:
1.
/i/
vokal depan, tinggi, tak bundar
2.
/e/
vokal depan, sedang, atas, tak bundar
3.
/a/
vokal depan, rendah, tak bundar
4.
/∂/
vokal tengah, sedang tak bundar
5.
/u/
vokal belakang, atas, bundar
6.
/o/
vokal belakang, sedang, bundar
Status fonem-fonem vokal itu dapat dibuktikan
dengan pasangan minimal berikut ini:
Fonem
|
Posisi dalam kata
|
||
Awal
|
Tengah
|
Akhir
|
|
/i/
/e/
/a/
/∂/
/u/
/o/
|
ikan x akan
enak x anak
alam x ulam
∂raŋ x araŋ
udaŋ x adaŋ
onak x anak
|
makin x makan
raket x rakit
alih x alah
k∂ra x kira
kasur x kasar
kaloŋ x kalaŋ
|
dari x dara
sate x satu
para x pari
-
labu x laba
toko x tokoh
|
b.
Fonem
Diftong
Fonem diftong yang ada dalam bahasa Indonesia
adalah fonem diftong /ay/, diftong /aw/ dan diftong /oy/. Ketiganya dapat
dibuktikan dengan pasangan minimal.
/ay/ gulai x gula (gulay x gula)
/aw/ pulau x pula (pulaw x pul )
/oi/ sekoi x seka (skoy x seka)
c.
Fonem
Konsonan
Nama-nama
fonem konsonan bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
1.
/b/
konsonan bilabial, hambat, bersuara.
2.
/p/
konsonan bilabial, hambat, tak bersuara.
3.
/m/
konsonan bilabial, nasal.
4.
/w/
konsonan bilabial, semi vocal.
5.
/f/
konsonan labiodentals, geseran, tak bersuara.
6.
/d/
konsonan apikoalveolar, hambat,
bersuara.
7.
/t/
konsonan apikoaveolar, hambat, tak bersuara.
8.
/n/
konsonan apikoaveolar, nasal.
9.
/t/
konsonan apikoaveolar, sampingan.
10. /r/ konsonan apikoaveolar, getar.
11. /z/ konsonan laminoalveolar, geseran,
bersuara.
12. /s/ konsonan laminoalveolar, geseran, tak
bersuara.
13. /∫/ konsonan laminopalatal, geseran, bersuara.
14. /ñ/ konsonan laminopalatal, nasal.
15. /j/ konsonan laminopalatal, paduan, bersuara.
16. /c/ konsonan laminopalatal, paduan, tak
bersuara.
17. /y/ konsonan laminopalatal, semivokal.
18. /g/ konsonan
dorsevelar, hambat, bersuara.
19. /k/ konsonan dorsevelar, hambat, tak bersuara.
20. /ŋ/ konsonan dorsevelar, nasal.
21. /x/ konsonan dorsevelar, geseran, bersuara.
22. /h/ konsonan laringal, geseran, bersuara.
23. /?/ konsonan glottal, hambat.
2.3 REALISASI FONEM BAHASA
INDONESIA
Realisasi fonem vokal
1.
Fonem
/i/
Mempunyai dua macam realisasi, yaitu
pertama direalisasikan sebagai bunyi [i] apabila berada pada silabel terbuka
atau silabel tak berkoda seperti pada kata <kini> dan <sapi>.
Kedua, direalisasikan sebagai bunyi [I] apabila berada pada silabel tertutup
atau silabel berkoda seperti pada kata <batik> dan <irik>.
2.
Fonem
/e/
Mempunyai dua macam realisasi.
Pertama, direlisasikan sebagai bunyi [e] apabila berada pada silabel terbuka,
seperti pada kata <sate> dan <berabe>. Kedua, direalisasikan
sebagai bunyi [ɛ] apabila berada pada silabel tertutup, seperti pada kata
<monyet> dan <ember>.
3.
Fonem
/a/
Secara umum fonem /a/ direalisasikan
sebagai bunyi [a], baik pada posisi awal kata, tengah kata, maupun akhir kata seperti
pada kata <apa>, <padam>, dan <dua>.
4.
Fonem
/ә/
Secara umum direalisasikan sebagai
bunyi [∂] seperti pada kata <kera> dan <Maret>.
5.
Fonem
/u/
Mempunyai dua macam realisasi.
Pertama, dilafalkan sebagai bunyi [u] apabila berada pada silabel terbuka seperti
pada kata <susu> dan <tunggu>. Kedua direalisasikan sebagai bunyi
[U] apabila berada pada silabel tertutup seperti pada kata <kasur> dan
<tangguh>.
6.
Fonem
/o/
Mempunyai dua macam realisasi.
Pertama direalisasikan sebagai bunyi [o] apabila berada pada silabel terbuka,
seperti pada kata <toko> dan <oto>. Kedua direalisasikan sebagai
bunyi [ﬤ] apabila
berada pada silabel tertutup, seperti pada kata <tokoh> dan
<besok>.
Lafal fonem konsonan
1.
Fonem
/b/
Memiliki dua realisasi. Pertama
direalisasikan sebagai bunyi [b] apabila berada pada awal silabel, baik silabel
terbuka maupun silabel tertutup yang bukan ditutup oleh fonem konsonan /b/.
Misalnya pada kata <bagus> dan <bantal>. Kedua, direalisasikan
sebagai bunyi [b] atau [p] apabila berposisi sebagai koda pada sebuah silabel.
Misalnya pada kata <sebab> dan <Sabtu>.
2.
Fonem
/p/
Direalisasikan sebagai bunyi [p]
baik sebagai onset pada sebuah silabel maupun sebagai koda. Misalnya
<papan> dan <sampul>.
3.
Fonem
/n/
Direalisasikan sebagai bunyi [n]
seperti pada kata <nanas> dan <iman>.
4.
Fonem
/w/
Direalisasikan sebagai bunyi [w],
seperti pada kata <waris> dan <bawal>.
5.
Fonem
/f/
Direalisasikan sebagai bunyi [f]
seperti pada kata <kafe> dan <aktif>.
6.
Fonem
/d/
Mempunyai dua macam realisasi.
Pertama direalisasikan sebagai bunyi [d] apabila berposisi sebagai sebuah onset
pada sebuah silabel. Misalnya pada kata <daging> dan <hadis>. Kedua
direalisasikan sebagai bunyi [t] dan [d] bila berposisi sebagai sebuah koda
pada sebuah silabel. Seperti <abad> dilafalkan [babat] dan <jilid>
dilafalkan [jilit].
7.
Fonem
/t/
Direalisasikan sebagai bunyi [t],
seperti pada kata <titi> dan <rebut>.
8.
Fonem
/n/
Direalisasikan sebagai bunyi [n],
baik sebagai onset maupun sebagai koda pada sebuah silabel. Misalnya
<nama> dan <asin>.
9.
Fonem
/l/
Direalisasikan sebagai bunyi [
] baik sebagai onset maupun sebagai koda pada sebuah silabel, misalnya
<lari. Dan <batal>.
10. Fonem /r/
Direalisasikan sebagai bunyi [r]
baik sebagai onset maupun sebagai koda pada sebuah silabel, misalnya
<ribut>, <karet>, dan <kabar>.
11. Fonem /z/
Direalisasikan sebagai bunyi [z]
bila sebagai onset pada sebuah silabel. Misalnya <zaman> dan
<zamzam>. Bila sebagai koda dilafalkan sebagai bunyi [z] atau [s]
misalnya pada kata <Aziz> dilafalkan [Aziz] atau [Azis].
12. Fonem /s/
Direalisasikan sebagai bunyi [s] baik sebagai
onset maupun sebagai koda pada sebuah silabel.Misalnya pada <sakit>,
<pesan>, dan <kamus>.
13. Fonem /ʃ/
Direalisasikan sebagai bunyi [ʃ] baik sebagai onsaet
maupun sebagai koda.Misalnya <syarat> dan <syahbandar>.
14. Fonem /ñ/
Fonem nasal ini direalisasikan sebagai bunyi
[ñ] misalnya pada kata <nyani> dan <banyak>.
15. Fonem /j/
Direalisasikan sebagai bunyi [j] seperti pada
kata <jalan> dan <ajal>.Fonem /j/ tidak pernah berposisi sebagai
koda.
16. Fonem /c/
Direalisasikan sebagai bunyi [c] seperti pada
kata <cari> dan <cacar>.Fonem ini tidak pernah berposisi sebagai
koda.
17. Fonem
/y/
Direalisasikan sebagai bunyi [y] seperti pada
kata <yatim> dan <yayasan>.Fonem ini tidak pernah berposisi sebagai
koda.
18. Fonem
/g/
Mempunyai dua macam realisasi.Pertama
direalisasikan sebagai bunyi [g] apabila berposisi sebagai onset.Misalnya pada
kata <gajah> dan <gagal>.Kedua direalisasikan sebagai bunyi [g]
atau [k] apabila berposisi sebagai koda.Misalnya <gudeg> menjadi [gudek]
dan <grobag> menjadi [grobak].
19. Fonem
/k/
Memiliki tiga macam realisasi.Pertama
direalisasikan sebagai bunyi [k] apabila berposisi sebagai onset, misalnya pada
kata <kabar> dan <bakar>. Kedua direalisasikan sebagai bunyi [?]
apabila berposisi sebagai koda, misalnya <bapak> [bapa?] dan
<rakyat> [ra?yat].
20. Fonem
/ᶇ/
Direalisasikan sebagai bunyi [ᶇ] baik
berposisi sebagai onset maupun sebagai koda.Misalnya <nganga> [ᶇaᶇa] dan
<angina> [aᶇin].
21.Fonem
/x/
Direalisasikan sebagai
bunyi [x] baik berposisi sebagai koda maupun sebagai onset.Misalnya
<khas> [xas], <akhir> [axir], dan <tarikh> [tarix].
22. Fonem
/h/
Direalisasikan sebagai bunyi [h] baik
berposisi sebagai onset maupun sebagai koda.Misalnya <hari>,
<sehat> dan <lebih>.
23. Fonem
/?/
Direalisasikan sebagai bunyi [?] yang muncul
pada: pertama, silabel pertama dari sebuah kata yang berupa fonem vocal.
Misalnya <akan> [?akan], <isap> [?isap], dan <udang>
[?udang]. kedua di antara dua buah silabel, di mana nuklus silabel pertama dan
kedua berupa fonem vokal yang sama.
Misalnya <taat> [ta?at] dan <dan> [a?an].
Distribusi
fonem adalah letak atau beradanya sebuah fonem di dalam satu satuan ujaran,
yang kita sebut kata atau morfem. Secara umum fonem dapat berada pada posisi
awal kata, di tengah kata, maupun di akhir kata. Secara khusus satu per satu,
ada fonem yang dapat berada pada ketiga posisi itu, tetapi ada pula yang tidak
dapat. Hanya berada pada posisi awal saja, atau posisi akhir saja. Fonem vokal
selalu dapat menduduki posisi pada semua tempat, berkenaan dengan posisinya
sebagai puncak kenyaringan pada setiap silabel. Sedangkan fonem konsonan
mungkin dapat menduduki awal dan akhir, tetapi mungkin juga hanya menduduki
posisi pada awal. Berikut distribusi fonem satu per satu.
Fonem Vokal
1.
Vokal
/a/, dapat menduduki semua posisi. Contoh: ambil, taat, dan harga.
2.
Vokal
/i/, dapat menduduki semua posisi. Contoh: indah, amin, dan tani.
3.
Vokal
/e/, dapat menduduki semua posisi. Contoh: enak, karet, dan sate.
4.
Vokal /∂/, dapat menduduki posisi awal, posisi tengah, dan posisi
akhir.
Contoh: [∂Mas], [l∂mbut], [kod∂].
5.
Vokal
/u/, dapat menduduki semua posisi. Contoh: udan, sambut, lagu.
6.
Vokal
/o/, dapat menduduki semua posisi. Contoh: oleh, belok, dan bakso.
Fonem Diftong
1.
Diftong
/aw/ dapat menduduki posisi awal dan posisi akhir, Seperti pada kata aula [awla] dan pulau [pulaw].
2.
Diftong
/ay/ hanya menduduki posisi akhir, seperti pada kata [pantay] dan [landay].
3.
Diftong
/oy/ hanya menduduki posisi akhir, seperti
pada kata [s∂koy]
dan [ amboy].
4.
Diftong
/∂y/ juga hanya menduduki
posisi akhir, seperti pada contoh: [surv∂y].
Fonem Konsonan
1.
Konsonan
/b/ dapat menduduki posisi awal, posisi
tengah, dan posisi akhir. Seperti tampak
pada kata bambu, timbul, dan sebab. Namun, pada posisi akhir sebagai
koda posisinya mendua, maksudnya dapat sebagai fonem /b/ , dan dapat pula
sebagai fonem /p/. Di sini, fonem /b/ itu kehilangan kontasnya dengan fonem
/p/. Fonem yang seperti ini lazim disebut dengan nama arkifonem. Keduanya /b/ dn /p/ dianggap sebagai anggota dari
arkifonem/B/ (ket: arkifonem dilambangkan dengan huruff kapital).
2.
Konsonan
/p/ dapat menduduki semua posisi awal, tengah, dan akhir, seperti tampak pada
contoh: pikat, lipat, dan tutup.
3.
Konsonan
/m/ dapat menduduki semua posisi. Seperti tampak pada contoh: makan, aman, dan
dalam.
4.
Konsonan
semivokal /w/ dapat menduduki posisi awal dan posisi tengah, seperti tampak
pada contoh: waris, dan awam.
Pada posisi akhir semivokal /w/ merupakan bagian
dari diftong /aw/, yang secara ortografi dilambangkan dengan huruf <u> .
Misalnya [pulaw] – <pulau>, dan [danaw] - <danau>. Sebagai luncuran
atau bunyi pelancar, bunyi [w] dalam ortografi tidak diberi lambang apa-apa.
Contoh: [duwa] - <dua>; dan [kuwe] - <kue>.
5.
Konsonan
/f/ dapat menduduki semua posisi,
seperti tampak pada contoh: fitnah, sifat, dan aktif. Perlu dijelaskan dalam
bahasa indonesia, konsonan labiodental tak bersuara /f/ dan konsonan
labiodental bersuara /v/ tidak memiliki pasangan minimal. Maka konsonan /f/ dan
konsonan /v/ dalam bahasa indonesia hanya diperbedakan secara ortografis.
Kata-kata yang dalam bahasa asingnya dilambangkan dengan <f> akan ditulis
dengan huruf <f> dan yang dilambangkan dengan huruf /v/ akan ditulis
dengan huruf /v/. Jadi, fakultas ditulis dengan <f> sedangkan vitamin
ditulis dengan huruf <v>.
6.
Konsonan
/d/ dapat menduduki semua posisi. Contoh: dari, adat, dan abad.Namun, pada
posisi akhir fonem /d/ lazim dilafalkan sebagai bunyi [t]. Jadi, fonem /d/ di
sini adalah anggota dari arkifonem /D/.
7.
Konsonan
/t/ dapat menduduki semua posisi. Contoh: tari, hati, dan karet.
8.
Konsonan
/n/ dapat menduduki semua posisi. Contoh: nasi, tanah, dan tuan.
9.
Konsonan /l/ dapat menduduki semua posisi. Contoh:
lari, balai dan bakal.
10.
Konsonan /r/
dapat menduduki semua posisi. Contoh: raja, urat, dan lebar.
11.
Konsonan /z/ dapat menduduki semua posisi.
Contoh: zakat, lazim dan aziz. Namun, pada posisi akhir fonem /z/ ini
kehilangan statusnya sebagai fonem /z/; dia menjadi anggota dari arkifonem /Z/,
karena lazim diucapkan sebagai /s/.
12.
Konsonan / ñ / dapat menduduki posisi awal, dan posisi tengah,
seperti tampak pada contoh: [ñali] dan [bañak], tetapi tidak dapat menduduki posisi akhir.
13.
Konsonan /j/ dapat menduduki posisi awal, dan
posisi tengah, seperti tampak pada contoh: jalan, dan ajal, tetapi tidak dapat
menduduki posisi akhir.
14.
Konsonan
/c/ dapat menduduki posisi awal,
dan posisi tengah, seperti tampak pada contoh: copet dan kecil, tetapi tidak
dapat menduduki posisi akhir.
15.
Konsonan /∫/ dapat menduduki semua posisi. Contoh: [∫arat] dieja <
syarat >, [i∫arat]
dieja < isyarat >, dan [ara∫] dieja < arasy >.
16.
Konsonan /s/ dapat menduduki semua posisi.
Contoh: salut, pasar, dan baris.
17.
Konsonan /g/ dapat menduduki posisi awal, dan
posisi tengah seperti contoh: gadis dan agar. Juga dapat menduduki posisi akhir
pada sejumlah kata; tetapi secara ortografis selalu dilambangkan dengan huruf
< k >. Contoh: < gubuk > dilafalkan [gubug], < grobak >
dilafalkan [grobag], dan < gudek > dilafalkan [gudeg].
18.
Konsonan /k/ dapat menduduki semua posisi.
Contoh: kata, akan, dan anak.
19.
Konsonan /?/ dapat menduduki posisi tengah,
dan posisi akhir, secara otografis kehadirannya dilambangkan dengan huruf <
k >, contoh: nikmat [ni?mat] dan bapak [bapa?]. secara fonetis fonem ini
selalu muncul di muka silabel yang tidak punya onset, seperti ikan [i?kan] dan
[ta?at].
20.
Konsonan / ŋ / dapat menduduki semua posisi. contoh: ŋaŋa, aŋan, dan benaŋ.
21.
Konsonan /x/ dapat menduduki semua posisi.
Contoh: [xitan] dieja < khitan >, [axir] dieja < akhir
>, dan [tarix] dieja
< tarikh >.
22.
Konsonan
/h/ dapat menduduki semua posisi. Contoh: hamil, mahir dan sudah. Pada beberapa
kata yang bukan unsusr serapan fonem [h] ini pada posisi awal sering
ditanggalkan seperti hidup=idup; hisap=isap; dan hembus=embus.
Gugus Konsonan
1.
Gugus
konsonan /br/ dapat menduduki posisi awal dan posisi tengah, seperti pada kata
brahmana dan labrak.
2.
Gugus
konsonan /bl/ dapat menduduki posisi
awal dan posisi tengah, seperti pada kata blangko dan amblas.
3.
Gugus
konsonan /by/ hanya menduduki posisi tengah, seperti pada kata
obyek dan subyek.
4.
Gugus
konsonan /dr/ dapat menduduki posisi
awal dan posisi tengah, seperti pada kata drama dan sudra.
5.
Gugus
konsonan /dw/ dapat menduduki posisi
awal saja seperti pada kata dwidarma.
6.
Gugus
konsonan /dy/ hanya menduduki posisi posisi tengah, seperti pada
kata madya.
7.
Gugus
konsonan /fl/ dapat menduduki posisi
awal dan posisi tengah, seperti pada kata flabel dan inflasi.
8.
Gugus
konsonan /fr/ dapat menduduki posisi
awal dan posisi tengah, seperti pada kata frater dan infra.
9.
Gugus
konsonan /gl/ hanya menduduki posisi
awal seperti pada kata global dan glukosa.
10.
Gugus konsonan
/gr/ hanya menduduki posisi awal seperti pada kata grafis dan gram.
11.
Gugus konsonan
/kl/ hanya menduduki posisi awal seperti pada kata klasik dan klinik.
12.
Gugus konsonan /kr/ hanya menduduki posisi
awal seperti pada kata kritik dan kroket.
13.
Gugus konsonan /ks/ dapat menduduki posisi
awal dan posisi tengah, dan posisi akhir seperti pada kata ksatria, eskponen,
dan konteks.
14.
Gugus konsonan /kw/ dapat menduduki posisi
awal dan posisi tengah, seperti pada kata kwintal dan takwim.
15.
Gugus konsonan /pr/ dapat menduduki posisi
awal dan posisi tengah, seperti pada kata pribadi dan keprok.
16.
Gugus konsonan /ps/ hanya dapat menduduki
posisi awal seperti pada kata psikologi dan psikiater.
17.
Gugus konsonan /sl/ hanya dapat menduduki
posisi awal seperti pada kata slogan dan slebor.
18.
Gugus konsonan /sp/ hanya dapat menduduki
posisi awal saja seperti pada kata spontan dan spirit.
19.
Gugus konsonan /sr/ hanya dapat menduduki
posisi awal saja seperti pada kata
srigala.
20.
Gugus konsonan /st/ hanya dapat menduduki
posisi awal seperti pada kata tudio dan stasiun.
21.
Gugus konsonan /sk/ hanya dapat menduduki
posisi awal seperti pada kata skala.
22.
Gugus konsonan /skr/ dapat menduduki posisi
awal dan posisi tengah, seperti pada kata skripsi dan manuskrip.
23.
Gugus konsonan /tr/ dapat menduduki posisi
awal dan posisi tengah, seperti pada contoh: tragedi dan sutra.
Simpulan
1.
Semua
fonem vokal dapat berdistribusi pada semua posisi (awal, tengah, akhir) kecuali
vokal /∂/ yang hanya berposisi pada awal
dan tengah; tetapi tidak daoat pada posisi akhir.
2.
Fonem
diftong atau gugus vokal pada umunya hanya menduduki posisi akhir, kecuali
diftong /aw/ yang dapat menduduki posisi awal dan akhir.
3.
Semua
fonem konsonan dapat menduduki posisi awal, tengah, akhir; kecuali fonem /w/,
/n/, /j/, /c/, dan /g/ yang tidak dapat menduduki posisi akhir; dan fonem
letup/?/ yang tidak dapat menduduki posisi awal.
4.
Mengenai
gugus konsonan:
a.
Semua
gugus konsonan dapat menduduki posisi awal, kecuali gugus /by/ yang tidak
dapat.
b.
Posisi
tengah dapat diduduki oleh gugus /bl/, /br/, /by/, /dr/, /dy/, /fl/, /fr/, /gl/,
/ks/, /kw/, /pr/, /skr/, dan /tr/ yang lainnya tidak dapat.
c.
Satu-satunya
gugus yang dapat menduduki posisi akhir adalah /ks.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa
fonemik secara fungsional dipertentangkan dengan fonetik, karena fonemik mengkhususkan
perhatiannya pada makna yang ditimbulkan oleh sebuah bunyi bahasa ketika dituturkan.
Sedangkan fonetik hanya memfokuskan bagaimana bunyi bahasa dapat dituturkan secara
benar baik dari segi cara maupun dari segi tempat artikulasinya.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan yaitu, kita
sebagai calon pendidik, harus selalu menggali potensi yang ada pada diri kita.
Cara menggali potensi dapat dilakukan dengan cara belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer,abdul.2013.Fonologi bahasa indonesia,
Jakarta,Rineka Cipta.
No comments:
Post a Comment