Tuesday, December 20, 2016

"Penelitian Kajian Komunikasi Verbal di Lingkungan Pendidikan"

Disusun oleh:
Kelompok 2
1.      Rudiyanto
2.      Sintiyah
3.      Siti Fatonah
4.      Takesi Anjarsari

5.      Wasiri

ABSTRAK
Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang dipakai manusia untuk tujuan komunikasi. Bunyi yang dipelajari dalam fonologi bukan bunyi sembarang bunyi, melainkan bunyi bahasa yang dapat membedakan arti dalam bahasa lisan ataupun tulis yang digunakan oleh manusia. Bunyi yang dipelajari dalam fonologi biasa disebut dengan istilah fonem.  Menurut Abdul Chaer (2003:102), secara etimologi istilah “fonologi” ini dibentuk dari kata “fon” yang bermakna “bunyi” dan “logi”  yang berarti “ilmu”. Jadi, secara sederhana dapat dikatakan bahwa fonologi merupakan ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa pada umumnya. 
Abdul Chaer (2004:2) berpendapat bahwa intinya sosiologi itu adalah kajian yang objektif mengenai manusia di dalam masyarakat, mengenai lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat, sedangkan pengertian linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Manusia sebagai mahluk individu maupun sosial memiliki dorongan ingin tahu, ingin maju dan berkembang, maka salah satu sarananya adalah komunikasi. Didalam ilmu mengenai komunikasi, terdapat dua jenis komunikasi, yaitu komunikasi verbal dan komunikas non verbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, dalam bentuk lisan maupun tulisan. Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang menggunakan gerakan tubuh, mimik muka, kontak mata, atau bahasa isyarat.
Tujuan dalam penelitian komunikasi verbal kali ini untuk mengetahui bagaimana penggunaan bahasa Indonesia di lingkungan pendidikan, guna memperbaiki generasi yang akan datang agar mampu menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar, adapun kendala yang sering terjadi dalam penggunaan bahasa Indonesia biasanya meliputi beberapa faktor diantaranya, yaitu faktor lingkungan, faktor kebiasaan, faktor keluarga, dan faktor kurangnya penguasaan kosa kata bahasa Indonesia. Faktor-faktor  tersebut sangat berpengaruh terhadap perkembangan proses komunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar dalam suasana resmi maupun non resmi.
Dari hasil penelitian yang kami lakukan di lingkungan pendidikan SMPN 1 Kapetakan, dapat diketahui bahwa penggunaan bahasa Indonesia belum sepenuhnya diterapakan oleh siswa SMPN 1 Kapetakan. Dari pihak sekolah sendiri sudah berusaha untuk menerapkan penggunaaan bahasa Indonesia bagi siswanya, diantaranya dengan  menyediakan sarana dan prasarana untuk memberikan fasilitas agar mempermudah siswa dalam mempelajari kosa kata bahasa Indonesia secara mandiri. Selain itu, pihak sekolah juga menekankan siswa agar selalu menggunakan bahasa Indonesia di dalam lingkungan sekolah, baik dalam kegiatan KBM maupun kegiatan di luar KBM.




1.1         Latar Belakang
Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang dipakai manusia untuk tujuan komunikasi. Sebagai calon pendidik selayaknya memahami kajian tentang fonologi ini untuk dijadikan pedoman mengajarkan pelajaran Bahasa Indonesia.
Istilah fonologi ini berasal dari gabungan dua kata Yunani yaitu phone yang berarti bunyi dan logos yang berarti tatanan, kata, atau ilmu disebut juga tata bunyi.  Akan tetapi, bunyi yang dipelajari dalam fonologi bukan bunyi sembarang bunyi, melainkan bunyi bahasa yang dapat membedakan arti dalam bahasa lisan ataupun tulis yang digunakan oleh manusia. Bunyi yang dipelajari dalam fonologi kita sebut dengan istilah fonem.  Menurut Abdul Chaer (2003:102), secara etimologi istilah “fonologi” ini dibentuk dari kata “fon” yang bermakna “bunyi” dan “logi”  yang berarti “ilmu”. Jadi, secara sederhana dapat dikatakan bahwa fonologi merupakan ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa pada umumnya. 
Di dalam fonologi terdapat dua bidang kajian tentang fonologi, yaitu fonetik dan fonemik. Fonetik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak (Chaer, 1994: 102). Di dalam fonetik terdapat tiga jenis fonetik, yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik auditoris.  Fonemik yaitu  kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna. Chaer (2007) mengatakan bahwa fonemik mengkaji bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata.
(http://raisyaandhira.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-fonologi-dan-kajiannya.html)
Manusia sebagai mahluk individu maupun sosial memiliki dorongan ingin tahu, ingin maju dan berkembang, maka salah satu sarananya adalah komunikasi. Komunikasi merupakan kebutuhan yang mutlak bagi manusia. Dengan komunikasi manusia dapat menyampaikan informasi, opini, ide, konsepsi, pengetahuan, perasaan, sikap, perbuatan dan sebagainya kepada seseorang secara timbal balik sebagai penyampaian maupun penerima komunikasi. Di dalam ilmu mengenai komunikasi, terdapat dua jenis komunikasi, yaitu komunikasi verbal dan komunikas non verbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, dalam bentuk lisan maupun tulisan. Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang menggunakan gerakan tubuh atau bahasa isyarat.
(http://jhonmiduk8.blogspot.co.id/2015/06/makalah-komunikasi-verbal-dan-non.html)
Hubungan antara bahasa dan masyarakat penuturnya, dikaji dalam ilmu sosiolinguistik. Ilmu ini merupakan kajian kontekstual terhadap variasi penggunaan bahasa masyarakat dalam sebuah komunikasi yang dialami. Istilah sosiolinguistik sendiri sudah digunakan oleh Haver C. Curie dalam sebuah artikel yang terbit tahun 1952, judulnya “A Projection of Sociolinguistics: the relationship of speech to social status” yang isinya tentang masalah yang berhubungan dengan ragam bahasa seseorang dengan status sosialnya dalam masyarakat. Kelompok-kelompok yang berbeda profesi atau kedudukannya dalam masyarakat cenderung menggunakan ragam bahasa yang berbeda pula.
Dari pengantar ilmu sosiolinguistik tersebut, beberapa ahli berpendapat tentang studi hal tersebut. Abdul Chaer (2004:2) berpendapat bahwa intinya sosiologi itu adalah kajian yang objektif mengenai manusia di dalam masyarakat, mengenai lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di dalammasyarakat, sedangkan pengertian linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat. Sumarsono (2007:2) mendefinisikan Sosiolinguistik sebagai linguistik institusional yang berkaitan dengan pertautan bahasa dengan orang-orang yang memakai bahasa itu.
1.2         Rumusan Masalah
Dari pembahasan materi di atas, kami sebagai penulis menemukan beberapa permasalahan-permasalahan yang membuat kami melakukan penelitian terhadap penggunaan komunikasi verbal. Permasalahan-permasalahannya yaitu :
1.      Bagaimana penggunaan Bahasa Indonesia di lingkungan pendidikan ?
2.      Apa kendala yang dihadapi oleh masyarakat, dalam hal ini adalah siswa SMPN 1 Kapetakan di dalam menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar ?
3.      Bagaimana solusi untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi siswa dalam menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar ?

1.3         Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian yang kami lakukan yaitu:
1.      Untuk mengetahui bagaimana penggunaan Bahasa Indonesia di lingkungan pendidikan.
2.      Untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh masyarakat, dalam hal ini adalah siswa SMPN 1 Kapetakan di dalam menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
3.      Mengetahui solusi untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi siswa dalam menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar ?


1.4          Kegunaan
Dari penelitian ini, kami sebagai penulis bermaksud untuk memberitahukan kepada pihak-pihak yang bertugas sebagai peneliti bahasa yang ada di pusat, bahwa penggunaan bahasa Indonesia di masyarakat belum sepenuhnya terlaksana, meskipun bahasa Indonesia tertuang dalam sumpah pemuda yaitu sebagai bahasa pemersatu bangsa, namun pada kenyataannya masyarakat belum sepenuhnya menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi. Bahkan di lingkungan pendidikan yang seharusnya menerapkan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi secara resmi, belum sepenuhnya diterapkan oleh siswa. Semoga dengan adanya penelitian yang kami lakukan, penggunaan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi benar-benar terlaksana sesuai dengan yang diharapakan pada poin sumpah pemuda.

1.5         Kajian Teori
1.5.1     Fonologi
Istilah fonologi ini berasal dari gabungan dua kata Yunani yaitu phone yang berarti bunyi dan logos yang berarti tatanan, kata, atau ilmu disebut juga tata bunyi.  Akan tetapi, bunyi yang dipelajari dalam fonologi bukan bunyi sembarang bunyi, melainkan bunyi bahasa yang dapat membedakan arti dalam bahasa lisan ataupun tulis yang digunakan oleh manusia. Bunyi yang dipelajari dalam fonologi kita sebut dengan istilah fonem.
Berikut pengertian fonologi menurut para ahli.
1.      Menurut Kridalaksana (2002) dalam kamus linguistik, fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.
2.      Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988:244), fonologi dimaknai sebagai  ilmu tentang bunyi bahasa, terutama yang mencakup sejarah dan teori perubahan bunyi.
3.      Menurut Abdul Chaer (2003:102), secara etimologi istilah “fonologi” ini dibentuk dari kata “fon” yang bermakna “bunyi” dan “logi”  yang berarti “ilmu”. Jadi, secara sederhana dapat dikatakan bahwa fonologi merupakan ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa pada umumnya.
4.      Verhaar (1984:36) mengatakan bahwa fonologi  merupakan bidang khusus dalam linguistik yang mengamati bunyi-bunyi suatu bahasa tertentu sesuai dengan  fungsinya untuk membedakan makna leksikal dalam suatu bahasa.
5.      Fonologi ialah bagian dari tata bahasa yang memperlajari bunyi-bunyi bahasa (Keraf, 1984: 30).
6.      Definisi fonologi menurut Fromkin & Rodman (1998:96), fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa.
7.      Definisi fonologi menurut Trubetzkoy (1962:11-12), fonologi merupakan studi bahasa yang berkenaan dengan sistem bahasa, organisasi bahasa, serta merupakan studi fungsi linguistis bahasa.
8.      Definisi fonologi menurut Daniel Jones, Sarjana fonologi Inggris, fonologi ialah sistem bunyi  sebuah bahasa.

Jadi dapat disimpulkan bahwa fonologi adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa secara umum.
(http://raisyaandhira.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-fonologi-dan-kajiannya.html)

1.5.2     Bidang Kajian Fonologi
1.5.2.1     Fonetik
a.      Fonetik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak (Chaer, 1994: 102).
b.      Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki dan menganalisa bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur, serta mempelajari bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi tersebut dengan alat ucap manusia (Keraf, 1984: 30).
c.       Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki penghasilan, penyampaian, dan penerimaan bunyi bahasa; ilmu interdisipliner linguistik dengan fisika, anatomi, dan psikologi (Kridalaksana, 1995: 56).
Jadi dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan  bahwa Fonetik yaitu cabang kajian yang mengkaji bagaimana bunyi-bunyi fonem sebuah bahasa direalisasikan atau dilafalkan. Fonetik juga mempelajari cara kerja organ tubuh manusia terutama yang berhubungan dengan penggunaan bahasa.
Chaer (2007) membagi urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu, menjadi tiga jenis fonetik, yaitu:
a.       Fonetik artikulatoris atau fonetik organis atau fonetik fisiologi, mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan  (Glenson. 1955:239-256; Malmberg, 1963:21-28).
b.      Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam (bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getaranya, aplitudonya,dan intensitasnya alam (Malberg, 1963:5-20).
c.         Fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita
Dari ketiga jenis fonetik tersebut yang paling berurusan dengan dunia lingusitik adalah fonetik artikulatoris, sebab fonetik inilah yang berkenaan dengan masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapkan manusia. Sedangkan fonetik akustik lebih berkenaan dengan bidang fisika, dan fonetik auditoris berkenaan dengan bidang kedokteran.

1.5.2.2     Fonemik
Fonemik yaitu  kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna. Chaer (2007) mengatakan bahwa fonemik mengkaji bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata. Misalnya bunyi [l], [a], [b] dan [u]; dan [r], [a], [b] dan [u] jika dibandingkan perbedaannya hanya pada bunyi yang pertama, yaitu bunyi [l] dan bunyi [r].Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua bunyi tersebut adalah fonem yang berbeda dalam bahasa Indonesia, yaitu fonem /l/ dan fonem /r/. Fonemik adalah bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai pembeda arti.
Dalam kajiannya, fonemik akan berusaha mendeskripsikan perbedaan bunyi-bunyi itu serta menjelaskan sebab-sebabnya.Sebaliknya, perbedaan bunyi [p] dan [b] yang terdapat, misalnya, pada kata [paru] dan [baru] adalah menjadi contoh sasaran studi fonemik, sebab perbedaan bunyi [p] dan [b] itu menyebabkan berbedanya makna kata [paru] dan [baru] itu (Chaer, 1994: 102).

1.5.3 Komunikasi Verbal
1.5.3.1 Pengertian Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, dalam bentuk lisan maupun tulisan. Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam hubungan antar manusia.Melalui kata-kata, mereka mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan, atau maksud mereka, menyampaikan fakta, data, dan informasi serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat, dan bertengkar.Dalam komunikasi verbal itu bahasa memegang peranan penting.
Beberapa pengertian komunikasi verbal menurut para ahli, adalah sebagai berikut:
Ø  Deddy Mulyana (2005)
Komunikasi verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal.
Ø  Harold Lasswell
Komunikasi verbal yaitu proses komunikasi dengan menggunakan simbol atau lambang-lambang.

                                         1.5.3.2  Unsur-Unsur Penting Dalam Komunikasi Verbal
a. Bahasa
Pada dasarnya bahasa adalah suatu System lambang yang memungkinkan orang berbagi makna. Dalam komunikasi verbal, lambang bahasa yang dipergunakan adalah bahasa verbal entah lisan, tertulis pada kertas, ataupun elektronik. Bahasa suatu bangsa atau suku berasal dari interaksi dan hubungan antara warganya satu sama lain.
Bahasa memiliki banyak fungsi, namun sekurang-kurangnya ada tiga fungsi yang erat hubungannya dalam menciptakan komunikasi yang efektif. Ketiga fungsi itu adalah:
·         Untuk mempelajari tentang dunia sekeliling kita, melalui bahasa manusia mempelajari apa saja yang menarik minat. Mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu hingga apa yang diramalkan ilmu pengetahuan di masa depan.
·         Untuk membina hubungan yang baik di antara sesama manusia. Ringkasnya, bahasa memungkinkan individu bergaul dengan orang lain untuk kesenangan dan mempengaruhi pihak lain.
·         Untuk menciptaakan ikatan-ikatan dalam kehidupan manusia.

Bagaimana mempelajari bahasa? Menurut para ahli, ada tiga teori yang membicarakan sehingga orang bisa memiliki kemampuan berbahasa.
Teori pertama disebut Operant Conditioning yang dikembangkan oleh seorang ahli psikologi behavioristik yang bernama B. F. Skinner (1957). Teori ini menekankan unsur rangsangan (stimulus) dan tanggapan (response) atau lebih dikenal dengan istilah S-R. Teori ini menyatakan bahwa jika satu organism dirangsang oleh stimuli dari luar, orang cenderung akan member reaksi. Anak-anak mengetahui bahasa karena ia diajar oleh orang tuanya atau meniru apa yang diucapkan oleh orang lain.
Teori kedua ialah teori kognitif yang dikembangkan oleh Noam Chomsk.Menurutnya kemampuan berbahasa yang ada pada manusia adalah pembawaan biologis yang dibawa dari lahir.
Teori ketiga disebut Mediating theory atau teori penengah. Dikembangkan oleh Charles Osgood. Teori ini menekankan bahwa manusia dalam mengembangkan kemampuannya berbahasa, tidak saja bereaksi terhadap rangsangan (Stimuli) yang diterima dari luar, tetapi juga dipengaruhi oleh proses internal yang terjadi dalam dirinya.

b.      Kata
Kata merupakan inti lambang terkecil dalam bahasa. Kata adalah lambang yang melambangkan atau mewakili sesuatu hal, entah orang, barang, kejadian, atau keadaan. Jadi, kata itu bukan orang, barang, kejadian, atau keadaan sendiri.Makna kata tidak ada pada pikiran orang.Tidak ada hubungan langsung antara kata dan hal.Yang berhubungan langsung hanyalah kata dan pikiran orang. 


1.5.4 Sosiolinguistik
Sosiolinguistik adalah cabang Linguistik yang mengkaji hubungan antara bahasa dan masyarakat penuturnya. Ilmu ini merupakan kajian kontekstual terhadap variasi penggunaan bahasa masyarakat dalam sebuah komunikasi yang alami.
Istilah Sosiolinguistik sendiri sudah digunakan oleh Haver C. Curie dalam sebuah artikel yang terbit tahun 1952, judulnya “A Projection of Sociolinguistics: the relationship of speech to social status” yang isinya tentang masalah yang berhubungan dengan ragam bahasa seseorang dengan status sosialnya dalam masyarakat. Kelompok-kelompok yang berbeda profesi atau kedudukannya dalam masyarakat cenderung menggunakan ragam bahasa yang berbeda pula.
Dari pengantar ilmu sosiolinguistik tersebut, beberapa ahli berpendapat tentang studi hal tersebut. Diantaranya:
1.             Abdul Chaer (2004:2) berpendapat bahwa intinya Sosiologi itu adalah kajian yang Objektif mengenai manusia di dalam masyarakat, mengenai lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat, sedangkan pengertian linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat.
2.             Sumarsono (2007:2) mendefinisikan Sosiolinguistik sebagai linguistik institusional yang berkaitan dengan pertautan bahasa dengan orang-orang yang memakai bahasa itu. Maksud dari penjelasan tersebut pada dasarnya menyatakan.
3.              Rafiek (2005:1) mendefinisikan sosiolinguistik sebagai studi bahasa dalam pelaksanaannya itu bermaksud/bertujuan untuk mempelajari bagaimana konvensi-konvensi tcntang relasi penggunaan bahasa untuk aspek-aspek lain tcntang perilaku social.
4.             Booiji (Rafiek, 2005:2) mendefinisikan Sosiolinguistik sebagai cabang linguistik yang mempelajari faktor-faktor sosial yang berperan dalam pemakaian bahasa dan yang berperan dalam pergaulan.
5.             Wijana (2006:7) berpendapat bahwa sosiolinguistik merupakan cabang linguistik yang memandang atau menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakai bahasa itu di dalam masyarakat. Pendapat tersebut pada intinya berpegang pada satu kenyalaan bahwa dalam kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai individu, akan tetapi sebagai masyarakat sosial.
6.             Fishman. Ia memberikan defini sosiolinguistik sebagai “the study of the characteristics of language varities, the characteristics of their functions, and the characteristics of their speakers as these three constantly interact, change, and change one another within a speech community.”
7.             Nababan, mengatakan bahwa sosiolinguistik merupakan pengkajian bahasa dengan dimensi kemasyarakatan.
8.             Wikipedia, Sosiolinguistik adalah kajian interdisipliner yang mempelajari pengaruh budaya terhadap suatu bahasa digunakan. Dalam hal ini bahasa berhubungan erat dengan masyarakat suatu wilayah sebagai subyek atau pelaku berbahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi antara kelompok yang satu dengan yang lain.
9.             Fasold (1993: ix) mengemukakan bahwa inti sosiolinguistik tergantung dari dua kenyataan. Pertama, bahasa bervariasi yang menyangkut pilihan bahasa-bahasa bagi para pemakai bahasa. Kedua, bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan informasi dan pikiran-pikiran dari seseorang kepada orang lain.

1.6     Metode Penelitian
1.6.1 Kualitatif
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian ini berusaha memecahkan masalah-masalah penggunaan bahasa Indonesia yang terjadi di lingkungan masyarakat, terutama lingkungan pendidikan sebagai wadah pembentukan karakter bangsa. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa peneliti ingin memahami, mengkaji secara mendalam serta memaparkannya dalam tulisan ini, mengenai masalah-masalah yang dihadapi siswa dalam menggunakan bahasa Indonesia serta jalan keluarnya dalam rangka terciptanya sarana komunikasi yang baik dengan menggunakan bahasa pemersatu bangsa, yaitu bahasa Indonesia. Pendapat Bogdan dan Taylor (dalam Moleong: 1988 : 2) menerangkan bahwa “Penelitian Kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis ataulisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati”. Menurut mereka pendekatan ini diarahkan pada latar individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.

1.6.2    Populasi dan Sampel
                      1.6.2.1    Populasi
Pengertian populasi menurut Sugiyono (2012: 80) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga yang ada di lingkungan pendidikan SMPN 1 Kapetakan, yaitu kepala sekolah, guru, siswa, Staf TU, dan seluruh karyawan SMPN 1 Kapetakan.

1.6.2.2     Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin memepelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (Sugiyono, 2012: 81). Sedangkan menurut Riduwan (2008: 56) sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Tidak semua data dan informasi akan diproses dan tidak semua orang atau benda yang akan diteliti melainkan cukup dengan menggunakan sampel yang mewakilinya. Dalam hal ini pengambilan sampel harus representif disamping itu peniliti wajib mengerti tentang besar ukuran sampel dan karakteristik populasi dalam sampel. Dalam penelitian ini, kami menggunakan sampel 2 orang siswa (1 laki-laki dan 1 perempuan) dari jumlah keseluruhan siswa yang ada di SMPN 1 Kapetakan, 1 orang guru dari keseluruhan jumlah guru yang ada di SMPN 1 Kapetakan, dan kepala sekolah.


1.7     Pembahasan
1.7.1     Proses Bahasa Indonesia di Sekolah
Bahasa indonesia yang digunakan oleh guru dan siswa SMP N 1 Kapetakan baik dalam pembelajaran resmi maupun non resmi. Secara garis besar masih belum sepenuhnya dikuasai, khususnya siswa. Karena hanya siswa yang aktif dalam oraganisasi yang bisa menguasai bahasa Indonesia, baik dalam kondisi di kelas maupun di luar pembelajaran.
Menurut Heryanto, S.Pd. selaku kepala sekolah, ia menuturkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia di sekolah masih belum tertanam. Jika dihitung dari 24 kelas hanya beberapa kelas yang mampu menguasai bahasa Indonesia meskipun dalam berbicara masih belum lancar. Akan tetapi, tahap demi tahap penggunaan bahasa Indonesia segera diterapkan dalam lingkungan sekolah guna membangun sebuah komunikasi yang baik dan benar.
1.7.2.     Masalah Yang Dihadapi Siswa Saat Mengunakan Bahasa Indonesia
Menurut Heryanto, S.Pd.  mengatakan bahwa ada beberapa kendala yang dihadapi siswa saat melakukan komunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia diantaranya yaitu;
a.      Faktor Lingkungan Yang Kurang Mendukung
Tempat belajar mereka masih dalam sebuah perkampungan kecil, sehingga tidak terbiasa menggunakan bahasa Indonesia. Berbeda dengan tempat pembelajaran di luar dari perkampungan atau kota  yang sudah tertanam dan lingkungan yang sudah mendukung.

b.      Faktor Kebiasaan
Kurangnya kesadaran akan penggunaan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi baik dengan teman, maupun guru. Kurangnya mental seorang siswa untuk menggunakan bahasa Indonesia, karena masih terbiasa menggunakan bahasa ibu saat berkomunikasi.

c.       Faktor Keluarga
Keluarga merupakan peran penting di dalam proses perkembangan anak. Karena lingkungan belajar yang pertama berada di lingkungan keluarga. Di dalam lingkungan keluarga sangat mempengaruhi proses perkembangan penggunaan bahasa, keluarga yang mampu menerapkan kebiaasan berbahasa Indonesia saat di rumah akan mereka bawa saat mereka berkomunikasi dengan kerabat, guru, dan lingkungan sekitarnya.
d.      Kurangnya pengetahuan kosa kata bahasa Indonesia
Minimnya kesadaran siswa dalam minat membaca akan mempengaruhi kuranganya kosa kata yang mereka dapatkan. Sehingga mempersulit siswa untuk mengutarakan sebuah kata dalam bahasa Indonesia, akhirnya mereka kembali menggunakan bahasa yang biasa mereka pakai ( bahasa ibu ).

1.7.3. Mengatasi Masalah Dalam Penggunaan Komunikasi Bahasa    Indonesia
Menurut Susyana, S.Pd, selaku guru bahasa     Indonesia berpendapat bahwa untuk mengatasi masalah sulitnya siswa dalam menggunakan bahasa Indonesia, diperlukan beberapa langkah, diantaranya yaitu dengan menyediakan waktu luang untuk mengunjungi perpustakaan agar siswa membaca. Ketika siswa membaca, secara tidak langsung mereka akan menemukan kosa kata bahasa Indonesia yang digunakan sehari-hari. Sehingga diharapkan mereka mengetahui dan menggunakan kosa kata tersebut dalam berkomunikasi dengan teman, khususnya dengan guru di lingkungan sekolah.
Bapak Heryanto, S.Pd, selaku kepala sekolah mengatakan bahwa pihaknya akan menanamkan minat membaca bagi siswanya, pihak sekolah sudah merubah desain dari perpustakaan di sekolahnya agar siswa tertarik untuk mengunjungi perpustakaan. Selain itu, pihak sekolah juga menerapkan sistem berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia di dalam berbagai kegiatan selain kegiatan KBM, diantaranya pada saat ekstrakurikuler. Karena pada saat kegiatan ekstrakurikuler juga secara tidak langsung mereka akan dilatih berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia melalui pelatih ekstra atau instruktur ekstra. Sehingga keterampilan dalam berbahasa Indonesia sedikit demi sedikit akan terbiasa mereka gunakan.
“Pada dasarnya, kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mengajarkan siswa kami agar memakai bahasa Indonesia saat berkomunikasi dengan siapapun, baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Tapi, kami lebih menekankan mereka agar menggunakan bahasa Indonesia di lingkungan sekolah terlebih dahulu agar terbiasa, baik dengan teman, guru, kepala sekolah, staf TU maupun dengan penjaga kantin, karena lingkungan sekolah adalah lingkungan resmi, jadi mereka juga harus menggunakan bahasa resmi saat berkomunikasi”. Kata Kepala Sekolah.

1.8     Kesimpulan
            Dari hasil penelitian yang kami lakukan di lingkungan pendidikan SMPN 1 Kapetakan, bahwa penggunaan bahasa Indonesia belum sepenuhnya diterapkan oleh siswa SMPN 1 Kapetakan. Adapun beberapa faktor penyebab dari permasalahan tersebut diantaranya yaitu, faktor lingkungan, faktor kebiasaan, faktor keluarga, dan faktor minimnya pengetahuan siswa tentang kosa kata bahasa Indonesia, sehingga menjadi penghambat bagi siswa dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indoneisa. Dari pihak sekolah sendiri sudah berusaha untuk menerapkan penggunaaan bahasa Indonesia bagi siswanya, diantaranya dengan  menyediakan sarana dan prasarana untuk memberikan fasilitas agar mempermudah siswa dalam mempelajari kosa kata bahasa Indonesia. Selain itu, pihak sekolah juga menekankan siswa agar selalu menggunakan bahasa Indonesia di dalam lingkungan sekolah, baik dalam kegiatan KBM maupun kegiatan di luar KBM. Sehingga membiasakan siswa untuk selalu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia di manapun siswa itu berada. 

No comments:

Post a Comment

Naskah Drama "Balada Saridin"

Pemain : 1.       Saridin 2.       Aisyah 3.       Sari (teman Aisyah) 4.       Siti (teman Aisyah) 5.       Ayah Aisyah 6.  ...