Disusun oleh:
Kelompok 2
1. Rudiyanto
2. Sintiyah
3. Siti Fatonah
4. Takesi Anjarsari
5. Wasiri
ABSTRAK
Bahasa adalah suatu
sistem lambang bunyi yang dipakai manusia untuk tujuan komunikasi. Bunyi yang
dipelajari dalam fonologi bukan bunyi sembarang bunyi, melainkan bunyi bahasa
yang dapat membedakan arti dalam bahasa lisan ataupun tulis yang digunakan oleh
manusia. Bunyi yang
dipelajari dalam fonologi biasa disebut dengan istilah fonem.
Menurut Abdul Chaer (2003:102), secara etimologi istilah “fonologi” ini
dibentuk dari kata “fon” yang bermakna “bunyi” dan “logi”
yang berarti “ilmu”. Jadi, secara sederhana dapat dikatakan bahwa
fonologi merupakan ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa pada umumnya.
Abdul
Chaer (2004:2) berpendapat bahwa intinya sosiologi itu adalah kajian yang
objektif mengenai manusia di dalam masyarakat, mengenai lembaga-lembaga, dan
proses sosial yang ada di dalam masyarakat, sedangkan pengertian linguistik
adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa atau bidang ilmu yang mengambil
bahasa sebagai objek kajiannya. Manusia sebagai mahluk individu maupun sosial
memiliki dorongan ingin tahu, ingin maju dan berkembang, maka salah satu
sarananya adalah komunikasi. Didalam ilmu mengenai komunikasi, terdapat
dua jenis komunikasi, yaitu komunikasi verbal dan komunikas non verbal.
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, dalam bentuk
lisan maupun tulisan. Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang menggunakan
gerakan tubuh, mimik muka, kontak mata, atau bahasa isyarat.
Tujuan
dalam penelitian komunikasi verbal kali ini untuk mengetahui bagaimana
penggunaan bahasa Indonesia di lingkungan pendidikan, guna memperbaiki generasi
yang akan datang agar mampu menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar,
adapun kendala yang sering terjadi dalam penggunaan bahasa Indonesia biasanya
meliputi beberapa faktor diantaranya, yaitu faktor lingkungan, faktor
kebiasaan, faktor keluarga, dan faktor kurangnya penguasaan kosa kata bahasa Indonesia.
Faktor-faktor tersebut sangat
berpengaruh terhadap perkembangan proses komunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia
secara baik dan benar dalam suasana resmi maupun non resmi.
Dari
hasil penelitian yang kami lakukan di lingkungan pendidikan SMPN 1 Kapetakan,
dapat diketahui bahwa penggunaan bahasa Indonesia belum sepenuhnya diterapakan
oleh siswa SMPN 1 Kapetakan. Dari pihak sekolah sendiri sudah berusaha untuk
menerapkan penggunaaan bahasa Indonesia bagi siswanya, diantaranya dengan menyediakan sarana dan prasarana untuk
memberikan fasilitas agar mempermudah siswa dalam mempelajari kosa kata bahasa
Indonesia secara mandiri. Selain itu, pihak sekolah juga menekankan siswa agar
selalu menggunakan bahasa Indonesia di dalam lingkungan sekolah, baik dalam
kegiatan KBM maupun kegiatan di luar KBM.
1.1
Latar Belakang
Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang dipakai manusia untuk tujuan
komunikasi. Sebagai calon pendidik selayaknya memahami kajian tentang fonologi
ini untuk dijadikan pedoman mengajarkan pelajaran Bahasa Indonesia.
Istilah fonologi ini berasal dari gabungan dua kata Yunani yaitu phone yang
berarti bunyi dan logos yang berarti tatanan, kata,
atau ilmu disebut juga tata bunyi. Akan tetapi, bunyi yang
dipelajari dalam fonologi bukan bunyi sembarang bunyi, melainkan bunyi bahasa
yang dapat membedakan arti dalam bahasa lisan ataupun tulis yang digunakan oleh
manusia. Bunyi yang dipelajari dalam fonologi kita sebut dengan istilah fonem.
Menurut Abdul Chaer (2003:102), secara etimologi istilah “fonologi” ini
dibentuk dari kata “fon” yang bermakna “bunyi” dan “logi”
yang berarti “ilmu”. Jadi, secara sederhana dapat dikatakan bahwa fonologi
merupakan ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa pada umumnya.
Di dalam fonologi terdapat dua bidang kajian tentang fonologi,
yaitu fonetik dan fonemik. Fonetik adalah cabang
studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah
bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak (Chaer,
1994: 102). Di dalam fonetik terdapat tiga jenis fonetik, yaitu fonetik
artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik auditoris. Fonemik yaitu kesatuan
bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna. Chaer (2007)
mengatakan bahwa fonemik mengkaji bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi
membedakan makna kata.
(http://raisyaandhira.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-fonologi-dan-kajiannya.html)
Manusia sebagai mahluk individu maupun sosial memiliki dorongan
ingin tahu, ingin maju dan berkembang, maka salah satu sarananya adalah
komunikasi. Komunikasi merupakan kebutuhan yang mutlak bagi manusia. Dengan
komunikasi manusia dapat menyampaikan informasi, opini, ide, konsepsi,
pengetahuan, perasaan, sikap, perbuatan dan sebagainya kepada seseorang secara
timbal balik sebagai penyampaian maupun penerima komunikasi. Di dalam ilmu
mengenai komunikasi, terdapat dua jenis komunikasi, yaitu komunikasi verbal dan
komunikas non verbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan
kata-kata, dalam bentuk lisan maupun tulisan. Komunikasi non verbal adalah komunikasi
yang menggunakan gerakan tubuh atau bahasa isyarat.
(http://jhonmiduk8.blogspot.co.id/2015/06/makalah-komunikasi-verbal-dan-non.html)
Hubungan antara bahasa dan masyarakat penuturnya, dikaji dalam ilmu
sosiolinguistik. Ilmu ini merupakan kajian kontekstual terhadap variasi
penggunaan bahasa masyarakat dalam sebuah komunikasi yang dialami. Istilah
sosiolinguistik sendiri sudah digunakan oleh Haver C. Curie dalam sebuah
artikel yang terbit tahun 1952, judulnya “A Projection of
Sociolinguistics: the relationship of speech to social status” yang isinya
tentang masalah yang berhubungan dengan ragam bahasa seseorang dengan status
sosialnya dalam masyarakat. Kelompok-kelompok yang berbeda profesi atau
kedudukannya dalam masyarakat cenderung menggunakan ragam bahasa yang berbeda
pula.
Dari pengantar ilmu sosiolinguistik tersebut, beberapa ahli
berpendapat tentang studi hal tersebut. Abdul Chaer (2004:2) berpendapat bahwa
intinya sosiologi itu adalah kajian yang objektif mengenai manusia di dalam
masyarakat, mengenai lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di
dalammasyarakat, sedangkan pengertian linguistik adalah bidang ilmu yang
mempelajari bahasa atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek
kajiannya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Sosiolinguistik adalah bidang
ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan
bahasa itu di dalam masyarakat. Sumarsono (2007:2) mendefinisikan
Sosiolinguistik sebagai linguistik institusional yang berkaitan dengan
pertautan bahasa dengan orang-orang yang memakai bahasa itu.
1.2
Rumusan Masalah
Dari pembahasan materi di atas, kami sebagai penulis menemukan
beberapa permasalahan-permasalahan yang membuat kami melakukan penelitian
terhadap penggunaan komunikasi verbal. Permasalahan-permasalahannya yaitu :
1.
Bagaimana
penggunaan Bahasa Indonesia di lingkungan pendidikan ?
2.
Apa
kendala yang dihadapi oleh masyarakat, dalam hal ini adalah siswa SMPN 1 Kapetakan
di dalam menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar ?
3.
Bagaimana
solusi untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi siswa dalam menggunakan
Bahasa Indonesia yang baik dan benar ?
1.3
Tujuan
Adapun
tujuan dari penelitian yang kami lakukan yaitu:
1.
Untuk
mengetahui bagaimana penggunaan Bahasa Indonesia di lingkungan pendidikan.
2.
Untuk
mengetahui kendala yang dihadapi oleh masyarakat, dalam hal ini adalah siswa
SMPN 1 Kapetakan di dalam menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
3.
Mengetahui
solusi untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi siswa dalam menggunakan
Bahasa Indonesia yang baik dan benar ?
1.4
Kegunaan
Dari penelitian ini, kami sebagai penulis bermaksud untuk
memberitahukan kepada pihak-pihak yang bertugas sebagai peneliti bahasa yang ada
di pusat, bahwa penggunaan bahasa Indonesia di masyarakat belum sepenuhnya terlaksana,
meskipun bahasa Indonesia tertuang dalam sumpah pemuda yaitu sebagai bahasa
pemersatu bangsa, namun pada kenyataannya masyarakat belum sepenuhnya
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi. Bahkan di lingkungan
pendidikan yang seharusnya menerapkan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi
secara resmi, belum sepenuhnya diterapkan oleh siswa. Semoga dengan adanya
penelitian yang kami lakukan, penggunaan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi
benar-benar terlaksana sesuai dengan yang diharapakan pada poin sumpah pemuda.
1.5
Kajian Teori
1.5.1 Fonologi
Istilah
fonologi ini berasal dari gabungan dua kata Yunani yaitu phone yang
berarti bunyi dan logos yang berarti tatanan, kata, atau ilmu
disebut juga tata bunyi. Akan tetapi, bunyi yang dipelajari dalam fonologi
bukan bunyi sembarang bunyi, melainkan bunyi bahasa yang dapat membedakan arti
dalam bahasa lisan ataupun tulis yang digunakan oleh manusia. Bunyi yang dipelajari
dalam fonologi kita sebut dengan istilah fonem.
Berikut pengertian fonologi menurut para ahli.
1.
Menurut
Kridalaksana (2002) dalam kamus linguistik, fonologi adalah bidang dalam
linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.
2.
Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988:244), fonologi dimaknai sebagai
ilmu tentang bunyi bahasa, terutama yang mencakup sejarah dan teori
perubahan bunyi.
3.
Menurut
Abdul Chaer (2003:102), secara etimologi istilah “fonologi” ini dibentuk dari
kata “fon” yang bermakna “bunyi” dan “logi” yang berarti “ilmu”. Jadi,
secara sederhana dapat dikatakan bahwa fonologi merupakan ilmu yang mempelajari
bunyi-bunyi bahasa pada umumnya.
4.
Verhaar
(1984:36) mengatakan bahwa fonologi merupakan bidang khusus dalam
linguistik yang mengamati bunyi-bunyi suatu bahasa tertentu sesuai dengan
fungsinya untuk membedakan makna leksikal dalam suatu bahasa.
5.
Fonologi
ialah bagian dari tata bahasa yang memperlajari bunyi-bunyi bahasa (Keraf,
1984: 30).
6.
Definisi
fonologi menurut Fromkin & Rodman (1998:96), fonologi adalah bidang
linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan
bunyi-bunyi bahasa.
7.
Definisi
fonologi menurut Trubetzkoy (1962:11-12), fonologi merupakan studi bahasa yang
berkenaan dengan sistem bahasa, organisasi bahasa, serta merupakan studi fungsi
linguistis bahasa.
8.
Definisi
fonologi menurut Daniel Jones, Sarjana fonologi Inggris, fonologi ialah sistem
bunyi sebuah bahasa.
Jadi dapat disimpulkan bahwa fonologi adalah bagian tata bahasa
atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa secara umum.
(http://raisyaandhira.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-fonologi-dan-kajiannya.html)
1.5.2 Bidang Kajian
Fonologi
1.5.2.1 Fonetik
a.
Fonetik
adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan
apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak
(Chaer, 1994: 102).
b.
Fonetik
adalah ilmu yang menyelidiki dan menganalisa bunyi-bunyi ujaran yang dipakai
dalam tutur, serta mempelajari bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi tersebut
dengan alat ucap manusia (Keraf, 1984: 30).
c.
Fonetik
adalah ilmu yang menyelidiki penghasilan, penyampaian, dan penerimaan bunyi
bahasa; ilmu interdisipliner linguistik dengan fisika, anatomi, dan psikologi
(Kridalaksana, 1995: 56).
Jadi dari
pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa Fonetik yaitu
cabang kajian yang mengkaji bagaimana bunyi-bunyi fonem sebuah bahasa
direalisasikan atau dilafalkan. Fonetik juga mempelajari cara kerja
organ tubuh manusia terutama yang berhubungan dengan penggunaan bahasa.
Chaer (2007)
membagi urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu, menjadi tiga jenis fonetik,
yaitu:
a.
Fonetik
artikulatoris atau fonetik organis atau fonetik fisiologi, mempelajari
bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi
bahasa serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan (Glenson.
1955:239-256; Malmberg, 1963:21-28).
b.
Fonetik
akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena
alam (bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getaranya, aplitudonya,dan
intensitasnya alam (Malberg, 1963:5-20).
c.
Fonetik
auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh
telinga kita
Dari ketiga
jenis fonetik tersebut yang paling berurusan dengan dunia lingusitik adalah
fonetik artikulatoris, sebab fonetik inilah yang berkenaan dengan masalah
bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapkan manusia. Sedangkan
fonetik akustik lebih berkenaan dengan bidang fisika, dan fonetik auditoris
berkenaan dengan bidang kedokteran.
1.5.2.2 Fonemik
Fonemik yaitu
kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna. Chaer
(2007) mengatakan bahwa fonemik mengkaji bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi
membedakan makna kata. Misalnya bunyi [l], [a], [b] dan [u]; dan [r], [a],
[b] dan [u] jika dibandingkan perbedaannya hanya pada bunyi yang pertama,
yaitu bunyi [l] dan bunyi [r].Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa kedua bunyi tersebut adalah fonem yang berbeda dalam bahasa Indonesia,
yaitu fonem /l/ dan fonem /r/. Fonemik adalah bagian fonologi yang mempelajari
bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai pembeda arti.
Dalam
kajiannya, fonemik akan berusaha mendeskripsikan perbedaan bunyi-bunyi itu
serta menjelaskan sebab-sebabnya.Sebaliknya, perbedaan bunyi [p] dan [b] yang
terdapat, misalnya, pada kata [paru] dan [baru] adalah menjadi contoh sasaran
studi fonemik, sebab perbedaan bunyi [p] dan [b] itu menyebabkan berbedanya
makna kata [paru] dan [baru] itu (Chaer, 1994: 102).
1.5.3 Komunikasi Verbal
1.5.3.1 Pengertian Komunikasi Verbal
Komunikasi
verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, dalam bentuk lisan maupun
tulisan. Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam hubungan antar
manusia.Melalui kata-kata, mereka mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran,
gagasan, atau maksud mereka, menyampaikan fakta, data, dan informasi serta
menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat, dan
bertengkar.Dalam komunikasi verbal itu bahasa memegang peranan penting.
Beberapa
pengertian komunikasi verbal menurut para ahli, adalah sebagai berikut:
Ø Deddy Mulyana (2005)
Komunikasi
verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa
dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal.
Ø Harold
Lasswell
Komunikasi
verbal yaitu proses komunikasi dengan menggunakan simbol atau lambang-lambang.
1.5.3.2 Unsur-Unsur Penting Dalam Komunikasi Verbal
a. Bahasa
Pada
dasarnya bahasa adalah suatu System lambang yang memungkinkan orang berbagi
makna. Dalam komunikasi verbal, lambang bahasa yang dipergunakan adalah bahasa
verbal entah lisan, tertulis pada kertas, ataupun elektronik. Bahasa suatu
bangsa atau suku berasal dari interaksi dan hubungan antara warganya satu sama
lain.
Bahasa
memiliki banyak fungsi, namun sekurang-kurangnya ada tiga fungsi yang erat
hubungannya dalam menciptakan komunikasi yang efektif. Ketiga fungsi itu
adalah:
·
Untuk mempelajari
tentang dunia sekeliling kita, melalui bahasa manusia mempelajari apa saja yang
menarik minat. Mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu hingga
apa yang diramalkan ilmu pengetahuan di masa depan.
·
Untuk membina hubungan
yang baik di antara sesama manusia. Ringkasnya, bahasa memungkinkan individu
bergaul dengan orang lain untuk kesenangan dan mempengaruhi pihak lain.
·
Untuk menciptaakan
ikatan-ikatan dalam kehidupan manusia.
Bagaimana
mempelajari bahasa? Menurut para ahli, ada tiga teori yang membicarakan
sehingga orang bisa memiliki kemampuan berbahasa.
Teori
pertama disebut Operant Conditioning yang dikembangkan oleh
seorang ahli psikologi behavioristik yang bernama B. F. Skinner (1957). Teori
ini menekankan unsur rangsangan (stimulus) dan tanggapan (response) atau lebih
dikenal dengan istilah S-R. Teori
ini menyatakan bahwa jika satu organism dirangsang oleh stimuli dari luar,
orang cenderung akan member reaksi. Anak-anak mengetahui bahasa karena ia
diajar oleh orang tuanya atau meniru apa yang diucapkan oleh orang lain.
Teori
kedua ialah teori kognitif yang dikembangkan oleh Noam Chomsk.Menurutnya
kemampuan berbahasa yang ada pada manusia adalah pembawaan biologis yang dibawa
dari lahir.
Teori
ketiga disebut Mediating theory atau teori penengah.
Dikembangkan oleh Charles Osgood. Teori ini menekankan bahwa manusia dalam
mengembangkan kemampuannya berbahasa, tidak saja bereaksi terhadap rangsangan
(Stimuli) yang diterima dari luar, tetapi juga dipengaruhi oleh proses internal
yang terjadi dalam dirinya.
b. Kata
Kata
merupakan inti lambang terkecil dalam bahasa. Kata adalah lambang yang
melambangkan atau mewakili sesuatu hal, entah orang, barang, kejadian, atau
keadaan. Jadi, kata itu bukan orang, barang, kejadian, atau keadaan
sendiri.Makna kata tidak ada pada pikiran orang.Tidak ada hubungan langsung
antara kata dan hal.Yang berhubungan langsung hanyalah kata dan pikiran
orang.
1.5.4 Sosiolinguistik
Sosiolinguistik
adalah cabang Linguistik yang mengkaji hubungan antara bahasa dan masyarakat
penuturnya. Ilmu ini merupakan kajian kontekstual terhadap variasi penggunaan
bahasa masyarakat dalam sebuah komunikasi yang alami.
Istilah Sosiolinguistik
sendiri sudah digunakan oleh Haver C. Curie dalam sebuah artikel yang terbit
tahun 1952, judulnya “A Projection of Sociolinguistics: the relationship
of speech to social status” yang isinya tentang masalah yang berhubungan
dengan ragam bahasa seseorang dengan status sosialnya dalam masyarakat.
Kelompok-kelompok yang berbeda profesi atau kedudukannya dalam masyarakat
cenderung menggunakan ragam bahasa yang berbeda pula.
Dari pengantar
ilmu sosiolinguistik tersebut, beberapa ahli berpendapat tentang studi hal
tersebut. Diantaranya:
1.
Abdul Chaer (2004:2) berpendapat bahwa intinya Sosiologi itu adalah
kajian yang Objektif mengenai manusia di dalam masyarakat, mengenai
lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat, sedangkan
pengertian linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa atau bidang
ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa Sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang
mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam
masyarakat.
2.
Sumarsono (2007:2) mendefinisikan Sosiolinguistik sebagai
linguistik institusional yang berkaitan dengan pertautan bahasa dengan
orang-orang yang memakai bahasa itu. Maksud dari penjelasan tersebut pada
dasarnya menyatakan.
3.
Rafiek (2005:1) mendefinisikan sosiolinguistik sebagai studi bahasa
dalam pelaksanaannya itu bermaksud/bertujuan untuk mempelajari bagaimana
konvensi-konvensi tcntang relasi penggunaan bahasa untuk aspek-aspek lain
tcntang perilaku social.
4.
Booiji (Rafiek, 2005:2) mendefinisikan Sosiolinguistik sebagai
cabang linguistik yang mempelajari faktor-faktor sosial yang berperan dalam
pemakaian bahasa dan yang berperan dalam pergaulan.
5.
Wijana (2006:7) berpendapat bahwa sosiolinguistik merupakan cabang
linguistik yang memandang atau menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya
dengan pemakai bahasa itu di dalam masyarakat. Pendapat tersebut pada intinya
berpegang pada satu kenyalaan bahwa dalam kehidupan bermasyarakat manusia tidak
lagi sebagai individu, akan tetapi sebagai masyarakat sosial.
6.
Fishman. Ia memberikan defini sosiolinguistik sebagai “the
study of the characteristics of language varities, the characteristics of their
functions, and the characteristics of their speakers as these three constantly
interact, change, and change one another within a speech community.”
7.
Nababan, mengatakan bahwa sosiolinguistik merupakan pengkajian
bahasa dengan dimensi kemasyarakatan.
8.
Wikipedia, Sosiolinguistik adalah
kajian interdisipliner yang mempelajari pengaruh budaya terhadap suatu bahasa digunakan. Dalam hal ini bahasa berhubungan
erat dengan masyarakat suatu
wilayah sebagai subyek atau pelaku berbahasa sebagai alat komunikasi dan
interaksi antara kelompok yang satu dengan yang lain.
9.
Fasold (1993: ix) mengemukakan bahwa inti sosiolinguistik
tergantung dari dua kenyataan. Pertama, bahasa bervariasi yang menyangkut
pilihan bahasa-bahasa bagi para pemakai bahasa. Kedua, bahasa digunakan
sebagai alat untuk menyampaikan informasi dan pikiran-pikiran dari seseorang
kepada orang lain.
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Kualitatif
Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian ini
berusaha memecahkan masalah-masalah penggunaan bahasa Indonesia yang terjadi di
lingkungan masyarakat, terutama lingkungan pendidikan sebagai wadah pembentukan
karakter bangsa. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa peneliti ingin
memahami, mengkaji secara mendalam serta memaparkannya dalam tulisan ini,
mengenai masalah-masalah yang dihadapi siswa dalam menggunakan bahasa Indonesia
serta jalan keluarnya dalam rangka terciptanya sarana komunikasi yang baik
dengan menggunakan bahasa pemersatu bangsa, yaitu bahasa Indonesia. Pendapat
Bogdan dan Taylor (dalam Moleong: 1988 : 2) menerangkan bahwa “Penelitian
Kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata tertulis ataulisan dari
orang-orang atau perilaku yang dapat diamati”. Menurut mereka pendekatan ini
diarahkan pada latar individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi dalam hal
ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi kedalam variabel atau
hipotesis tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.
1.6.2 Populasi dan Sampel
1.6.2.1 Populasi
Pengertian populasi menurut Sugiyono
(2012: 80) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh warga yang ada di lingkungan pendidikan SMPN 1 Kapetakan,
yaitu kepala sekolah, guru, siswa, Staf TU, dan seluruh karyawan SMPN 1
Kapetakan.
1.6.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut, bila populasi besar, dan peneliti tidak
mungkin memepelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan
dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil
dari populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan
dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi
harus betul-betul representatif (Sugiyono, 2012: 81). Sedangkan menurut Riduwan
(2008: 56) sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau
keadaan tertentu yang akan diteliti. Tidak semua data dan informasi akan
diproses dan tidak semua orang atau benda yang akan diteliti melainkan cukup
dengan menggunakan sampel yang mewakilinya. Dalam hal ini pengambilan sampel
harus representif disamping itu peniliti wajib mengerti tentang besar ukuran
sampel dan karakteristik populasi dalam sampel. Dalam penelitian ini, kami
menggunakan sampel 2 orang siswa (1 laki-laki dan 1 perempuan) dari jumlah
keseluruhan siswa yang ada di SMPN 1 Kapetakan, 1 orang guru dari keseluruhan
jumlah guru yang ada di SMPN 1 Kapetakan, dan kepala sekolah.
1.7 Pembahasan
1.7.1 Proses Bahasa Indonesia
di Sekolah
Bahasa
indonesia yang digunakan oleh guru dan siswa SMP N 1 Kapetakan baik dalam
pembelajaran resmi maupun non resmi. Secara garis besar masih belum sepenuhnya
dikuasai, khususnya siswa. Karena hanya siswa yang aktif dalam oraganisasi yang
bisa menguasai bahasa Indonesia, baik dalam kondisi di kelas maupun di luar
pembelajaran.
Menurut
Heryanto, S.Pd. selaku kepala sekolah, ia menuturkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia
di sekolah masih belum tertanam. Jika dihitung dari 24 kelas hanya beberapa
kelas yang mampu menguasai bahasa Indonesia meskipun dalam berbicara masih
belum lancar. Akan tetapi, tahap demi tahap penggunaan bahasa Indonesia segera
diterapkan dalam lingkungan sekolah guna membangun sebuah komunikasi yang baik
dan benar.
1.7.2. Masalah
Yang Dihadapi Siswa Saat Mengunakan Bahasa Indonesia
Menurut
Heryanto, S.Pd. mengatakan bahwa ada
beberapa kendala yang dihadapi siswa saat melakukan komunikasi dengan
menggunakan bahasa Indonesia diantaranya yaitu;
a.
Faktor Lingkungan Yang Kurang Mendukung
Tempat
belajar mereka masih dalam sebuah perkampungan kecil, sehingga tidak terbiasa
menggunakan bahasa Indonesia. Berbeda dengan tempat pembelajaran di luar dari
perkampungan atau kota yang sudah
tertanam dan lingkungan yang sudah mendukung.
b.
Faktor Kebiasaan
Kurangnya kesadaran akan penggunaan bahasa Indonesia
dalam berkomunikasi baik dengan teman, maupun guru. Kurangnya mental seorang siswa
untuk menggunakan bahasa Indonesia, karena masih terbiasa menggunakan bahasa
ibu saat berkomunikasi.
c.
Faktor Keluarga
Keluarga
merupakan peran penting di dalam proses perkembangan anak. Karena lingkungan
belajar yang pertama berada di lingkungan keluarga. Di dalam lingkungan
keluarga sangat mempengaruhi proses perkembangan penggunaan bahasa, keluarga
yang mampu menerapkan kebiaasan berbahasa Indonesia saat di rumah akan mereka
bawa saat mereka berkomunikasi dengan kerabat, guru, dan lingkungan sekitarnya.
d.
Kurangnya pengetahuan kosa kata bahasa Indonesia
Minimnya
kesadaran siswa dalam minat membaca akan mempengaruhi kuranganya kosa kata yang
mereka dapatkan. Sehingga mempersulit siswa untuk mengutarakan sebuah kata
dalam bahasa Indonesia, akhirnya mereka kembali menggunakan bahasa yang biasa
mereka pakai ( bahasa ibu ).
1.7.3.
Mengatasi Masalah Dalam Penggunaan Komunikasi Bahasa Indonesia
Menurut Susyana,
S.Pd, selaku guru bahasa Indonesia
berpendapat bahwa untuk mengatasi masalah sulitnya siswa dalam menggunakan
bahasa Indonesia, diperlukan beberapa langkah, diantaranya yaitu dengan
menyediakan waktu luang untuk mengunjungi perpustakaan agar siswa membaca.
Ketika siswa membaca, secara tidak langsung mereka akan menemukan kosa kata
bahasa Indonesia yang digunakan sehari-hari. Sehingga diharapkan mereka
mengetahui dan menggunakan kosa kata tersebut dalam berkomunikasi dengan teman,
khususnya dengan guru di lingkungan sekolah.
Bapak Heryanto,
S.Pd, selaku kepala sekolah mengatakan bahwa pihaknya akan menanamkan minat
membaca bagi siswanya, pihak sekolah sudah merubah desain dari perpustakaan di
sekolahnya agar siswa tertarik untuk mengunjungi perpustakaan. Selain itu,
pihak sekolah juga menerapkan sistem berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia
di dalam berbagai kegiatan selain kegiatan KBM, diantaranya pada saat
ekstrakurikuler. Karena pada saat kegiatan ekstrakurikuler juga secara tidak
langsung mereka akan dilatih berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia melalui
pelatih ekstra atau instruktur ekstra. Sehingga keterampilan dalam berbahasa Indonesia
sedikit demi sedikit akan terbiasa mereka gunakan.
“Pada dasarnya,
kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mengajarkan siswa kami agar
memakai bahasa Indonesia saat berkomunikasi dengan siapapun, baik di lingkungan
sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Tapi, kami lebih menekankan mereka
agar menggunakan bahasa Indonesia di lingkungan sekolah terlebih dahulu agar
terbiasa, baik dengan teman, guru, kepala sekolah, staf TU maupun dengan
penjaga kantin, karena lingkungan sekolah adalah lingkungan resmi, jadi mereka
juga harus menggunakan bahasa resmi saat berkomunikasi”. Kata Kepala Sekolah.
1.8 Kesimpulan
Dari hasil
penelitian yang kami lakukan di lingkungan pendidikan SMPN 1 Kapetakan, bahwa
penggunaan bahasa Indonesia belum sepenuhnya diterapkan oleh siswa SMPN 1
Kapetakan. Adapun beberapa faktor penyebab dari permasalahan tersebut
diantaranya yaitu, faktor lingkungan, faktor kebiasaan, faktor keluarga, dan
faktor minimnya pengetahuan siswa tentang kosa kata bahasa Indonesia, sehingga
menjadi penghambat bagi siswa dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indoneisa.
Dari pihak sekolah sendiri sudah berusaha untuk menerapkan penggunaaan bahasa Indonesia
bagi siswanya, diantaranya dengan
menyediakan sarana dan prasarana untuk memberikan fasilitas agar
mempermudah siswa dalam mempelajari kosa kata bahasa Indonesia. Selain itu,
pihak sekolah juga menekankan siswa agar selalu menggunakan bahasa Indonesia di
dalam lingkungan sekolah, baik dalam kegiatan KBM maupun kegiatan di luar KBM.
Sehingga membiasakan siswa untuk selalu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
Indonesia di manapun siswa itu berada.
No comments:
Post a Comment